Pertanyaan Penelitian Manfaat Penelitian

memberikan gambaran mengenai tingkat pencemaran yang terjadi terhadap hasil laut yang ditangkap dari perairan Teluk Jakarta. 4. Bagi Dinas Kesehatan Jakarta Utara Penelitian ini juga dapat memberikan gambaran tentang tingkat risiko kandungan logam berat Cd dalam kerang hijau Perna viridis yang merupakan hasil budidaya yang dilakukan di perairan Teluk Jakarta yang dikonsumsi oleh masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal disekitar pesisir perairan Teluk Jakarta sehingga dapat dilakukan manajemen risiko terhadap efek kesehatan yang akan ditimbulkan. 5. Bagi Badan Lingkungan Hidup BLH DKI Jakarta Penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran pencemaran lingkungan utamanya pada wilayah perairan Teluk Jakarta dan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan mengenai pengawasan limbah pabrik yang dibuang pada badan air.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efek kesehatan lingkungan kandungan logam berat Cd pada kerang hijau Perna viridis yang dikonsumsi masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara. Analisis spesimen dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKIK dan Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi dalam penelitian ini diambil di Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara yang merupakan pusat budidaya kerang hijau yang dilakukan di perairan Teluk Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan metode pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL, sehingga dalam penelitian ini menggabungkan antara studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan EKL dengan studi ARKL. Teknik pengambilan responden dilakukan dengan teknik simple random sampling. Populasi dari peneltian ini adalah masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara yaitu kelompok 2, 6, 7, dan 9 dengan jumlah 415 KK. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 191 KK 230 responden dan 11 spesimen kerang hijau. Responden dalam penelitian ini adalah laki-laki atau perempuan yang berusia ≥10 tahun yang tercatat dalam kelompok nelayan 2,6,7, dan 9 di Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara. Jenis data yang digunakan adalah data primer untuk mengetahui karakteristik individu dan pola aktifitas individu dengan cara melakukan pengisian kuesioner terhadap masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara. Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan perhitungan dengan formulasi rumus sehingga didapatkan nilai intake dan tingkat risiko RQ. Data konsentrasi Cd dalam kerang hijau didapatkan dari pemeriksaan di Laboratorium Terpadu dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometry AAS metode Flow. Sebelum dilakukan pengujian dengan AAS sampel kerang hijau dilakukan ektraksi dengan metode destruksi basah yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKIK UIN Jakarta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerang Hijau Perna viridis

Kerang hijau Perna viridis di Indonesia mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah, seperti Kijing Jakarta, Kedaung Banten, dan Kemudi Kapal Riau. Di Malaysia dikenal dengan sebutan Siput Kudu, Chay LuanTam Chay Singapura, Ta Hong Philipina dan Hoi Pong Thailand National Park Service, 2014. Kerang hijau diklasifikasikan sebagai berikut Vakily, 1989: Filum : Moluska Kelas : Bivalvia Subkelas : Lamellibranchia Ordo : Anisomyria Famili : Mytilidae Genus : Perna Spesies : Perna viridis L. Kerang hijau adalah organisme yang dominan pada ekosistem litoral wilayah pasang surut dan subtorial dangkal. Kerang hijau dapat hidup dengan subur pada perairan teluk, estuari, perairan sekitar area mangrove dan muara dengan kondisi lingkungan yang dasar perairannya berlumpur campur pasir, dengan cahaya dan pergerakan air yang cukup, serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi Setyobudiandi, 2000. Kerang hijau pada umumnya bersifat dioecius yaitu induk jantan dan betina terpisah dan pembuahan terjadi di luar tubuh. Telur yang dibuahi berbentuk bola dengan diameter sekitar 50 μm, sedangkan telur yang tidak dibuahi berbentuk lonjong. Perkembangan kerang hijau dari larva hingga dewasa sangat dipengaruhi oleh salinitas. Pada tingkat larva, salinitas 21-33 memungkinkan larva tersebut tumbuh normal dan berkembang menjadi tingkat berikutnya sebagai veliger Molnar et al., 2008. Kerang hijau secara alami mendiami muara perairan di mana salinitas berkisar 27- 33 PSU, batas bawah sekitar 16 ppt. Kisaran suhu optimal 26-32 o C tetapi beberapa kerang hijau bisa bertahan untuk jangka pendek dari 10-35 o C. Kerang hijau memakan fitoplankton, zooplankton, dan detritus yang disaring dari air Linnaeus, 2001. Kerang hijau tersebar luas di banyak muara sungai perairan Indonesia dan perairan tropika lainnya. Mereka umunya hidup menempel pada dasar subtrat yang keras seperti kayu, bambu, batu, bangunan beton, dan lumpur keras dengan bantuan byssus serabut penempel National Park Service, 2014. Golongan kekerangan merupakan salah satu jenis hewan yang bertingkah laku sebagai flitter sebagai vacum cleaner terhadap limbah B3 adalah hewan yang sesil menetap yakni goIongan kekerangan. Diantara golongan kekerangan yang mampunyai kemampuan yang basar dalam menyerap limbah B3 terutama logam berat adalah kerang hijau Perna viridis. Kerang hijau ukuran kecil dapat bertingkah laku sebagai vacum cleaner bagi limbah cair kawasan industri yang masuk ke dalam perairan Riani, 2009. Kerang Hijau telah digunakan sebagai indikator biopollution logam berat, organoklorin, dan hidrokarbon minyak bumi. Kerang Hijau adalah salah satu spesies kerang terbaik untuk menguji biopollution Molnar et al., 2008.