12
kecuali negara yang memiliki perjanjian khusus dengan Indonesia seperti ASEAN Free Trade Area
AFTA, ASEAN China Free Trade Area AC-FTA, dan ASEAN Korea Free Trade Area AK-FTA. Keputusan pemerintah tentang
harmonisasi tarif diterbitkan dalam Permenkeu Nomor 591PMK.0102004 tanggal 21 Desember 2004. Tarif impor yang dikenakan untuk bawang merah
konsumsi adalah sebesar 25 persen pada tahun 2005-2010. Berdasarkan Permenkeu Nomor 90PMK.0112011 tarif impor tersebut turun menjadi sebesar
20 persen mulai tahun 2011 Kementerian Keuangan, 2012. Tarif impor bawang merah yang berasal dari negara anggota ASEAN dan
China pada tahun 2006 telah dihapuskan atau nol persen. Keputusan tersebut tertulis dalam Permenkeu Nomor 28PMK.0102005 serta Kepmenkeu Nomor
355KMK.012004 dan 356KMK.012004. Kemudian pemerintah menanggapi adanya AK-FTA dengan menerbitkan Permenkeu Nomor 236PMK.0112008
tanggal 23 Desember 2008. Peraturan tersebut mengemukakan bahwa tarif impor bawang merah dari Korea tahun 2009-2011 adalah sebesar lima persen dan akan
turun menjadi nol persen pada tahun 2012 Kementerian Keuangan, 2012.
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dapat dijadikan referensi antara lain penelitian Tentamia 2002, Tandipayuk 2010, Nainggolan 2006, Saptana dan Hadi
2008, dan Hidayat 2012. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
2.2.1. Penelitian tentang Bawang Merah
Penelitian mengenai bawang merah telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti penelitian oleh Tentamia 2002 dan Tandipayuk 2010.
Penelitian tersebut menganalisis tentang perkembangan serta faktor-faktor yang
13
mempengaruhi produksi, penawaran, konsumsi, serta fluktuasi harga bawang merah di Indonesia Tabel 3.
2.2.2. Penelitian tentang Kebijakan Perdagangan Komoditas Pertanian
Penelitian terdahulu mengenai perdagangan komoditas pertanian juga telah banyak dilakukan diantaranya oleh Saptana dan Hadi 2008 serta Arsyad, Sinaga,
dan Yusuf 2011. Penelitian tersebut melihat dampak adanya suatu kebijakan perdagangan ekspor atau impor terhadap faktor-faktor yang dipengaruhinya
dengan menggunakan dua alat analisis yang berbeda. Penelitian Saptana dan Hadi 2008 menggunakan pendekatan Partial Equilibrium Model, sedangkan Arsyad,
Sinaga, dan Yusuf 2011 menggunakan model persamaan simultan dengan metode pendugaan Two-Stages Least Squares Tabel 3.
2.2.3. Penelitian tentang Pengaruh Kebijakan terhadap Kesejahteraan
Hidayat 2012 meneliti mengenai pengaruh kebijakan terhadap kesejahteraan masyarakat. Penelitian tersebut mengkaji dampak adanya perubahan
kebijakan yang akan mempengaruhi besarnya kesejahteraan masyarakat. Indikator kesejahteran yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah perubahan surplus
produsen dan surplus konsumen Tabel 3.
14
Tabel 3. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil 1
Mari Komariah
Tentamia 2002,
Analisis Penawaran dan
Permintaan Bawang Merah di
Indonesia 1. Menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi luas
areal dan
produksi bawang merah di Jawa Tengah dan luar Jawa Tengah
2. Menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan, ekspor,
impor, dan harga bawang merah di Jawa Tengah dan luar Jawa Tengah
3. Menganalisis dampak perubahan faktor ekonomi peningkatan harga
pupuk, tarif impor, depresiasi rupiah dan perubahan harga komoditas
alternatif terhadap
penawaran, permintaan, ekspor, impor, dan harga
bawang merah di Jawa Tengah dan Indonesia
4. Menganalisis dampak perubahan faktor ekonomi peningkatan harga
pupuk, tarif impor, depresiasi rupiah dan perubahan harga komoditas
alternatif terhadap
kesejahteraan produsen dan konsumen bawang
merah di Jawa Tengah dan Indonesia model persamaan simultan
dengan metode pendugaan Two-Stages Least Squares.
