16
2.1.4 Rute Eksposur
Zat kimia dapat memasuki tubuh manusia dengan cara yang berbeda, tergantung pada sifat mereka misalnya cairan, gas, dll dan jalan yang mereka digunakan. Zat
kimia dapat menembus ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan bila terhirup, kontak langsung dengan mata atau kulit, atau tertelan dan masuk ke dalam pencernaan. Rute
pajanan melalui kulit dijelaskan sebagai berikut :
Tangan adalah bagian tubuh yang utama di mana dapat terjadi kulit kontak dengan bahan pembersih. Selain mungkin bersifat iritan atau beracun, bahan pembersih juga
mengandung zat yang dapat menurunkan dan menghancurkan penghalang alami bagi kulit. Sering terpapar air pekerjaan basah juga dapat mengubah mekanisme pertahanan
penghalang kulit dengan konsekuensi bahwa kulit menjadi lebih permeable dan lebih sensitif terhadap zat kimia lainnya. Sebuah pertahanan alami kulit yang rusak dapat
menyebabkan dermatitis kontak iritan. Asupan zat sistemik juga dapat meningkatkan
kerusakan kulit.
Meskipun sarung tangan dapat melindungi kulit dari pekerjaan basah dan kontak dengan bahan kimia, sarung tangan anehnya dapat menyebabkan masalah kulit jika
selama pemakaian sarung tangan tidak memungkinkan kulit untuk bernafas. Penggunaan sarung tangan lateks sekali pakai dapat menjadi faktor risiko alergi lateks pada kulit.
Selain itu, dalam praktek, sarung tangan kadang-kadang tidak tepat digunakan, atau sarung tangan yang benar digunakan tapi seiring terlalu lama jangka waktu tanpa
memperhitungkan berapa lama sarung tangan sebenarnya mampu menyediakan perlindungan. Adanya pengobatan yang tepat, bersama dengan pelatihan dan
peningkatan kesadaran pekerja akan resiko merupakan suatu perlindungan terhadap
17 risiko pada kulit. Program perawatan kulit yang tepat, mencakup perlindungan kulit,
membersihkan kulit dan perawatan kulit juga penting.
Menurut sebuah penelitian Jungbauer, et al 2004 mengenai pekerjaan basah cleaning service di industri, pekerja yang membersihkan kantor diklasifikasikan
sebagai pekerjaan basah. Kegiatan pembersihan utama dilakukan di gedung kantor untuk membersihkan lantai, toilet, perabot dan tempat sampah dan lebih dari 50 proses
pembersihan dari seluruh pekerjaan dilakukan dalam kondisi tangan basah karena kontak dengan air dan menyebabkan iritasi kulit misalnya karena kontak dengan asam,
basa, maupun pelarut untuk sebagian dari waktu pembersihan. Produk yang mengandung zat iritan atau alergi digunakan setiap hari dan sering terjadi kontak dengan
kulit. 2.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja
Pada prinsipnya penyebab terjadinya penyakit kulit akibat kerja sama dengan penyakit lainnya yaitu tidak adanya keseimbangan antara host manusia, agent
penyebab dengan environment lingkungan Erliana, 2008. Menurut WHO 1995, penyakit kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit kulit ini meliputi penyakit kulit baru yang timbul karena pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit kulit lama yang kambuh karena
pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit akibat kerja atau yang dikenal dengan Occupational Dermatosis
adalah segala kelainan pada kulit yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Adapun beberapa penyebab penyakit kulit akibat kerja dapat dikategorikan sebagai
berikut Florence, 2008 :
18 a Faktor Mekanik
Gesekan, tekanan trauma, menyebabkan hilangnya barrier penghalang sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder. Penekanan kronis menimbulkan
penebalan kulit seperti kuli-kuli bangunan. b Faktor Fisik
1. Suhu tinggi di tempat kerja dapat menyebabkan miliara, combustion 2. Suhu rendah menyebabkan chilblans, trench foot, frosbite
3. Kelembaban terlalu rendah menyebabkan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan menjadi kering dan pecah-pecah sehingga dapat terjadi perdarahan
pada kulit dan selaput lendir 4. Radiasi elektromagnetik non ionisasi seperti ultraviolet dan infra merah
5. Kelembaban yang menyebabkan kulit menjadi basah, hal ini dapat menyebabkan malerasi, paronychia dan penyakit jamur
6. Penerangan yang kurang baik dapat menyebabkan terganggunya indra penglihatan sehingga cenderung terjadi kecelakaan kerja
7. Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk uap, gas, asap, kabut menjadi lebih besar
c Faktor Biologi Bakteri, virus, jamur, serangga, kutu, cacing menyebabkan penyakit pada
karyawan perkebunan, rumah potong, pertambangan, peternakan, tukang cuci dan lain-lain.
19 d Tanaman dan Bahan-bahan yang berasal dari padanya
Dijumpai pada pekerja-pekerja pengolahan karet, damar dan tembakau, pekerja perkayuan dan perusahaan meubel.
e Mental Psikologis Seperti hubungan kerja yang kurang baik, pekerjaan-pekerjaan yang monoton
dan faktor-faktor psikis lainnya. f Faktor Kimia
Apabila kulit terpapar dengan bahan kimia dapat terjadi kelainan kulit berupa dermatitis kontak iritasi atau dermatitis kontak alergi. Faktor penyebab terbanyak
adalah agen kimia yang terdiri dari 4 kategori : 1. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam
arsen, air raksa dan lain-lain 2. Sensitizer, logam dan garam-garamnya kromium, nikel, kobal, dll, bahan-bahan
kimia karet, obat-obatan dan antibiotik, kosmetik dan lain-lain 3. Agen-agen aknegik, naftalen dan bifenil klor, minyak mineral dan lain-lain
4. Photosensitizer-antrasen, pitch, derivate asam benzoate, hidrokarbon aromatik, pewarna akridin dan lain-lain
Sedangkan menurut Fregert 1988, zat-zat kimia yang dapat menyebabkan penyakit kulit antara lain adalah kromium, nikel, cobalt dan mercuri.
a. Kromium, adalah suatu logam putih keras dengan titik lebur 1.890ºC. Senyawa-