Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kemungkinan ada beberapa faktor lain yang menyebabkan tidak adanya hubungan antara usia
dengan dermatitis kontak dalam penelitian ini, yaitu lama kontak, frekuensi kontak, riwayat penyakit kulit sebelumnya dan perilaku dalam menjaga
personal hygiene serta penggunaan APD pada saat bekerja.
6.5.4 Hubungan antara Masa Kerja dengan Dermatitis Kontak
Masa kerja dalam penelitian ini dapat dilihat dari kurun waktu atau lamanya seseorang pekerja berstatus sebagai pekerja cleaning service di UIN
Jakarta dihitung dari mulai pertama kali bekerja sampai saat penelitian berlangsung. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang
telah terpajan dengan bahan kimia Erliana, 2008. Dengan perbedaan masa kerja akan berhubungan dengan pajanan terhadap pencemar atau bahan yang
berisiko terhadap gangguan kesehatan kulit Notoatmodjo, 1997. Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata masa kerja
pekerja adalah 7,85 tahun. Masa kerja maksimum yaitu 27 dan masa kerja minimum yaitu 1 tahun. Menurut hasil uji statistik pada tabel 5.4 untuk
variabel masa kerja diketahui bahwa p value sebesar 0,419, artinya pada
=5 dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja cleaning service di kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lestari 2007 yang menunjukkan adanya hubungan antara masa kerja dengan dermatitis kontak. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja.
Hal tersebut terjadi karena dalam penelitian ini, walaupun pekerja memiliki masa kerja 7,85 tahun tetap mempunyai risiko terkena dermatitis
kontak karena dimungkinkan adanya faktor lain yang mempengaruhi, seperti lama kontak dan frekuensi kontak dengan bahan kimia dalam satu hari kerja.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata lama kontak pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan masa kerja 7,85 tahun lebih
tinggi 3,94 jamhari dibandingkan dengan rata-rata lama kontak pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak dan masa kerja 7,85 tahun 3,32
jamhari. Sedangkan rata-rata frekuensi kontak pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan masa kerja 7,85 tahun juga lebih tinggi 5
kalihari dibandingkan dengan rata-rata frekuensi kontak pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak dan masa kerja 7,85 tahun 4 kalihari.
Masa kerja berkaitan dengan lama kontak dan frekuensi kontak, artinya semakin lama masa kerja pekerja sebagai cleaning service maka
semakin sering terpajan dan berkontak dengan bahan kimia. Lamanya pajanan dan kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan risiko terkena
dermatitis kontak akibat kerja. Sesuai dengan teori Cohen 1999 yang menyatakan bahwa semakin lama kulit kontak dengan bahan kimia maka
dapat menyebabkan rusaknya sel kulit lapisan luar, semakin sering berkontak maka semakin rusaknya sel kulit lapisan yang lebih dalam
sehingga kejadian dermatitis kontak semakin berisiko tinggi.
Selain itu dapat juga dimungkinkan karena adanya pengaruh dari faktor lain, yaitu riwayat penyakit kulit sebelumnya. Dalam penelitian ini
diketahui bahwa dari pekerja dengan masa kerja 7,85 tahun dan menderita dermatitis kontak ternyata sebanyak 100 mempunyai riwayat penyakit
kulit sebelumnya. Dimana riwayat penyakit kulit sebelumnya pada penelitian ini mempunyai hubungan dengan kejadian dermatitis kontak. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Djuanda 2007 bahwa adanya penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami akan mempengaruhi ambang rangsang
terhadap bahan iritan menjadi menurun sehingga berisiko tinggi terkena dermatitis kontak.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kemungkinan ada beberapa faktor lain yang menyebabkan tidak adanya hubungan antara masa
kerja dengan dermatitis kontak dalam penelitian ini, yaitu lama kontak, frekuensi kontak dan riwayat penyakit kulit sebelumnya.
6.5.5 Hubungan antara Suhu dengan Dermatitis Kontak