Simulasi kebijakan : 1. peningkatan harga pupuk
2. perubahan nilai
tukar rupiah
3. peningkatan tarif impor 4. peningkatan
dan penurunan
harga komoditas
alternatif cabe
Produksi bawang merah di Jawa Tengah responsif terhadap perubahan harga pupuk,
tetapi tidak responsif terhadap perubahan harga bawang merah, harga cabe, dan upah tenaga
kerja. Sedangkan permintaan bawang merah responsif
terhadap perubahan
jumlah penduduk, tetapi tidak responsif terhadap harga
bawang merah dan pendapatan per kapita. Perubahan faktor ekonomi yang berdampak
pada peningkatan produksi bawang merah adalah
depresiasi nilai
tukar rupiah,
peningkatan tarif impor bawang merah, dan penurunan harga cabe. Penurunan produksi
bawang merah dipengaruhi oleh peningkatan harga pupuk, apresiasi nilai tukar rupiah, dan
peningkatan
harga cabe.
Peningkatan permintaan
bawang merah
domestik dipengaruhi oleh apresiasi nilai tukar rupiah
dan penurunan harga cabe. Dengan demikian, faktor ekonomi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan
pelaku ekonomi
adalah peningkatan tarif impor bawang merah dan
apresiasi nilai tukar rupiah.
15
Tabel 3. Lanjutan
No. Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian 2. Sri Tandipayuk 2010,
Analisis Produksi,
Konsumsi, dan Harga Bawang
Merah Indonesia
1. Menganalisis perkembangan produksi, konsumsi, dan
harga bawang
merah Indonesia.
2. Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi, konsumsi, dan
harga bawang
merah Indonesia.
Model persamaan
simultan dengan metode pendugaan
Two-Stages Least
Squares .
Pengolahan data
digunakan dengan Eviews 6 dan Microsoft excel.
Produksi bawang merah Indonesia masih berfluktuasi dan tidak responsif terhadap harga bawang merah
domestik dalam jangka pendek. Luas areal panen ini dipengaruhi oleh harga bawang merah domestik tahun
sebelumnya, harga pupuk tahun sebelumnya, harga cabe merah tahun sebelumnya, trend waktu, dan harga
tenaga
kerja tahun
sebelumnya. Produktivitas
dipengaruhi oleh harga bawang merah domestik. Semua faktor endogen tersebut tidak responsif
terhadap perubahan
faktor-faktor yang
mempengaruhinya tersebut. Konsumsi bawang merah domestik terus meningkat dan sangat responsif
terhadap perubahan jumlah penduduk dalam jangka pendek. Harga bawang merah domestik terus
berfluktuasi dipengaruhi secara nyata oleh harga impor bawang merah, nilai tukar rupiah, dan harga bawang
merah domestik.
3. Muhammad Arsyad, B.
M. Sinaga, dan S. Yusuf 2011, Analisis
Dampak
Kebijakan Pajak
Ekspor dan
Subsidi Harga Pupuk terhadap
Produksi dan Ekspor Kakao
1. Menganalisi faktor-faktor
yang mempengaruhi ekspor kakao Indonesia
2. Menganalisis dampak
rencana pemberlakukan
pajak ekspor dan subsidi harga
pupuk terhadap
produksi dan ekspor kakao pasca Putaran Uruguay
Model persamaan
simultan dengan metode pendugaan
Two-Stages Least Squares
. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang secara potensial mempengaruhi ekspor kakao Indonesia adalah harga ekspor kakao Indonesia,
pertumbuhan produksi kakao, nilai tukar rupiah, dan trend
waktu. Rencana pemberlakukan pajak ekspor berdampak negatif terhadap produksi dan ekspor
kakao Indonesia pasca Putaran Uruguay, sementara rencana kebijakan pemberian subsidi harga pupuk
16
Tabel 3. Lanjutan
No. Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Indonesia
Pasca Putaran Uruguay
berdampak positif terhadap peningkatan produksi dan ekspor kakao Indonesia. Implikasinya adalah bahwa
kebijakan subsidi harga pupuk masih dapat diharapkan sebagai strategi kunci untuk memacu produksi dan ekspor
kakao Indonesia.
