Hubungan antara Kelembaban dengan Dermatitis Kontak

terkena dermatitis kontak dibanding dengan kulit yang sukar berkeringat atau kering karena adanya keringat sebagai proteksi bagi kulit terhadap kontak dengan bahan kimia. Sejalan dengan teori Ganong 2006 dalam Ernasari 2012 yang menyatakan bahwa keringat melindungi kulit dengan cara mengencerkan dan menghanyutkan bahan-bahan iritan. Kulit yang berminyak lebih tahan terhadap sabun, bahan pelarut dan zat-zat yang larut dalam air, sedangkan kulit kering kurang tahan terhadap chemical dehydration seperti asam, basa, detergen dan bahan pelarut lemak, misalnya terpentine, benzol dan sabun. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa tidak adanya hubungan suhu dengan kejadian dermatitis kontak pada penelitian ini dimungkinkan karena adanya pengaruh faktor lain, seperti halnya riwayat penyakit kulit sebelumnya, tipe kulit dan pengeluaran keringat.

6.5.6 Hubungan antara Kelembaban dengan Dermatitis Kontak

Kelembaban merupakan konsentrasi uap air di udara lingkungan kerja yang tercatat pada alat thermohygrometer berdasarkan hasil pengukuran. Pada tabel 5.2 rata-rata kelembaban yaitu sebesar 58,4, sedangkan kelembaban tertinggi yaitu 68 dan kelembaban terendah yaitu 43. Pada tabel 5.4 untuk variabel kelembaban diperoleh p value sebesar 0,117, artinya pada  =5 tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja cleaning service di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Pada penelitian Ruhdiat 2006, proporsi pada populasi yang mengalami dermatitis kontak pada kelembaban lingkungan kerja 65 sebesar 86,89 dan proporsi pada populasi yang mengalami dermatitis kontak pada kelembaban lingkungan kerja ≥65 sebesar 0. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan antara faktor kelembaban dengan terjadinya dermatitis kontak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ruhdiat 2006, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kelembaban dengan dermatitis kontak. Kelembaban rata-rata lingkungan kerja pada tempat penelitian adalah sebesar 58,4, hal ini telah sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan No.1405MenKesSKXI2002 mengenai nilai ambang batas kesehatan lingkungan kerja, yaitu 40 - 60. Kemungkinan kelembaban dengan dermatitis kontak tidak menunjukkan hubungan adalah karena menurut American Academy of Dermatology 2010 bahwa dermatitis disebabkan oleh lingkungan yang ekstrim termasuk kelembaban yang ekstrim, sedangkan pada tempat penelitian rata-rata kelembabannya masih berada dalam nilai ambang batas menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405MenKesSKXI2002. Dalam penelitian ini bahwa pekerja yang berada pada kelembaban kurang dari 60 tetapi mengalami dermatitis kontak ternyata mempunyai rata-rata lama kontak lebih tinggi 3,66 jamhari dibandingkan dengan rata- rata lama kontak pekerja yang berada pada kelembaban kurang dari 60 dan tidak mengalami dermatitis kontak 2,93 jamhari. Untuk rata-rata frekuensi kontak dengan bahan kimia pada kelompok ini juga lebih tinggi 5 kalihari dibandingkan dengan rata-rata frekuensi kontak pekerja yang berada pada kelembaban kurang dari 60 dan tidak mengalami dermatitis kontak 4 kalihari. Sesuai dengan teori Cohen 1999 yang menyatakan bahwa semakin lama kulit kontak dengan bahan kimia maka dapat menyebabkan rusaknya sel kulit lapisan luar, semakin sering berkontak maka semakin rusaknya sel kulit lapisan yang lebih dalam sehingga kejadian dermatitis kontak semakin berisiko tinggi. Kemudian juga ditinjau dari faktor riwayat penyakit kulit sebelumnya, diketahui bahwa dari 29 pekerja yang berada pada kelembaban kurang dari 60 dan mengalami dermatitis kontak ternyata ada sebanyak 25 pekerja 86 memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya. Pada pekerja yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit dermatitis, merupakan kandidat utama untuk terkena penyakit dermatitis. Hal ini karena kulit pekerja tersebut sensitif terhadap berbagai macam zat kimia. Jika terjadi inflamasi maka zat kimia akan lebih mudah dalam mengiritasi kulit, sehingga kulit lebih mudah terkena dermatitis Cohen, 1999. Oleh karena itu diperkirakan adanya pengaruh beberapa faktor tersebutlah yang menyebabkan tidak adanya hubungan antara kelembaban dengan kejadian dermatitis kontak pada penelitian ini.

6.5.7 Hubungan antara Riwayat Alergi dengan Dermatitis Kontak

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015

6 71 101

Pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

5 28 155

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

9 149 181

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu Di Wilayah Kecamatan Ciputat Dan Ciputat Timur Tahun 2012

0 45 183

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014

7 35 188

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara tahun 2013

1 49 177

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

1 22 165

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Proses Finishing Meubel Kayu di Wilayah Ciputat Timur Tahun 2012

5 44 160

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

1 11 185

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR DI WILAYAH KOTA KENDARI TAHUN 2016

0 0 8