77
Harga riil bawang merah di tingkat konsumen dan laju pertumbuhan harga riil bawang putih di tingkat konsumen sebagai komoditas komplementer bawang
merah berdampak negatif terhadap permintaan bawang merah rumahtangga, sedangkan pertumbuhan GDP riil per kapita penduduk Indonesia berdampak
positif terhadap permintaan bawang merah rumahtangga. Berdasarkan uji statistik-t ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan
bawang merah rumahtangga pada taraf α sebesar 10 persen. Hutabarat, et al.
1999 dan Tentamia 2002 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa meskipun harga bawang merah berfluktuasi tinggi, tetapi karena konsumsinya
relatif kecil maka permintaan bawang merah tidak terlalu dipengaruhi oleh tingkat harga dan GDP per kapita penduduk di Indonesia.
6.5.2. Permintaan Bawang Merah Non Rumahtangga
Berdasarkan hasil estimasi parameter di Tabel 15 menunjukkan bahwa permintaan bawang merah non rumahtangga dipengaruhi oleh laju pertumbuhan
harga riil bawang merah di tingkat konsumen, harga riil mie instan, laju pertumbuhan harga riil bawang putih di tingkat konsumen, dan GDP total
masyarakat Indonesia. Berdasarkan uji statistik-t dapat dijelaskan bahwa hanya terdapat dua variabel yang berpengaruh ny
ata pada taraf α sebesar 10 persen yaitu harga riil mie instan dan GDP riil.
78
Tabel 17. Hasil Estimasi Parameter Permintaan Bawang Merah Non Rumahtangga
Variabel Koefisien
Pr │t│ Elastisitas
Nama Variabel SR
LR Intersep
-263 070.0000 0.1699
Intercept TPKBMR
-933.3900 0.1433
-0.0003 - Laju pertumbuhan harga riil
bawang merah
di tingkat
konsumen PKMIR
781.0029 0.0216
1.3049 - Harga
riil mie
instan Rpbungkus
TPKBPR -655.8640
0.3668 0.0094
- Laju pertumbuhan harga riil bawang
putih di
tingkat konsumen
GDP 8.38E-08
0.0122 0.2688
- GDP riil 000 Rp R-Sq
0.3649 F value 2.1500
Adj R-Sq 0.1956 Pr F
0.1241 DW stat
2.4255
Harga riil mie instan berpengaruh positif dan nyata terhadap permintaan bawang merah non rumahtangga
pada taraf α sebesar 10 persen. Respon harga riil mie instan bersifat elastis terhadap permintaan bawang merah non rumahtangga
dalam jangka pendek dengan nilai elastisitas sebesar 1.3049. Hal ini berarti bahwa jika harga riil mie instan naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan
permintaan bawang merah non rumahtangga sebesar 1.3049 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus. Hal ini dikarenakan konsumen non rumahtangga
merupakan produsen produk olahan berbahan baku bawang merah, sehingga peningkatan dan penurunan permintaan bawang merah sangat dipengaruhi oleh
harga jual produk olahan tersebut. Dalam penelitian ini produk olahan berbahan baku bawang merah yang digunakan adalah mie instan.
GDP riil mempengaruhi permintaan bawang merah non rumahtangga secara nyata dan positif pada taraf α sebesar 10 persen. ζilai koefisien dugaan
variabel GDP adalah sebesar 8.38E-8. Hal ini berarti bahwa terjadinya peningkatan GDP sebesar Rp 1 000 maka akan meningkatkan permintaan bawang
merah non rumahtangga sebesar 8.38E-8 Ton, ceteris paribus. GDP bersifat
79
inelastis terhadap permintaan bawang merah non rumahtangga dalam jangka pendek dengan nilai elastisitas sebesar 0.2688. Selanjutnya, laju pertumbuhan
harga riil bawang merah di tingkat konsumen dan laju pertumbuhan harga riil bawang putih di tingkat konsumen tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan
bawang merah non rumahtangga pada taraf α sebesar 10 persen, seperti yang
terjadi pada permintaan bawang merah rumahtangga.
6.5.3. Permintaan Bawang Merah Total