36 92,8  untuk  dermatitis  kontak  akut,  20  responden  95,2  sub  akut,  dan  5
responden 100 kronis.
2.7.2 Frekuensi Kontak
Frekuensi  kontak  merupakan  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  kejadian dermatitis  kontak  Djuanda,  2007.  Frekuensi  kontak  yang  berulang  untuk  bahan
yang  mempunyai  sifat  sensitisasi  akan  menyebabkan  terjadinya  dermatitis  kontak jenis  alergi,  yang  mana  bahan  kimia  dengan  jumlah  sedikit  akan  menyebabkan
dermatitis  yang  berlebih  baik  luasnya  maupun  beratnya  tidak  proporsional.  Oleh karena  itu  upaya  menurunkan  terjadinya  dermatitis  kontak  akibat  kerja  adalah
dengan menurunkan frekuensi kontak dengan bahan kimia Cohen, 1999. Menurut  hasil  penelitian  Nuraga,  dkk  2008  menunjukkan  bahwa  ada
hubungan  antara  frekuensi  kontak  bahan  kimia  dengan  kejadian  dermatitis  kontak p=0,000, r=0,606. Kejadian dermatitis kontak dengan frekuensi kontak 15 kali per
hari terjadi pada dermatitis kontak akut sebanyak 14 responden 100, sub akut 17 responden 81 dan kronis 4 responden 80.
2.7.3 Bahan Kimia
Paparan  bahan  kimia  ditentukan  oleh  banyak  faktor  termasuk  lama  kontak durasi,  frekuensi  kontak,  konsentrasi  bahan  dan  lain-lain  Agius  R,  2006.
Sehingga  terjadinya  resiko  kontak  bahan  kimia  perlu  dikendalikan  dan  dikontrol seperti  membatasi  jumlah  kontak  yang  terjadi.  Oleh  karena  itu  bahan  kimia
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak Djuanda, 2007.
37 Bahan  kimia  cair  asam  berbeda  cara  kerjanya  dengan  basa.  Asam
menimbulkan luka bakar luas dengan efek panas dengan proses perusakan jaringan lunak.  Cairan  korosif  memerlukan  pH  yang  rendah  atau  sangat  tinggi  untuk
menyebabkan  korosi,  namun  pada  paparan  awal  tidak  timbul  rasa  sakit  Linins  I, 2006.
Beberapa bahan kimia yang memiliki potensi iritasi dan sensitisasi pada kulit menurut  National  Safety  Council  Itasca,  Illnois  dalam  buletin  SHARP  tahun  2001
dalam Nuraga 2006 sebagai berikut :
No. Bahan Kimia
Iritan Primer Sensitizers
Bentuk Kelainan Kulit 1.
Asam :
Asetat x
Dermatitis, ulserasi Karbolat
x Korosif, rasa kebal
Kromat x
Ulkus Format
x Iritasi berat
Hidrokolat x
Iritasi dan ulserasi Hidro-lourat
x Luka bakar
Laktat x
Ulserasi Nitrat
x Luka bakar, ulkus
Oksalat x
Korosif berat Pikrat
x Kemerahan, dermatitis
Sulfurat x
Korosif 2.
Basa :
Amonia x
Iritasi Kalsium sianida
x Iritasi
Kalsium oksida x
Dermatitis Natrium hidrolida
x Korosif berat
Natrium hidroksida x
Korosif berat Trisadium fosfat
x Ulserasi
3.
Pelarut :
Aseton x
Iritasi Benzen
x Iritasi
Karbon disulfida x
Iritasi Terpentin
x Dermatitis
Alkohol x
Dermatitis Tabel 2.4 Bahan Kimia yang Menimbulkan Kelainan Kulit
38
2.7.4 Usia
Menurut  Cohen  1999  kulit  manusia  mengalami  degenerasi  seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi
lebih  kering.  Kekeringan  pada  kulit  ini  memudahkan  bahan  kimia  untuk menginfeksi  kulit,  sehingga  kulit  menjadi  lebih  mudah  terkena  dermatitis.  Pada
anak  usia  dibawah  8  tahun  dan  usia  lanjut  lebih  mudah  teriritasi  bahan  iritan Djuanda, 2007.
