Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

58

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH

5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia. Budidaya bawang merah dipengaruhi oleh beberapa faktor iklim seperti kelembaban, temperatur, cahaya, curah hujan, dan angin. Lokasi yang cocok untuk pertumbuhan bawang merah berkisar antara 0-1 100 mdpl. Bawang merah memerlukan tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, gembur, drainase baik, sirkulasi udara baik, tidak ternaungi, dan tidak tergenang air Dirjen Hotikultura, 2004. Tabel 8. Perkembangan Produksi Bawang Merah di 10 Sentra Produksi Tahun 2006-2010 Ton No Propinsi 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Pertumbuhan 1 Jawa Tengah 253 411 268 914 379 903 406 725 506 357 19.7368 2 Jawa Timur 232 953 228 083 181 517 181 490 203 739 -2.5656 3 Jawa Barat 112 964 116 142 116 929 123 587 116 396 0.8416 4 Nusa Tenggara Barat 85 682 90 180 68 748 133 945 104 324 13.5511 5 Sumatera Barat 20 037 18 170 20 737 21 985 25 058 6.2015 6 Sulawesi Selatan 12 088 10 701 10 517 13 246 23 276 22.1189 7 DI Yogyakarta 24 511 15 564 16 996 19 763 19 950 -2.5187 8 Bali 9 915 9 668 7 759 11 554 10 981 5.4287 9 Sulawesi Tengah 8 659 8 369 5 773 6 490 10 301 9.1932 10 Sumatera Utara 8 666 11 005 12 071 12 655 9 413 3.9742 Sumber: Kementerian Pertanian 2012 diolah Sentra produksi bawang merah terletak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, NTB, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, Bali, Sulawesi Tenggara, dan Sumatra Utara. Rata-rata pertumbuhan produksi bawang merah di sentra-sentra produksi tersebut dari tahun 2006 sampai dengan 2010 cenderung meningkat lambat, kecuali di Propinsi Jawa Timur dan DI Yogyakarta Tabel 8. Produksi bawang merah nasional sebesar 75 persen masih berasal dari pulau Jawa. 59 Propinsi Jawa Tengah merupakan penghasil terbesar bawang merah yang menyumbangkan sebesar 22 persen dari total produksi nasional Badan Litbang Perdagangan, 2006. Menurut Adiyoga dan Soetiarso 1997, usahatani bawang merah di daerah sentra produksi khususnya Brebes Jawa Tengah dan Nganjuk Jawa Timur masih memiliki keunggulan kompartif. Keunggulan komparatif tersebut bukan disebabkan oleh adanya insentif ekonomi berupa proteksi terhadap harga input dan output. Meskipun demikian, intervensi pemerintah berupa usaha perbaikan infrastruktur fisik dan kelembagaan pasar masih diperlukan untuk mengurangi fluktuasi harga bawang merah. Tabel 9. Perkembangan Luas Areal Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia Tahun 2001-2010 Tahun Luas Areal Panen Ha Produksi Ton Produktivitas TonHa 2001 82 147 861 150 10.48 2002 79 867 766 572 9.59 2003 88 029 762 795 8.67 2004 88 707 757 399 8.54 2005 83 614 732 610 8.76 2006 89 188 794 931 8.91 2007 93 694 802 810 8.57 2008 91 339 853 615 9.35 2009 104 009 965 164 9.28 2010 109 634 1 048 934 9.57 Rata-rata pertumbuhan 3.44 2.46 -0.85 Sumber: Kementerian Pertanian 2011 diolah Produksi bawang merah selama kurun waktu 2001 –2010 menunjukkan perkembangan yang relatif meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2.46 persen Tabel 9. Produksi bawang merah merupakan hasil perkalian antara luas areal panen dan produktivitas. Produksi bawang merah dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk P dan K, bibit, tingkat pendidikan petani, dan status garapan. 60 Penambahan lahan sulit untuk dilakukan karena intensitas tanam sudah maksimal setiap tahunnya. Implikasinya produksi hanya mungkin di tingkatkan dengan menambah luas tanam pada musim hujan, sehingga perlu diciptakan dan pemasyarakatan teknologi yang terkait dengan pengembangan bawang merah pada musim hujan. Selain itu, penggunaan pupuk P dan K dapat di tingkatkan dengan memperhatikan dosis, waktu, dan cara pemberian yang tepat sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman Purmiyanti, 2002. Luas areal panen bawang merah di Indonesia berkembang dengan kecepatan yang berfluktuasi dari 82 147 Ha di tahun 2001 turun menjadi 79 867 Ha pada tahun 2002 dengan jumlah produksi sebesar 766 572 Ton. Luas panen tersebut meningkat tajam menjadi 104 009 Ha pada tahun 2009 dengan jumlah produksi sebesar 965 164 Ton. Walaupun demikian pertumbuhan luas panen bawang merah mengalami peningkatan yaitu dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3.44 persen. Sementara produktivitas lahan menunjukkan kecenderungan menurun dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar negatif 0.85 persen Tabel 9. Tandipayuk 2010 mengemukakan bahwa perkembangan luas areal panen bawang merah dipengaruhi oleh harga bawang merah domestik tahun sebelumnya, harga pupuk tahun sebelumnya, harga cabe merah tahun sebelumnya, trend waktu, dan harga tenaga kerja tahun sebelumnya, namun tidak responsif terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya tersebut.

5.2. Perkembangan Konsumsi Bawang Merah di Indonesia