4. Saptana dan Prajogo U.
Hadi 2008, Dampak Proteksi dan Promosi
terhadap
Ekonomi Hortikultura Indonesia
Melihat dampak
adanya kebijakan
proteksi dan
promosi terhadap bawang merah, kentang, mangga,
dan jeruk baik secara makro maupun mikro.
Pendekatan Partial
Equilibrium Model Dampak kebijakan proteksi berupa peningkatan tarif impor
dari 5 persen menjadi 25 persen untuk bawang merah dan jeruk berpotensi meningkatkan harga grosir, harga petani,
produksi, surplus produsen dan pendapatan usahatani, tetapi mengurangi konsumsi, surplus konsumen, impor, dan
penerimaan pemerintah dari pajak. Meskipun demikian peningkatan tarif impor sebesar 25 persen sesungguhnya
terlalu tinggi. Kebijakan promosi berupa perbaikan sistem distribusi pupuk berpotensi menurunkan biaya pupuk per
Ha per musim pada usahatani kentang di Karo Sumatera Utara dan Tabanan Bali masing-masing Rp 1.37 Juta dan
Rp 0.44 Juta, usahatani bawang merah dan mangga di Majalengka Jawa Barat masing-masing Rp 0.21 Juta dan
Rp 1.56 Juta, dan usahtani jeruk di Karo Sumatera Utara sebesar Rp 4.03 Juta. Sementara pelonggaran impor bibit
kentang varietas french fries dan atlantik diharapkan akan meningkatkan produksi dan ekspor hasil olahan kentang
17
Tabel 3. Lanjutan
No. Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian 5.
Nia Kurniawati
Hidayat 2012,
Dampak Perubahan Harga Beras Dunia
terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Indonesia
pada Berbagai
Kondisi Transmisi
Harga dan
Kebijakan Domestik.
1. Menganalisis transmisi harga beras dan integrasi pasar dari
pasar dunia
ke pasar
domestik. 2. Menganalisis
dampak perubahan harga beras dunia
terhadap kesejahteraan
produsen dan
konsumen pada
berbagai skenario
derajat transmisi
harga spasial
3. Menganalisis dampak
perubahan harga beras dunia dan
kebijakan domestik
harga pokok pembelian, tarif impor, dan kuota impor
beras terhadap
kesejahteraan produsen dan konsumen.
Model persamaan simultan dengan metode Two-Stages
Least Squares.
Simulasi kebijakan: 1. Peningkatan harga dunia 26
persen pada
pasar terintegrasi sangat lemah
2. Peningkatan harga dunia 26 persen pada pasar dengan
derajat transmisi harga beras dunia dan domestik yang
lebih kuat
3. Peningkatan harga
pembelian pemerintah 14 persen
4. Peningkatan tarif
impor beras 10 persen
5. Penentuan kuota impor beras 1.57 juta Ton
6. Kombinasi penurunan harga dunia 26 persen dan harga
pembelian pemerintah 14 persen
7. Kombinasi penurunan harga dunia
26 persen
dan peningkatan tarif impor 10
persen Kebijakan harga pembelian pemerintah HPP
efektif dalam menstabilkan harga beras domestik dan melindungi petani. Kenaikan HPP dapat
meningkatkan kesejahteraan petani meskipun konsumen dirugikan dan penerimaan pemerintah
berkurang. Begitu pula dengan kenaikan tarif impor 10 persen, namun kenaikan ini belum mampu
melindungi petani dari penurunan harga dunia. Sedangkan kebijakan penetapan kuota impor 1.57
juta Ton dapat menurunkan kesejahteraan petani, namun konsumen diuntungkan.
18
2.3. Kebaruan Penelitian