Distribusi Pekerjaan di Wilayah Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara
Nurjanah et al., 1999, pada tahun 2009 berkisar 0,46-0,743 mgkg dengan rata- rata 0,629 mgkg Prasetyo, 2009, kemudian pada tahun 2012 konsentrasi Cd
dalam kerang hijau rata-rata 0,739 mgkg Fernanda, 2012, dan pada penelitian ini konsentrasi Cd dalam kerang hijau berkisar 0,52-0,94 mgkg dengan rata-rata
0,830 mgkg. Meningkatnya konsentrasi Cd pada kerang hijau diakibatkan oleh beberapa hal seperti kondisi lingkungan. Sebagian besar Cd yang terdapat di
alam dihasilkan oleh limbah industri dalam jumlah ±10.000 ton setiap tahunnya BLH DKI Jakarta, 2013. Telah dijelaskan dalam al-Quran surah ar-Rum ayat
41 bahwa, “telah tampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. ”
Ar-Rum 30: 41. Syihab 2009 dalam karyanya Tafsir Al-Mishbah
menafsirkan ayat tersebut bahwa terjadinya pencemaran di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab melalui
pembungan limbah sembarangan, sehingga keseimbangan lingkungan menjadi kacau.
Hasil pengukuran konsentrasi Cd yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 0,052 mgL─0,094 mgL 0,52 mgkg─0,94 mgkg. Konsentrasi
tersebut lebih kecil dibandingan hasil pengukuran konsentrasi Cd saat studi pendahuluan yaitu 1,48 mgkg. Perbedaan konsentrasi Cd dalam kerang hijau
dikarenakan perbedaan waktu pengambilan spesimen saat penelitian dan studi pendahulan berbeda. Pengambilan spesimen saat penelitian dilakukan pada bulan
Mei 2015 saat sore hari dengan ukuran spesimen kerang hijau rata-rata 5cm,
sedangkan saat studi pendahuluan pengambilan spesimen dilakukan pada bulan November 2014 saat sore hari dengan ukuran spesimen kerang hijau
≤5cm. Selain hal tersebut penentuan titik lokasi pengambilan spesimen juga
mempengaruhi tinggi rendahnya konsentrasi logam berat pada kerang hijau. Pengambilan spesimen saat studi pendahuluan kemungkinan diambil dari
wilayah yang pencemarannya tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian tentang konsentrasi kandungan logam berat dalam kerang hijau yang menyebutkan
bahwa tinggi rendahnya kandungan logam berat dalam kerang hijau dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti ukuran spesimen Riani, 2009, umur
spesimen yang digunakan Cordova et al., 2011, musim saat pengambilan spesimen Otchere, 2003;Riani, 2012, kondisi lingkungan perairan dan
sedimen Riani, 2009. Hal yang sama juga terdapat pada penelitian Winarno dkk 2008 yang
menyatakan bahwa pengambilan spesimen saat Musim Barat mempengaruhi tingkat konsentrasi logam berat pada kerang hijau. Pada penelitian tersebut
dijelaskan bahwa konsentrasi logam berat pada kerang hijau yang diambil pada bulan November 2005 lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi kerang hijau
yang diambil pada bulan Maret 2006. Menurut Riani 2009 menyatakan bahwa kerang hijau mampu menyerap logam berat dan menyimpannya dalam tubuhnya
dengan efektif, sehingga kerang hijau direkomedasikan sebagai biofillter logam berat dan bersifat sebagai vacum cleaner bagi perairan yang tercemar logam
berat Riani, 2009.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun konsentrasi Cd dalam kerang hijau pada saat penelitian masih tergolong rendah
dan aman menurut nilai standar dari SNI tahun 2009 dan Peraturan BPOM RI HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009, akan tetapi seiring dengan terjadinya
pencemaran pada perairan Teluk Jakarta maka juga akan mempengaruhi terjadinya akumulasi logam Cd pada kerang hijau tersebut sehingga tidak
dianjurkan oleh masyarakat konsumsi kerang hijau secara berlebihan. Oleh karena itu untuk mengurangi pencemaran yang ada di perairan Teluk Jakarta
disarankan kepada Badan Lingkungan Hidup BLH DKI Jakarta untuk meningkatkan pengawasan dan pemantauan terhadap limbah industri yang
dibuang di perairan Teluk Jakarta. Selain hal tersebut, dengan melihat kondisi perairan Teluk Jakarta yang saat ini sudah tercemar maka tindakan yang
sebaiknya dilakukan oleh BLH DKI Jakarta adalah bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan remediasi dengan menggunakan beberapa
metode seperti metode fisika-kimia dengan menggunakan padatan tersuspensi Suspended Solid-SS Sanusi et al., 2005, bioremediasi dengan menggunakan
Chlorella sp Wetipo et al., 2011, Aspergillus flavus Rakhmawati, 2010, atau menggunakan
teknik fitoremediasi
fitoplankton dengan
menggunakan Nannochloropsis salina dan Chaetoceros calcitran Makkasau et al., 2011.