Kontekstualisasi PANDANGAN DUNIA MASYARAKAT BATAK TOBA BERDASARKAN

Pada leher Ronggur membelit ulos batak ragi purada yang dibelitkan ibunya. Begitu juga pada leher Tio, dibelitkan ulos batak ragi purada yang diiringi kata, “Belitkanlah pada tubuhmu, di kala dingin mencekam. Pengganti tangan bunda….” PUD:99 Realitas fiksi dan realitas faktual pengayoman dalam kehidupan masyarakat Batak Toba memperlihatkan sebuah keharusan pelaksanaannya. Apabila hula-hula tidak berfungsi akibat krisis keluarga, maka dongan sabutuha menggantikan kedudukan hula-hula. Bahkan, pengayoman tidak hanya berbentuk perkataan tetapi juga dapat berbentuk benda, yakni ulos. Ulos menjadi simbol pengayoman yang paling umum terjadi dalam berbagai upacara adat Batak Toba, baik dalam realitas fiksi novel karya Bokor Hutasuhut maupun dalam realitas faktual kehidupan sehari- hari masyarakat Batak Toba.

6.3 Kontekstualisasi

Penelitian terhadap novel Penakluk Ujung Dunia, Tanah Kesayangan, dan Pantai Barat karya Bokor Hutasuhut pada hakikatnya bersifat melengkapi dan memberi temuan baru pada penelitian sebelumnya. Hal ini disebabkan tidak terdapat penelitian yang sama dengan penelitian ini. Demikian juga tidak ditemukan penelitian yang menggunakan pendekatan hermeneutika historis serta teori semiotik dan strukturalisme genetik secara bersamaan dalam menganalisis ketiga novel karya Bokor Hutasuhut. Sebelumnya, penelitian terhadap ketiga novel tersebut dilakukan oleh H.B. Jassin 1966 dengan memusatkan perhatian pada analisis tema dan latar, yaitu Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 persoalan tanah dan latar waktu. H.B. Jassin menemukan kenyataan bahwa persoalan tanah merupakan masalah utama dalam kehidupan orang Batak sedangkan latar waktu peristiwa berawal dari masa kerajaan Batak hingga masa pemberontakan PRRI-Permesta. Analisis tersebut ditulis oleh H.B. Jassin untuk kepentingan apresiasi sastra di media massa, sehingga dibatasi ruang lingkup analisis dan jumlah halaman apresiasinya. Penelitian terhadap novel Bokor Hutasuhut dalam lingkup yang lebih luas dan memiliki hubungan yang kontekstual dengan penelitian ini dilakukan oleh Jonner Sianipar dari Pusat Bahasa, Jakarta 2003. Penelitian tersebut menggunakan teori strukturalisme genetik dalam menganalisis nilai budaya Batak Toba pada novel Penakluk Ujung Dunia karya Bokor Hutasuhut. Meskipun menggunakan teori yang sama dan analisis nilai budaya yang sama, penelitian tersebut menggunakan metode sosiologi sastra dengan mengutamakan biografi pengarang dan struktur novel sebagai dasar menganalisis aspek sosial dan aspek nilai budaya Batak Toba. Sebaliknya, penelitian yang peneliti lakukan menggunakan metode sosial historis dengan mengutamakan deskripsi realitas fiksi dan realitas faktual sebagai dasar menentukan pandangan dunia masyarakat Batak Toba. Berdasarkan homologi realitas fiksi dan realitas faktual ditemukan perbedaan penetapan lokasi cerita novel PUD. Jonner Sianipar menetapkan cerita berlangsung di Pulau Samosir sedangkan peneliti menemukan ikonitas lokasi cerita berada di kawasan Balige dan Daerah Aliran Sungai Asahan. Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 Dari kedua hasil penelitian tersebut, maka penelitian ini memiliki kontekstualitas yang bersifat melengkapi dan memberi temuan baru. Bersifat melengkapi karena penelitian ini menggunakan teori semiotik dalam menganalisis tiga buah novel karya Bokor Hutasuhut berdasarkan kategori yang berlaku pada penerapan teori strukturalisme genetik dan pendekatan hermeneutika historis. Kemudian, bersifat memberi temuan baru karena penelitian ini menempatkan persoalan tanah dalam sistem nilai budaya Batak Toba. Kemudian, memetakan lokasi serta latar waktu dan tempat berlangsungnya cerita pada konteks historis, baik dalam realkitas fiksi maupun realitas faktual. Temuan baru tersebut memberi isyarat bahwa generasi muda Batak Toba yang bertahan di Tanah Batak dapat mengalami keterbelakangan sedangkan orang Batak yang berhasil dalam perantauan cenderung melupakan diri membangun kampung halamannya. Oleh karena itu, para ibu membekali anak-anaknya dengan pendidikan, adat istiadat, dan religi dalam usaha membangun harajaon serta mewujudkan hamoraon, hasangapon, dan hagabeon, terutama dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Setelah membaca dan menganalis novel Penakluk Ujung Dunia, Tanah Kesayangan, dan Pantai Barat karya Bokor Hutasuhut dengan menggunakan teori semiotik dan strukturalisme genetik dalam konteks hermeneutika historis, maka ditemukan simpulan berikut ini. 1 Realitas fiksi dalam novel karya Bokor Hutasuhut dapat ditelusuri dari struktur plot, struktur relasi gender, stuktur ruang dan waktu, struktur naratif, dan struktur tematik. Berdasarkan struktur novel, peristiwa kehidupan dalam novel karya Bokor Hutasuhut menggambarkan tahapan peradaban Batak Toba. Peradaban tersebut berpusat di kawasan Balige hingga Sungai “Asahan” Titian Dewata dalam novel PUD dan mengalami benturan dengan peradaban asing dalam bentuk perlawanan terhadap penjajahan di kawasan Balige dalam novel TK; hingga berakhir dalam peradaban kota perantauan Batak Toba di Sibolga dalam novel PB. Tokoh protagonis dan antagonis dalam ketiga novel tersebut mempermasalahkan tanah sebagai akar konflik kehidupan masyarakat, baik masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan Balige maupun masyarakat Batak Toba yang bermigrasi ke wilayah lain. Masalah tanah ini menimbulkan perang antarmarga dan pencarian tanah habungkasan dalam novel PUD; tanah juga menimbulkan perang dengan Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008