Durasi Pajanan Analisis Pajanan Esposure Assessment

sering mengkonsumsi makanan di luar, sehingga mengurangi frekuensi asupan konsumsi kerang hijau. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa durasi pajanan konsumsi kerang hijau yang telah tercemar logam Cd, meskipun dalam konsentrasi yang rendah akan tetapi dalam jangka yang lama akan menimbulkan efek kesehatan. Pada penelitian ini rata-rata nilai durasi pajanan masyarakat Kaliadem Muara Angke adalah 17 tahun.

d. Berat Badan

Berat badan manusia mencerminkan status gizi seseorang. Gizi yang buruk akan berpengaruh terhadap menurunnya daya tahan tubuh seseorang dan terjadinya gangguan kesehatan. Berat badan yang dimaksud adalah berat badan responden yang diukur dengan menggunakan timbangan badan analog pada saat dilakukan wawancara dalam satuan kilogram. Hasil penelitian menunjukan bahwa 230 responden yang terpajan Cd melalui kerang hijau, diperoleh nilai rata-rata berat badan responden sebesar 57,22 kg dengan berat badan paling rendah adalah 24,30 kg dan paling tinggi yaitu 98,75 kg. Data variabel berat badan menunjukan distribusi normal p value 0,05 sehingga yang digunakan adalah nilai mean. Perbedaan rentang berat badan yang cukup jauh tersebut dikarenakan responden dalam penelitian ini tidak dibatasi berdasarkan berat badannya tetapi seluruh anggota keluarga yang berumur ≥10 tahun dalam satu keluarga dijadikan sebagai responden. Secara teori, nilai intake dipengaruhi oleh nilai konsentrasi risk agent, laju asupan, frekuensi pajanan, durasi pajanan dan berat badan seseorang enHealth, 1992. Hal ini sesuai dengan penelitian Diana 2014 mengenai Paparan Benzene Pada Pekerja di Pusat Pengumpul Produksi PPP PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field, dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar berat badan seseorang maka semakin kecil kemungkinan risikonya untuk mengalami gangguan kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo dan Purwana 2008 mengenai Dampak Kadmium dalam Ikan terhadap Kesehatan Masyarakat, dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa responden dengan berat badan dibawah 50 kg lebih berisiko untuk terjadi gangguan kesehatan akibat pajanan Cd pada hasil laut dibandingkan dengan responden yang memiliki berat badan lebih dari 50 kg. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu yang mempengaruhi nilai intake dan tingkat risiko adalah berat badan, sehingga semakin besar berat badan akan meminimalisir risiko kesehatan akibat pajanan Cd. Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat Kaliadem Muara Angke untuk menambah nilai gizi tubuh dengan menambah asupan zat gizi sehingga akan meningkatkan berat badan dan meminimalisir risiko kesehatan akibat pajanan Cd dalam kerang hijau.

e. Intake

Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata intake konsentrasi Cd dalam kerang hijau yang masuk kedalam tubuh masyarakat Kaliadem Muara Angke sebesar 0,097 mgkghari dan berkisar antara 1,22421x10 -7 mgkghari hingga 1,53 mgkghari. Data variabel intake dalam penelitian ini merupakan data yang tidak normal p value 0,05 sehingga yang digunakan adalah nilai median 0,004 mgkghari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daud et al. 2013 bahwa besarnya nilai intake berbanding lurus dengan nilai konsentrasi bahan kimia, laju asupan, frekuensi pajanan, dan durasi pajanan. Artinya semakin besar nilai-nilai tersebut maka akan semakin besar nilai asupan seseorang, meskipun nilai asupan berbanding terbalik dengan nilai berat badan dan periode waktu rata-rata. Semakin besar berat badan seseorang maka semakin kecil risiko kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan teori enHealth 1992 bahwa perhitungan nilai intake dipengaruhi oleh frekuensi pajanan, durasi pajanan, laju asupan, dan konsentrasi. Berbeda dengan penelitian Sianipar 2009 yang menyatakan bahwa nilai intake dipengaruhlaju asupan, durasi pajanan, frekuensi pajanan, dan konsentrasi sedangkan berat badan tidak berpengaruh dalam menentukan nilai intake. Perbedaan ini dikarenakan pada penelitian Sianipar 2009 data berat badan merupakan data yang homogen, sehingga tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan nilai intake. Secara teori nilai keracunan Cd akibat konsumsi makanan yang tercemar logam Cd efeknya lebih kecil dibandingkan dengan pajanan Cd pada udara. Namun karena sifat Cd yang mampu terakumulasi dalam tubuh, sehingga konsentrasi yang kecil akan disimpan dalam tubuh dan menimbulkan efek kronis dari keracunan Cd tersebut. Tinggi dan rendahnya nilai intake dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat dan besarnya nilai konsentrasi logam berat pada suatu bahan makanan. Berdasarkan hasil penelitian ini nilai intake konsumsi masyarakat Kaliadem masih dibawah reference dose RfD logam Cd dengan oral intake maksimum sebesar 0,001 mgkghari yang ditetapkan oleh Environmental Protection Agency EPA. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai intake dipengaruhi oleh oleh frekuensi pajanan, berat badan, durasi pajanan, konsentrasi dan laju asupan. Pada penelitian ini rata-rata nilai intake responden masih telah melebihi referece dose yang ditetapkan oleh EPA yaitu 0,097 mgkghari. Oleh sebab itu, disarankan kepada masyarakat Kaliadem untuk saat ini mulai mengurangi jumlah asupan konsumsi hasil laut khususnya kerang hijau. Hal tersbut dilakukan untuk mencegah terjadinya efek kesehatan akibat keracunan logam berat yang telah terakumulasi dalam hasil laut.

2. Karakteristik risiko Risk Characterization

– Tingkat Risiko RQ Hasi perhitungan ARKL menunjukkan bahwa, dari 230 responden yang terpajan Cd melalui kerang hijau diperoleh rata-rata nilai RQ sebesar 103,89 dengan nilai RQ minimum sebesar 0.00006 dan nilai maksimum sebesar 1672,42. Kelompok yang paling banyak berrisko terhadap efek kesehatan RQ1 adalah kelompok 1 sebanyak 57 74 responden, sedangkan yang memiliki nilai RQ≤1 paling banyak adalah kelompok 2 sebanyak 30 55,6 responden. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tingkat risiko populasi sudah sangat melampaui batas aman, karena nilai RQ sudah lebih besar dari 1 RQ1 dan probabilitas