Hubungan Berat Badan dengan Tingkat Risiko
                                                                                Hal  ini  sesuai  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Purnomo  dan Purwana  2008  yang  menyatakan  bahwa  nilai  intake  mempunyai  hubungan
yang sangat bermakna dengan nilai RQ p value =0,000. Sama halnya dengan penelitian Masengi et al. 2013 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna  antara  kejadian  hipertensi  pada  masyarakat  pesisir  dengan  pola konsumsi  makanan  laut  p  value  0,05.  Hal  tersebut  berarti  pola  konsumsi
makanan  laut  berpengaruh  terhadap  angka  kejadian  hipertensi  pada masyarakat  pesisir.  Sejauh  ini  belum  ada  penelitian  yang  mengatakan  tidak
adanya hubungan antara intake dengan nilai RQ. Secara  teori,  besarnya  nilai  intake  dipengaruhi  oleh  konsentrasi,  laju
asupan,  frekuensi  pajanan,  durasi  pajanan,  dan  berat  badan  IPCS,  2010. Nilai  intake  didapatkan  dari  perhitungan  dengan  menggunakan  formulasi
rumus antara konsentrasi, laju asupan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan yang nantinya akan digunakan untuk menghitung nilai RQ IPCS,
2010.  FAO;  WHO  dan  The  Joint  Expert  Committee  on  Food  Additives JECFA  dalam  pertemuan  ke  16  nya  menetapkan  PTWI  Cd  untuk  untuk
orang  dewasa  sebesar  400- 500  μg.  Standar  tersebut  sesuai  dengan  masukan
Cd  yang dapat  ditolerir  oleh tubuh  sementara  yaitu 0,81 400÷7÷70 ke 1,01 μgkgday, yang telah disederhanakan menjadi 1 μgkgday WHO, 1972.
Hubungan toksisitas Cd pada ginjal dan hati telah diamati pada orang- orang dengan intake Cd yang sesuai dengan PTWI WHO, 2005. Pajanan 30-
50μg Cd per hari untuk orang dewasa atau 0,43-0,57 μgkgday atau 0,00043-
0,00057  mgkghari  telah  dihubungkan  dengan  peningkatan  risiko  kelainan tulang,  kanker,  kelainan  fungsi  ginjal,  dan  hati  Stoeppler,  1992.  Untuk  itu,
FAO;  WHO  menyarankan  batas  intake  mingguan  yang  bersifat  melindungi dan konsumen itu berada pada risiko intake Cd di bawah PTWI WHO, 2005.
Berdasarkan  penjelasan  diatas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  nilai intake  dipengaruhi  oleh  nilai  konsentrasi  risk  agent,  frekuensi  pajanan,  laju
asupan,  durasi  pajanan,  dan  berat  badan  responden.  Pada  penelitian  ini  nilai intake  mempunyai  hubungan  yang  bermakna  dengan  nilai  RQ  p  value
=0,000.  Hal  tersebut  berarti  semakin  tinggi  nilai  intake  maka  akan berpengaruh  terhadap  meningkatnya  risiko  terjadinya  gangguan  kesehatan.
Oleh karena itu, disarankan kepada Dinkes Jakarta Utara untuk melaksanakan progam  penyuluhan  kepada  masyarakar  mengenai  bahaya  logam  berat  yang
telah  mencemari  hasil  laut  dan  kepada  UPT  dan  PKPP  PPI  Muara  Angke untuk  melakukan  pengawasan  mutu  hasil  laut  yang  dijual  di  PPI  Muara
Angke secara periodik.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasakan  hasil  penelitian  yang  telah  dilakukan  pada  kerang  hijau yang  dibudidayakan  di  perairan  Teluk  Jakarta  dengan  menghitung  tingkat
risiko  kandungan  logam  berat  kadmium  Cd  dalam  kerang  hijau  tersebut yang dikonsumsi masyarakat Kalidem Muara Angke Jakarta Utara, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: 1.  Karakteristik  responden  masyarakat  Kalidem  Muara  Angke  Jakarta
Utara  sebesar  50,4  responden  berusia  ≤34  tahun,  sebesar  75,7 responden  memiliki  jenis  kelamin  perempuan,  sebesar  88,3
responden  memiliki  status  sudah  menikah,  sebesar  51,3  responden lebih  menyukai  memasak  kerang  hijau  tanpa  menggunakan
cangkangnya  sudah  dikupas,  dan  sebesar  35,7  responden  bekerja sebagai ibu rumah tangga.
2.  Hasil  pemeriksaan  konsentrasi  Cd  pada  kerang  hijau  rata-rata  adalah 0,083  mgL  atau  0,83  mgkg.  Konsentrasi  tersebut  masih  tergolong
rendah  dan  aman  menurut  nilai  standar  dari  SNI  tahun  2009  dan Peraturan  Kepala  Badan  POM  RI  Nomor  HK.00.06.1.52.4011  tahun
2009  tentang  Penetapan  Batas  Maksimum  Cemaran  Mikroba  dan Kimia dalam Makanan nilai maksimum 1,0 mgkg.