Pemahaman Ekstrapolasi Ekstrapolation Hasil dan Pembahasan Temuan Penelitian
a
b
Gambar 4.7 Perbandingan Jawaban Siswa a Kelas Kontrol dan b Kelas
Eksperimen pada Indikator Ekstrapolation
Berdasarkan penjelasan di atas, diperoleh bahwa pada kelas eksperimen nilai rata-rata tertinggi dicapai pada indikator Interpretation sebesar 10,88
dan nilai rata-rata terendah dicapai pada indikator translation,yaitu sebesar 4,1. Sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata tertinggi dicapai pada
indikator interpretation, yaitu sebesar 6,65 dan nilai rata-rata terendah pada indikator translation, yaitu sebesar 3,42.
Agar lebih terperinci berikut ini adalah rekapitulasi nilai rata-rata tiap indikator pemahaman konsep matematika pada materi perkalian kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berdasarkan analisis terhadap data skor posttest pemahaman konsep matematika pada materi perkalian yang
terdiri dari 2 butir soal translation, 7 butir soal interpretation, dan 3 butir
soal ekstrapolation.
Tabel 4.10 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Pemahaman Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Indikator Pemahaman
Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Translation 4,1
3,42 Interpretation
10,88 6,65
Ekstrapolation 7,15
5,45
Dengan membandingkan perolehan nilai rata-rata tiap indikator pemahaman antara kelas ekperimen dan kelas kontrol, diperoleh bahwa nilai
rata-rata pada indikator translation kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pemahaman siswa kelas kontrol kurang
mampu menerjemahkan suatu simbol atau arti dibandingkan dengan siswa kelas eksperimen. Kemudian, nilai rata-rata pada indikator interpretation
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pemahaman siswa kelas kontrol kurang mampu dalam menggabungkan
mengkombinasikan suatu pemahaman tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya dengan menggunakannya dalam materi
yang sedang dipelajarinya sekarang. Nilai rata-rata pada indikator ekstrapolation kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa pada kelas kontrol kurang mampu dalam memperluas dan mengembangkan
rumus-rumus yang sudah diketahui, sehinngga kurang mampu dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan ekstrapolation dengan baik
dan benar. Adapun kegiatan dan hasil kerja siswa pada kelas kontrol yang
menggunakan teknik bersusun dan pada kelas eksperimen yang menggunakan teknik cross-line pada pembelajaran perkalian dapat antara lain sebagai
berikut :
Gambar 4.8 Kegiatan Pembelajaran Siswa pada Kelas Kontrol
Gambar 4.9 Kegiatan Pembelajaran Siswa pada Kelas Eksperimen
Pada Gambar 4.8, merupakan kegiatan siswa kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan teknik bersusun. Pada kegiatan
pembelajaran, terlihat masih terjadi kesalahan dalam menghitung perkalian, siswa juga masih mengalami kekeliruan dalam menempatkan hasil perkalian
sehingga hasil akhirnya pun kurang tepat. Pada Gambar 4.9, merupakan kegiatan pembelajaran siswa kelas
eksperimen yang pembelajarannya menggunakan teknik cross-line. Pada kegiatan tersebut terlihat siswa dapat menerapkan teknik cross-line untuk
menghitung perkalian dengan tepat dan benar sehingga dapat menghitung hasil akhir dengan benar.
Dengan menggunakan teknik cross-line, siswa juga dapat bekerja sama secara aktif dan dapat berkreativitas dalam menjawab soal yang diberikan
guru. Siswa juga dapat menghitung hasil perkalian dengan membuat garis- garis vertikal dan horizontal lalu menjumlahkan hasil persilangannya. Hal
tersebut dapat mempermudah siswa yang masih kesulitan dalam menghitung ataupun memahami perkalian.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa pemahaman konsep matematika pada materi perkalian di kelas eksperimen yang
pembelajarannya menggunakan teknik cross-line lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan menggunakan teknik bersusun dalam proses
pembelajarannya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya.
Dalam penelitian Elisa Arisandi yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Operasi Perkalian untuk Anak Diskalkulia Melalui Metode Garismatika pada Kelas IV SD Negeri 09 Kota Luar Kecamatan Pauh
Padang”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kemampuan operasi perkalian yang hasil bilangannya dua angka untuk anak diskalukia setelah
anak diberikan perkalukan dengan menggunkan metode garismatika dengan presentase 100 dimana sebelumnya hanya mencapai 40. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan operasi perkalian untuk dislakulia dengan menggunakan garismatika.
Wahyu Amrullah dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Metode Tipot Titik Potong dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas
IV SDN 2 Paniis dan SDN 1 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat perbedaan rata-
rata pretes dan postes pada kelas eksperimen dengan hasil dimana
dan . Sehingga H ditolak atau H
1
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa metode Tipot dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian
secara signifikan.