Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang Penelitian

Novel berjudul Penakluk Ujung Dunia, Tanah Kesayangan, dan Pantai Barat adalah tiga buah novel karya Bokor Hutasuhut yang terbit dalam bentuk buku. Novel Penakluk Ujung Dunia selanjutnya disingkat PUD sebenarnya adalah novel kedua Bokor Hutasuhut yang selesai ditulisnya pada 1960 dan diterbitkan PT Pembangunan, Jakarta 1964. Novel PUD diterbitkan kembali oleh PT Pustaka Karya Grafika Utama, Jakarta 1988. Novel pertama karya Bokor Hutasuhut adalah Tanah Kesayangan selanjutnya disingkat TK yang selesai ditulisnya pada 1958. Novel ini ditulis kembali pada 1963 tetapi dua tahun kemudian baru diterbitkan PT Pembangunan, Jakarta 1965. Novel ketiga Bokor Hutasuhut adalah Pantai Barat selanjutnya disingkat PB yang selesai ditulisnya pada 1963. Novel PB semula diterbitkan majalah Sastra Jakarta sebagai cerita bersambung dan mendapat Hadiah Kedua Cerita Bersambung Terbaik majalah tersebut. Pada 1963, cerita bersambung PB ditulis kembali oleh pengarangnya sebagai sebuah penerbitan novel. Akan tetapi, novel ini tidak pernah terbit di Indonesia sehingga pengarang setuju novel PB diterbitkan oleh Marwilis Publisher Distributor Sdn. Bhd., Shah Alam, Malaysia 1988. Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 Pemunculan Bokor Hutasuhut sebagai sastrawan melanjutkan dominasi sastrawan Sumatera Utara di Indonesia. Sastrawan yang berasal dari Sumatera Utara merupakan peletak dasar kesusastraan modern Indonesia, baik dalam menghadirkan novel susastra maupun novel roman picisan. Novel yang ditulis Merari Siregar, S. Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Mochtar Lubis memberi corak baru susastra Indonesia sedangkan novel yang ditulis oleh Matu Mona, Joesoef Sou’yb, Hamka, dan A. Damhoeri memberi corak baru roman picisan Medan. Novel susastra dan roman picisan tersebut menggambarkan realitas fiksi dan realitas faktual dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik dalam lingkungan pedesaan maupun perkotaan. Ketertarikan sastrawan pada permasalahan hidup yang dihadapi masyarakatnya diakui oleh ahli sastra Indonesia. Menurut Sumardjo 1999:87, “Yang menarik para pengarang adalah persoalan pribadi itu sendiri. Persoalan pribadi ini diangkat menjadi persoalan umumnya manusia, baik yang ada kaitannya dengan situasi sosial-budaya-politik zamannya maupun yang sama sekali universal.” Bahkan, secara khusus harus diamati kehadiran novel-novel yang berlatar luar Jawa seperti berlatar Tanah Batak dalam novel karya Bokor Hutasuhut. Untuk itu, Sumardjo 1983:28 mengingatkan, “…novel-novel yang mengambil tempat kejadian di luar pulau Jawa, terutama di desa dan hutan-hutannya, tidak selamanya bernada tenang. Tentu saja ada permasalahan hanya saja sifatnya sangat lokal dan tidak sampai menjadi masalah nasional.” Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 Kedekatan realitas fiksi dengan realitas faktual menjadikan novel PUD, TK, dan PB karya Bokor Hutasuhut sebagai novel susastra yang penting dalam era otonomi Provinsi Sumatera Utara. Apalagi, Bokor Hutasuhut termasuk sastrawan yang peduli mengungkapkan kultur Batak dengan tetap mengutamakan estetika sastra dalam karyanya. Hal itu diakui oleh W.S. Rendra pada pengantar cetakan kedua novel PUD, “Ia sangat sadar bahwa ia sedang menyelami dan melukiskan kehidupan masyarakat Batak yang unik tradisional kepada pembaca sastra modern pada umumnya. Ketelitiannya di dalam melukiskan detail-detail ia gabungkan dengan rasa harmoni seni dalam bercerita mengenai watak manusia, plot, segi memandang persoalan sebagai sastrawan modern.” Oleh karena itu, novel karya Bokor Hutasuhut, ”…bukanlah sekedar laporan anthtropolis-akademis, tetapi suatu karya sastra segar dengan latar belakang pengaruh tradisi kebudayaan Batak.” Realitas fiksi dalam novel PUD, TK, dan PB sejalan dengan pengakuan Bokor Hutasuhut dalam wawancara dengan Mahmud 1986:42, “Sebagian besar hasil karya saya berlatar budaya subkultur atau warna lokal, tapi tidak semua Dalam pengolahan warna lokal ke dalam hasil karya sudah tentu saya berusaha semampu mungkin menghayati dan menyerapnya agar dapat berbicara melalui sukma, dari dalam, tidak dari luar sebagaimana sifat seorang turis.” Hal itu semakin diperkuat oleh lingkungan Bokor Hutasuhut, sejak dari Balige, Medan, dan