Hubungan Konsentrasi Kadmium, Laju Asupan, Frekuensi Pajanan,

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini menampilkan tingkat risiko kandungan logam berat kadmium dalam kerang hijau yang dikonsumsi masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara pada tahun 2015, yang mana data diambil dari bulan April-Juni 2015. Namun dalam proses pelaksanaan penelitian terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian dan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut adalah: 1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Variabel dependen tingkat risiko dan variabel independen konsentrasi Cd dalam kerang hijau, laju asupan, durasi pajanan, berat badan, dan intake diamati pada waktu yang bersamaan, tanpa memberikan perlakuan kepada responden sehingga rancangan ini mempunyai kelemahan karena tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat. Faktor risiko sulit diukur secara akurat dan kurang valid untuk meramalkan suatu kecenderungan. Meskipun demikian, desain ini dipilih karena paling sesuai dengan tujuan penelitian, serta efektif dari segi waktu. 2. Lingkup wilayah penelitian yang kecil sehingga hanya dapat digeneralisasikan terhadap wilayah Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara. 3. Analisis risiko kesehatan akibat mengkonsumsi kerang hijau yang mengandung logam kadmium dibatasi hanya berdasarkan asupan intake melalui pajanan kerang hijau yang dikonsumsi oleh masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara. Sehingga tidak memperhitungkan asupan intake logam kadmium yang berasal dari air minum, makanan lain selain kerang hijau maupun dari asap rokok. 4. Pemeriksaan gejala keracunan kadmium langsung ditanyakan ke responden, tanpa mengunakan pengukuran biomarker seperti pada darah dan urin untuk memperkuat hasil karena keterbatasan dana dan waktu. 5. Data untuk penilaian konsentrasi kerang hijau dalam penelitian ini hanya berdasarkan hasil satu kali pengukuran risk agent Cd, dengan tidak memperhitungkan adanya perbedaan konsentrasi sebelum ataupun sesudah penelitian ini dilakukan akumulasi, sehingga konsentrasi yang diukur untuk menghitung asupan intake Cd yang diterima kurang mewakili.

B. Karakteristik Responden

1. Distibusi Usia di Wilayah Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara Tahun

2015 Data distribusi karakteristik responden menurut usia, dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak adalah ≤ 34 tahun sebanyak 116 50,4, sedangkan responden yang berusia 34 tahun hanya sebesar 49,6. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susiyeti 2010 tentang analisis risiko kandungan kadmium dalam ikan di Kampung Nelayan Muara Angke yang menyatakan bahwa berdasarkan kelompok umur paling banyak adalah usia 20-30 tahun yaitu sebesar 39,2. Diperkuat dengan penelitian Listianingsih 2008 yang menyatakan bahwa kelompok umur paling banyak di Kelurahan Muara Angke tahun 2007 adalah usia ≤34 tahun sebesar 59,67. Pada penelitian ini usia dibatasi mulai dari ≥10 tahun, karena efek Cd paling singkat terjadi pada rentan waktu 10 tahun. Cara pengukuran usia pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara dan alat ukur kuesioner. Namun penelitan Harvey et al 2009 menyatakan bahwa pengaruh akumulasi Cd menunjukkan peningkatan Cd dalam darah B-Cd pada umur 30-45 tahun. Hal ini dikarenakan orang yang lebih tua mempunyai konsentrasi B-Cd lebih tinggi dibanding orang dewasa. Teori ini sesuai dengan pendapat F. Nordberg 1992 yang menyatakan bahwa konsentrasi B-Cd pada umumnya lebih rendah pada anak-anak dibanding orang dewasa, yakni 0.1- 0.5 μgL. Hal ini dikarenakan sifat logam Cd yang terakumulasi akan menimbulkan dampak kesehatan setelah 10-30 tahun ATSDR, 1999. Berdasarkan pemaparan diatas membuktikan bahwa dominasi individu pada wilayah Kelurahan Muara Angke berusia produktif 17 -34 tahun. Sementara sampai saat ini belum ada penelitian yang mengatakan jumlah konsumsi makanan hasil laut berkurang seiring dengan bertambahnya usia.

2. Distibusi Jenis Kelamin di Wilayah Kaliadem Muara Angke Jakarta

Utara Tahun 2015 Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden wanita sebanyak 174 75,7 responden. Namun menurut penelitian Susiyeti 2011 yang dilakukan di Kampung Nelayan Muara Angke menyatakan bahwa sebesar 62,9 responden adalah laki-laki. Hal ini juga dijelaskan pada penelitian Listianingsih 2008 yang menyatakan bahwa sebesar 52,02 masyarakat Kelurahan Muara Angke pada tahun 2007 adalah laki-laki. Pada penelitian ini terdapat perbedaan karakteristik individu berdasarkan jenis kelamin jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Hal ini dikarenakan peneliti mendatangi rumah-rumah warga pada waktu siang hingga sore dan pada saat demikian paling banyak dijumpai wanita, sedangkan populasi pria sebagian besar sedang bekerja. Cara pengukuran jenis kelamin dilakukan dengan metode wawancara dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Secara teori, perempuan mempunyai konsentrasi B-Cd lebih tinggi dibanding laki-laki Hansen and Abbott, 2009. F. Nordberg 1992 mengatakan bahwa perempuan usia 50-55 tahun mempunyai konsentrasi B- Cd lebih tinggi 0,5 μgL dibanding laki-laki pada umur yang sama 0,3 μgL. Sesuai dengan penelitian Louekari et al 2000 yang menyatakan bahwa absrobsi Cd akan meningkat bila terjadi defisiensi Ca, Fe, dan rendah protein dalam makanannya. Defisiensi Ca dalam makanan akan merangsang