Hubungan Laju Asupan Kerang Hijau dengan Tingkat Risiko

sehingga masyarakat yang lebih sering mengkonsumsi kerang hijau maka akan meningkatkan nilai RQ. Namun berbeda dengan penelitian Ashar 2007 tentang Pajanan Mangan dalam Air Melalui Intake Oral dan penelitian Purnomo dan Purwana 2008 tentang Dampak Kandungan Kadmium pada Ikan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara frekuensi pajanan dengan nilai tingkat risiko p value = 0,178. Perbedaan tersebut terjadi karena penelitian Ashar 2007; Purnomo dan Purwana 2008 menggunakan nilai deflut konsumsi maksimum yang ditetapkan oleh US-EPA yaitu 365 haritahun atau setiap hari, yang berarti seluruh frekuensi pajanan responden disamakan dengan responden yang mengkonsumsi setiap hari. Meskipun dalam kenyataannya tidak semua responden mengkonsumsi setiap hari. Standar BPS menjelasakan bahwa konsumsi kerang hijau maksimum yang dianjurkan adalah satu minggu sekali atau 52 haritahun. Namun pada hasil penelitian ini responden yang mengkonsumsi kerang hijau dalam frekuensi ≤52 haritahun sebesar 22,1 memiliki nilai RQ 1. Jadi, walaupun responden telah mengkonsumsi sesuai dengan standar yang telah dianjurkan akan tetapi masih berisiko terhadap gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi kerang hijau yang telah tercemar Cd. Hal ini dikarenakan besarnya tingkat risiko tidak hanya dipengaruhi oleh variabel frekuensi pajanan, namun juga dipengaruhi oleh variabel konsentrasi Cd, laju asupan, durasi pajanan, dan berat badan. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini frekuensi pajanan memiliki hubungan yang bermakna terhadap nilai tingkat risiko p value =0,000. Hal tersebut berarti bahwa apabila frekuensi mengkonsumsi kerang hijau sering maka akan lebih berisiko terhadap efek kesehatan akibat keracunan kadmium. Meskipun telah mengkonsumsi kerang hijau sesuai dengan standar yang telah diajurkan oleh BPS, akan tetapi standar tersebut masih belum bisa melindungi populasi yang ada dalam penelitian ini. Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara untuk mengurangi frekuensi asupan kerang kerang hijau agar dapat meminimalisir risiko kesehatan akibat pajanan Cd dalam kerang hijau.

4. Hubungan Durasi Pajanan Kerang Hijau dengan Tingkat Risiko

Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 230 responden yang sudah terpajan 15 tahun sebesar 60,7 responden memiliki nilai RQ 1, sedangkan responden yang terpajan ≤15 tahun sebesar 58,9 responden memiliki nilai RQ ≤1. Pada penelitian ini nilai durasi pajanan dengan tingkat risiko memiliki hubungan yang bermkana p value 0,05. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Purnomo dan Purwana 2008 yang menyatakan bahwa durasi pajanan mempunyai hubungan yang sangat bermakna dengan tingkat risiko p value =0,000 dengan nilai OR adalah 7,89. Hal tersebut berarti responden yang terpajan 25 tahun berisiko 7,89 kali lebih besar untuk mengalami gangguan kesehatan daripada responden yang terpajan ≤25 tahun. Diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sianipar 2009 yang menyatakan bahwa ada perbedaan proporsi besar gangguan kesehatan antara responden yang menghirup udara mengandung H2S selama 15 tahun dengan responden yang menghirup 15 tahun. Nilai OR adalah 4,00 yang berarti bahwa responden yang menghirup udara selama ≥15 tahun berisiko 4 kali lebih besar mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H2S yang terkandung dalam udara dibanding dengan responden yang menghirup udara 15 tahun. Secara teori pajanan yang terus-menerus dari suatu bahan kimia dapat mengakibatkan gangguan kesehatan meskipun dalam konsentrasi yang rendah Gupta, 2009. Akumualsi Cd akan berpengaruh pada faktor umur dan waktu terpajan dimana akumulasi akan terjadi dan terlihat efeknya ketika dewasa nanti Darmono, 1995. Target organ yang sering terganggu adalah ginjal. Akumulasi pada ginjal dan hati 10 hingga 100 kali konsentrasi pada jaringan yang lain F.Nordberg, 1992. Penelitian Ratnaningsih 2014 dengan melakukan percobaan pengaruh Cd terhadap gangguan patologi pada tikus menunujukan bahwa berdasarkan uji klinis terlihat bahwa dengan makin tinggi konsentrasi Cd yang masuk ke dalam tubuh dan makin lama pemaparannya, maka terlihat bahwa kadar protein urin meningkat sebanding dengan makin tingginya akumulasi Cd dalam ginjal. Selain itu juga terlihat adanya perubahan pada tubulus dan glomerulus sebagai akibat dari makin banyaknya akumulasi kadmium dalam ginjal.