Gambaran Personal Hygiene Pada Pekerja Cleaning Service di UIN Jakarta

dermatitis kontak sebaiknya didukung dengan adanya pemeriksaan penunjang, seperti uji tempel dan pemeriksaan fisik dilakukan oleh dokter spesialis kulit.

6.3 Gambaran Personal Hygiene Pada Pekerja Cleaning Service di UIN Jakarta

Personal hygiene merupakan kebiasaan pekerja untuk membersihkan tangan sebelum dan setelah bekerja, mencuci pakaian yang digunakan setelah bekerja, dan tidak adanya noda atau percikan bahan kimia di pakaian pekerja saat bekerja. Untuk menilai personal hygiene pekerja dilakukan dengan melakukan observasi. Observasi yang dilakukan meliputi cara mencuci tangan dan pakaian yang digunakan. Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa seluruh pekerja dalam kondisi personal hygiene yang tidak baik. Oleh karena itu, variabel personal hygiene tidak dilanjutkan hingga analisis bivariat disebabkan data yang didapatkan dari hasil pengamatan terhadap pekerja cleaning service di kampus UIN Jakarta memperlihatkan hasil yang homogen. Perilaku pekerja cleaning service dalam mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah melakukan pekerjaan serta mengeringkan tangan setelah mencuci tangan sebagian besar telah diterapkan. Namun langkah mencuci tangan yang mereka lakukan belum benar dan tidak menggunakan lap pengering tangan khusus. Selain itu, ada beberapa pekerja tidak mencuci pakaian yang telah mereka gunakan selama satu hari bekerja, mereka mencuci pakaian kerja setelah pemakaian berulang sehingga dikhawatirkan noda-noda dari bahan kimia masih menempel pada pakaian pekerja tersebut. Personal hygiene seperti mencuci tangan setelah menyelesaikan setiap pekerjaan merupakan preventif yang baik, namun tergantung dari fasilitas mencuci tangan, yaitu dengan air kran yang mengalir, kualitas saat mencuci tangan, pengetahuan tentang pentingnya kebiasaan mencuci tangan OSHA 1998 dalam Ruhdiat 2006. Kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik pada pekerja cleaning service akan menyebabkan kontak dengan bahan kimia yang semakin lama dan dapat merugikan kesehatan kulit, sehingga kebiasaan mencuci tangan tergantung pada kualitas cuci tangan dan kemudahan menjangkau akses fasilitas sarana mencuci tangan. Menurut penelitian Nuraga 2007 salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan ini seharusnya dapat mengurangi potensi penyebab dermatitis akibat bahan kimia yang menempel setelah bekerja, namun pada kenyataannya potensi untuk terkena dermatitis itu tetap ada. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit pekerja. Pemilihan jenis sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan kulit pekerja. Sebaiknya memilih sabun cuci tangan yang dapat menghilangkan bahan kimia tangan namun tidak merusak lapisan pelindung tangan. Jika jenis sabun ini sulit ditemukan dapat menggunakan pelembab tangan setelah mencuci tangan. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab. Mencuci pakaian juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak. Sebaiknya pakaian kerja yang telah terkontaminasi bahan kimia tidak digunakan kembali sebelum dicuci. Akan lebih baik lagi jika pencucian baju kerja dilakukan setiap hari setelah digunakan. Selain itu cara pencucian perlu diperhatikan. Jangan mencampur atau merendam baju kerja dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari. Usahakan mencuci pakaian kerja dengan menggunakan mesin cuci, namun cara manual tidak menjadi masalah asalkan setelah mencuci, tangan dibersihkan WHO, 2005. Dari uraian di atas terlihat masih kurangnya kesadaran pekerja cleaning service akan pentingnya menjaga kebersihan diri mereka. Oleh karena itu diperlukan adanya penyuluhan sebagai upaya peningkatan kesadaran pekerja dan peningkatan kualitas cara mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan dengan langkah yang benar pada pekerja belum dilakukan karena masih banyak anggapan bahwa kontak bahan kimia dengan kulit adalah hal yang mempunyai risiko kecil dan sudah biasa dikerjakan. Selain itu perlu dipertimbangkan dalam hal pemilihan jenis sabun cuci tangan, sebaiknya menggunakan jenis sabun yang aman bagi kulit sehingga tidak menimbulkan iritasi.

6.4 Gambaran Penggunaan APD Pada Pekerja Cleaning Service di UIN Jakarta

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015

6 71 101

Pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

5 28 155

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

9 149 181

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu Di Wilayah Kecamatan Ciputat Dan Ciputat Timur Tahun 2012

0 45 183

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014

7 35 188

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara tahun 2013

1 49 177

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

1 22 165

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Proses Finishing Meubel Kayu di Wilayah Ciputat Timur Tahun 2012

5 44 160

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

1 11 185

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR DI WILAYAH KOTA KENDARI TAHUN 2016

0 0 8