Produksi Bawang Merah FAKTOR-FAKTOR

72 waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perkembangan situasi ekonomi bawang merah domestik dan dunia.

6.3. Produksi Bawang Merah

Hasil estimasi persamaan produksi bawang merah dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan Tabel 15, nilai koefisien determinasi terkoreksi adj R 2 dari persamaan produksi bawang merah adalah sebesar 0.8599 yang artinya bahwa sebesar 85.99 persen keragaman produksi bawang merah dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas di dalam persamaan, yaitu harga riil bawang merah di tingkat produsen, luas areal panen bawang merah, perubahan tingkat suku bunga bank persero, curah hujan, teknologi yang didekati dengan tren waktu, dan produksi bawang merah tahun sebelumnya, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Tabel 15. Hasil Estimasi Parameter Produksi Bawang Merah Variabel Koefisien Pr │t│ Elastisitas Nama Variabel SR LR Intersep -199 755.0000 0.1154 - - Intercept PPBMR 50.6841 0.0276 0.2486 0.2605 Harga riil bawang merah di tingkat produsen RpKg ABM 7.6541 0.0004 0.7928 0.8306 Luas areal panen bawang merah Ha DCIR -9 999.1700 0.0630 0.0036 0.0038 Perubahan tingkat suku bunga bank persero CH -8.8737 0.4179 -0.0246 -0.0258 Curah hujan mmThn T 4 590.9200 0.2005 0.0607 0.0636 Tren waktu Teknologi LQBM 0.0455 0.4089 - - Produksi bawang merah tahun sebelumnya Ton R-Sq 0.9042 F value 20.4500 Adj R-Sq 0.8599 Pr F 0.0001 DW stat 1.7194 DH stat 1.2558 Nilai prob-F yang diperoleh adalah sebesar 0.0001, yang berarti bahwa variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen dalam persamaan produksi bawang merah. Hasil uji statistik-t 73 menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah pada taraf α sebesar 10 persen adalah harga riil bawang merah di tingkat produsen, luas areal panen bawang merah, dan perubahan tingkat suku bunga kredit bank persero, sedangkan variabel curah hujan, tren waktu, dan produksi bawang merah tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi bawang merah nasional. Koefisien dugaan variabel harga riil bawang merah di tingkat produsen adalah sebesar 50.6841. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga riil bawang merah di tingkat produsen sebesar Rp 1Kg akan meningkatkan produksi bawang merah sebesar 50.6841 Ton, ceteris paribus. Berdasarkan uji statistik-t, harga riil bawang merah di tingkat produsen berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 10 persen. Respon produksi bawang merah terhadap perubahan harga riil bawang merah di tingkat produsen bersifat inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan nilai elastisitas sebesar 0.2486 dan 0.2605. Hal ini berarti dalam jangka pendek maupun jangka panjang perubahan harga tidak akan menyebabkan tingkat produksi berubah sebesar perubahan harga yang terjadi. Luas areal panen bawang merah berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 10 persen terhadap produksi bawang merah dengan koefisien dugaan sebesar 7.6541. Hal ini mengindikasikan bahwa jika terjadi kenaikan luas areal panen bawang merah sebesar satu Ha, maka akan meningkatkan produksi bawang merah sebesar 7.6541 Ton, ceteris paribus. Respon produksi bawang merah terhadap perubahan luas areal panen bawang merah bersifat inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan nilai elastisitas masing- 74 masing sebesar 0.7928 dan 0.8306. Hal ini berarti dalam jangka pendek apabila luas areal panen bawang merah meningkat sebesar satu persen maka produksi bawang merah akan meningkat sebesar 0.7928 persen, ceteris paribus. Selanjutnya, perubahan tingkat suku bunga kredit bank persero berpengaruh negatif terhadap produksi bawang merah dengan nilai koefisien dugaan sebesar 9 999.170. Berdasarkan uji statistik-t perubahan tingkat suku bunga kredit bank persero berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 10 persen. Hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan perubahan pada tingkat suku bunga kredit sebesar satu persen, maka akan menurunkan produksi bawang merah sebesar 9 999.170 Ton, ceteris paribus. Curah hujan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi bawang merah. Hal ini mengindikasikan bahwa teknologi budidaya bawang merah di Indonesia saat ini semakin membaik. Produksi bawang merah yang rendah akibat gagal panen yang disebabkan oleh hama penyakit khususnya jamur karena curah hujan yang tinggi pada siang hari, saat ini sudah dapat diantisipasi dengan menggunakan fungisida dan pestisida baik kimia maupun organik serta perawatan teratur dari petani setelah tanaman tersebut terkena air hujan secara langsung. Selain itu, teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Hal ini mengindikasikan bahwa petani bawang merah di Indonesia membutuhkan waktu yang relatif lambat untuk mengadopsi perkembangan teknologi.

6.4. Penawaran Bawang Merah