Usia  merupakan  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  kejadian  dermatitis kontak  akibat  kerja.  Sasseville  2006  menyatakan  bahwa  pekerja  muda  lebih
mungkin  terkena  dermatitis  akibat  kerja.  Hal  tersebut  dikarenakan  mereka  kurang berpengalaman  dibandingkan  rekan  mereka  yang  lebih  tua,  atau  mungkin  pekerja
muda  memiliki  sikap  yang  lebih  ceroboh  mengenai  langkah-langkah  keselamatan dan kemungkinan pekerja usia tua telah belajar bagaimana cara menghindari kontak
dengan bahan berbahaya. Menurut hasil penelitian Nuraga, 2006 menunjukkan bahwa responden yang
berusia  diatas  30  tahun  ada  kecenderungan  negatif  mengalami  kasus  dermatitis kontak  p=0,01,  artinya  semakin  muda  umur  seseorang  semakin  menurun
persentase  terjadinya  dermatitis  kontak.  Sedangkan  berdasarkan  hasil  penelitian Diepgen,  et  al  2003  dalam  Erliana  2008  menunjukkan  bahwa  pada  pekerja
konstruksi, penyakit dermatitis kontak 47 terjadi pada usia muda 18-39 tahun. Selanjutnya  berdasarkan  hasil  penelitian  Lestari  2007  menunjukkan  bahwa
hubungan  antara  usia  pekerja  dengan  kejadian  dermatitis  kontak  diperoleh  bahwa sebanyak  26  60,5  dari  43  pekerja  yang  berusia  ≤30  tahun  terkena  dermatitis
39 kontak, sedangkan diantara pekerja yang berusia 30 tahun hanya sekitar 13 orang
35,1 yang terkena dermatitis kontak. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa pekerja muda lebih mudah terkena dermatitis kontak. Hasil uji statistik menunjukan nilai p
value  sebesar  0,042  hal  ini  berarti  bahwa  terdapat  perbedaan  proporsi  penyakit dermatitis yang bermakna antara pekerja muda ≤30 tahun dengan pekerja tua 30
tahun. Berbeda  dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Nuraga,  dkk  2008,
variabel umur pekerja pada penelitian ini mempunyai distribusi paling banyak  30 tahun sebanyak 49 orang responden
91 dibanding usia ≥ 30 tahun hanya 5 orang responden  9.  Berdasarkan  hasil  analisis  ternyata  faktor  umur  tidak  mempunyai
pengaruh yang bermakna terhadap terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Selain  itu  menurut  hasil  penelitian  Erliana  2008  menunjukkan  bahwa
proporsi  pekerja  yang  mengalami  dermatitis  kontak  50  terjadi  pada  kelompok umur 30-35 tahun dibandingkan dengan umur 36-40 tahun 33,3, dan umur 24-29
tahun  16,7.  Hasil  uji  statistik  menunjukkan  bahwa  variabel  umur  tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian dermatitis kontak p=0,350.
Dalam  konteks  determinan  kejadian  dermatitis  kontak  berdasarkan  usia,  dermatitis dapat menyerang semua kelompok usia, artinya usia bukan merupakan faktor risiko
utama  terhadap  paparan  bahan-bahan  penyebab  dermatitis  kontak,  sedangkan  dari perbandingan  penelitian  cenderung  didominasi  oleh  usia  pekerja  dalam  suatu
perusahaan  bukan  dari  aspek  makin  lama  usia  hidupnya  menyebabkan  risiko terhadap terjadinya dermatitis kontak.
40
2.7.5 Jenis Kelamin