Jakarta yang dekat dengan keluarga Batak. Latar belakang kehidupan ini memberi keuntungan dalam proses kreatif, seperti dikatakan Sumardjo 2003a:11, “Sebagai sastrawan yang dibesarkan di tanah Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 Batak, maka pengalaman masa kecil dan kehidupan daerah zamannya menjadi sumber yang subur untuk diceritakan.” Sejalan dengan pendapat di atas, maka kehidupan dalam novel karya Bokor Hutasuhut berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat Batak di wilayah yang pada masa kolonial bernama Keresidenan Tapanuli. Kehidupan tersebut ditampilkan pengarang dengan berbagai persoalan kehidupan yang berkaitan dengan nilai budaya Batak, sehingga novel tersebut dapat menjadi dokumentasi sosial masyarakat Batak. Novel PUD umpamanya, menurut Sumardjo 2003b:10, “Novel ini bukan berisi khayalan tentang daerah-daerah ‘perawan’ di tanah Batak. Ini laporan pengalaman dengan meminjam kisah mitos.” Dengan demikian, penelitian terhadap homologi realitas fiksi dalam novel karya Bokor Hutasuhut dengan realitas faktual masyarakat Batak menjadi penting untuk direalisasikan dalam penelitian ini. Sejalan dengan penjelasan di atas, Bokor Hutasuhut dan novel-novelnya dikenal dekat dengan Batak. Masyarakat Batak yang bertempat tinggal di Pegunungan Bukit Barisan tersebut merupakan masyarakat yang suka bermigrasi untuk memperoleh kemakmuran. Sebaliknya, mereka yang tidak mau bermigrasi akan menghadapi kemiskinan, pengangguran, kesulitan memperoleh lahan pertanian, dan berkarakter yang keras bahkan cenderung kasar. Kesenjangan sosial ini dapat teratasi dengan sistem adat dalihan na tolu untuk menjaga keseimbangan hidup bermasyarakat. Kesenjangan sosial dalam realitas faktual ini terlihat pula dalam novel karya Bokor Hutasuhut sehingga pengungkapan pandangan hidup masyarakat Batak dalam novel tersebut penting untuk dianalisis dan diproyeksikan secara ilmiah. Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 Akan tetapi, penelitian yang representasif terhadap homologi realitas fiksi kenyataan hidup dalam karya sastra dengan realitas faktual kenyataan hidup dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks novel karya Bokor Hutasuhut dengan Batak tidak ditemukan dalam penerbitan yang dilakukan oleh ahli sastra Indonesia, baik di Kota Medan maupun di Kota Jakarta. Bahkan, Jakob Sumardjo yang mengulas kondisi masyarakat Indonesia dalam Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977 hanya mencatat penerbitan novel PUD dan TK tanpa menjadikan novel tersebut sebagai bagian dari pembahasannya. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa penelitian terhadap novel karya Bokor Hutasuhut merupakan sesuatu yang penting untuk mengungkap kehidupan masyarakat Batak di dalam novel tersebut. Meskipun terdapat kesulitan untuk melacak penerbitan ulasan yang lengkap terhadap novel karya Bokor Hutasuhut, pemahaman dan penjelasan terhadap penerbitan novel PUD, TK, dan PB yang lengkap masih terdapat pada tulisan H.B. Jassin di Mimbar Indonesia, Jakarta 1966. Akan tetapi, ulasan yang dilakukan oleh H.B. Jassin belum menyentuh aspek pandangan dunia tokoh-tokoh cerita dalam ketiga novel tersebut. H. B. Jassin lebih menitikberatkan ulasan terhadap tema, latar, dan watak tokoh cerita dalam ketiga novel tersebut dengan menggunakan bahasa jurnalistik. Dengan demikian, pengungkapan pandangan dunia dalam novel karya Bokor Hutasuhut dengan menggunakan kaidah ilmiah dalam penelitian ini merupakan paradigma baru dalam memahami dan menjelaskan novel karya Bokor Hutasuhut. Pemahaman dan penjelasan yang tepat terhadap novel karya Bokor Hutasuhut merupakan salah satu usaha membangkitkan estetika sastra di Kota Medan, Provinsi Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 Sumatera Utara. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan hermeneutika historis yang mendasari analisis semiotik dan strukturalisme genetik dalam penelitian ini memberi dimensi ilmiah yang sesuai dengan nilai budaya masyarakat yang menjadi latar belakang kelahiran novel tersebut. Dengan demikian, penelitian ini merupakan bagian dari usaha untuk memajukan perkembangan sastra di Kota Medan dan menghasilkan ulasan yang berkaitan erat dengan pandangan hidup masyarakat Sumatera Utara, khususnya masyarakat Batak.

1.6 Rumusan Masalah Penelitian