Uji Multicollinearity Uji Heteroscedasticity

51 Suatu persamaan tidak mengalami masalah autokorelasi pada kondisi normal yaitu taraf 5 persen, bila nilai h hitung berada diantara -1.96 sampai 1.96. Namun, nilai durbin-h statistic tidak akan diperoleh hasilnya jika hasil kali T var lebih besar dari satu. Hal ini berarti terdapat angka negatif sehingga tidak dapat dihitung nilai akarnya.

4.5.4. Uji Multicollinearity

Multicollinearity adalah suatu hubungan linier antara dua atau lebih variabel bebas dalam satu persamaan tertentu. Jika terjadi korelasi yang sempurna diantara sesama variabel penjelas maka koefisien parameter menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error setiap koefisien estimasi menjadi tidak terhingga. Multicollinearity sempurna jarang terjadi, tetapi umumnya memiliki derajat interkorelasi diantara variabel bebas yang disebabkan saling ketergantungan berbagai variabel ekonomi sepanjang waktu Sitepu dan Sinaga, 2006. Salah satu cara untuk menentukan masalah multicollinearity dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor VIF. VIF merupakan suatu cara untuk mendeteksi Multicollinearity dengan melihat sejauh mana sebuah variabel penjelas dapat diterangkan oleh semua variabel penjelas lainnya di dalam persamaan regresi. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multicollinearity telah menaikkan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan nilai t. Semakin tinggi nilai VIF maka semakin berat dampak dari multicollinearity. Pada umumnya, masalah multicollinearity yang serius terjadi apabila nilai VIF dari suatu variabel lebih besar dari 10 Sarwoko, 2005. 52

4.5.5. Uji Heteroscedasticity

Salah satu asumsi penting dari estimasi metode kuadran terkecil adalah varian residual bersifat konstan atau homoscedasticity. Heteroscedasticity adalah suatu keadaan dimana asumsi tersebut tidak tercapai. Dampak adanya heteroscedasticity adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil estimasi tetap konsisten dan tidak bias. Masalah heteroscedasticity akan mengakibatkan hasil uji statistik-F dan uji statistik-t menjadi tidak berguna. Salah satu cara untuk mendeteksi terjadinya masalah heteroscedasticity adalah dengan menggunakan metode park. Metode park mengandung prosedur dua tahap Sitepu dan Sinaga, 2006. Tahap pertama, melakukan estimasi suatu model persamaan regresi tanpa mempersoalkan apakah ada masalah heteroscedasticity atau tidak. Misalkan spesifikasi model yang ditentukan adalah sebagai berikut: PPBεR = + 1 PKBεR + 2 δPPBεR + ………………………4.12 Estimasi persamaan 4.12 dengan menggunakan metode OLS, sehingga akan menghasilkan nilai estimasi residual error έ = Ŷ-Y. Karena umumnya nilai 2 tidak diketahui, maka hal ini ditaksir dengan menggunakan 2 sebagai proxy sehingga model regresi untuk menaksir 2 adalah: Ln έ 2 = + 1 δn PKBεR + 2 δn δPPBεR + v ………………….4.1γ dimana v adalah error term. Persamaan 4.13 merupakan tahap kedua dari metode park. Apabila koefisien parameter i berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 5 persen, maka hal ini mengindikasikan adanya masalah heteroscedasticity pada data yang digunakan dan sebaliknya. 53

4.5.6. Konsep Elastisitas