Intake Analisis Pajanan Esposure Assessment

risiko itu terjadi untuk responden yang mengkonsumsi kerang hijau yang bersumber dari budidaya kerang hijau di perairan Teluk Jakarta dan tinggal di daerah pesisir Teluk Jakarta. Tingkat risiko yang dimaksud dalam penelitian ini lebih bersifat probabilitas artinya bahwa nilai RQ 1 tidak pasti akan mengalami gangguan kesehatan, tetapi nilai tersebut lebih menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki nilai tingkat risiko lebih besar dari 1 akan memiliki probablitias lebih besar terhadap terjadinya suatu efek kesehatan dibandingkan dengan yang memiliki nilai RQ ≤1. Pajanan logam Cd pada konsentrasi rendah dalam jangka waktu yang lama dapat berisiko menyebabkan keracunan kronis. Ginjal adalah organ target utama pajanan logam Cd SNI, 2009. Menurut WHO 1992 pada kondisi tertentu waktu pajanan yang pendek menyebabkan timbulnya gejala seperti mual, diare, meningkatnya tekanan darah, sesak nafas, batuk, nyeri sendi, sakit kepala, letih, lemas, dan lesu. Namun menurut Hansen et al. 2009 logam Cd yang terakumulasi di dalam ginjal sepanjang waktu, mencapai konsentrasi yang toksik, dan sudah terpajan selama bertahun-tahun dapat menyebabkan kelainan pada sistem ginjal. Sebesar 50 dari metabolisme logam Cd akan disimpan dan terakumulasi dalam hati dan ginjal melalui distribusi darah yang mengandung Cd dari proses absobsi pada dinding usus manusia. Logam Cd akan terekskresi melalui fases dan urine dengan konsentrasi rendah ditambah waktu paruh biological half life sampai 10 – 30 tahun. Akumulasi Cd akan berpengaruh pada faktor umur, dimana akumulasi akan terjadi dan telihat efeknya ketika dewasa nanti Darmono, 1995. Menurut Palar 2004 keracunan kronis yang disebabkan oleh logam Cd umumnya berupa kerusakan-kerusakan pada beberapa sistem fisiologis tubuh. Sistem-sistem tubuh yang dapat dirusak oleh keracunan kronis logam Cd adalah pada sistem urinaria ginjal, sistem respirasi pernafasanparu-paru, dan sistem sirkulasi darah dan jantung. Disamping semua itu, keracunan kronis tersebut juga merusak kelenjar reproduksi, sistem penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang seperti penyakit “Itai- itai” di Jepang. Pada kasus “Itai – itai ” di Jepang pada tahun 1960 terjadi pencemaran tanah, air dan makanan yang diakibatkan aktifitas proses pertambangan pada hulu Sungai Jinzu, Honsyu Jepang. Penyakit “Itai – itai” disebabkan konsumsi beras penduduk yang tinggal di Honsyu yang mengandung konsentrasi logam Cd lebih dari 0,4 mgkg SNI, 2009. Penyakit ini kebanyakan menyerang petani Jepang berumur 40-50 tahun yang hidup dan tinggal disana lebih dari 30 tahun. Pada kasus tersebut sebanyak 200 pasien yang menderita keracunan Cd, separuhnya telah mininggal pada akhir tahun 1965 Darmono, 1995. Menurut Darmono 1995 diperikirakan diet Cd dari makanan sekitar 50 mg tiap hari, jika diet Cd sebesar 250 hingga 350 mg per hari maka akan menyebabkan keracunan. Diperkuat pernyataan dari FAO dan WHO bahwa ambang batas toleransi Cd sekitar 70 mg Cd tiap hari WHO, 1992. Diperkuat dengan penelitian Louekari et al. 2000 yang merekomendasikan bahwa asupan harian yang aman Cd oleh orang dewasa sebesar 40-80 mg. Mengacu pada peraturan SNI 2009, ditetapkan bahwa nilai LD50 untuk logam Cd adalah 225 mgkg dan Provisional Tolerable Weekly Intake PTWI sebesar 0,007 mgkg berat badan. Menurut IRIS 2013 besaran NOAEL untuk logam Cd melalui intake oral adalah 0,01 mgkghari. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya risiko kesehatan pada masyarakat diakibatkan oleh pajanan logam Cd. Menurut hasil pengamatan dan wawancara secara langsung terhadap masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara selama penelitian, bahwa rata-rata hampir seluruh masyarakat Kaliadem Muara Angke memiliki pengetahuan yang kurang terhadap efek kronik dari cemaran logam berat yang telah terjadi di wilayah Teluk Jakarta. Hal ini dikarenakan kurangnya pemberian informasi kepada masyarakat utamanya masyarakat pesisir, mengenai pencemaran dan gangguan kesehatan yang terjadi akibat zat pencemar tersebut. Oleh karena itu, disarankan kepada Dinas Kesehatan Jakarta Utara untuk mengembangkan dan melakukan progam surveilans dan pemetaan terhadap kelompok masyarakat yang berisiko terhadap efek kesehatan akibat pajanan Cd. Selain itu, disarankan kepada masyarakat Kaliadem Muara Angke yang telah memiliki risiko RQ1 gangguan kesehatan akibat pajanan Cd akibat konsumsi kerang hijau untuk mengkonsumsi food suplement seperti Alfalfa sebanyak 2000-3000 mghari, Ca sebanyak 2000 mghari dan Mg sebanyak 1000 mghari, vitamin E sebanyak 600-1000 IUhari, Zn sebanyak 50-60 mghari, Cu sebanyak 3 mghari Darmono, 1999.