BAB IV DESKRIPSI REALITAS FIKSI NOVEL KARYA BOKOR HUTASUHUT
4.1 Pengantar Hasil Temuan Realitas Fiksi
Setelah mengadakan penelitian terhadap novel karya Bokor Hutasuhut, maka novel Penakluk Ujung Dunia, Tanah Kesayangan, dan Pantai Barat memiliki
struktur yang khas. Struktur novel tersebut menggambarkan realitas fiksi atau kenyataan hidup hasil rekaan pengarang, baik memiliki kemiripan maupun
kemungkinan kemiripan dengan realitas faktual atau kenyataan hidup sehari-hari masyarakat. Berdasarkan struktur novel ini akan dideskripsikan fakta kemanusiaan
yang dilakukan oleh subjek transindividual, sehingga ditemukan pandangan dunia tokoh cerita dalam novel tersebut. Struktur novel sebagai sebuah strukturasi, yang
berkaitan dalam membangun sesuatu yang utuh, akan dimulai dari pengungkapan struktur plot, kemudian struktur relasi gender, struktur ruang dan waktu, struktur
naratif, dan struktur tematik. Pertama, struktur plot. Struktur plot sebagai sebuah penceritaan pada
hakikatnya terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian permulaan, pertengahan, dan bagian akhir suatu cerita. Struktur plot ini akan menentukan apakah cerita beralur maju atau
beralur mundur. Oleh karena itu, sinopsis yang menggambarkan pergerakan tokoh harus dideskripsikan dengan cermat, sehingga dapat diidentifikasi perubahan arah
berkaitan dengan karakter protagonis dalam menjalani kehidupannya. Menurut Chatman 1980:85, ”Aristotle distinguished between fortunate and fatal plots,
Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008
according to whether the protagonist’s situation improved or declined.” Aristoteles membedakan antara alur yang fatal dan keberuntungan menurut apakah situasi
protagonis meningkat atau menurun. Dengan demikian, pendeskripsian struktur alur tersebut akan memperlihatkan protagonis yang sangat baik, tidak begitu jahat, atau
luar biasa baiknya. Kedua, struktur relasi gender. Struktur relasi gender merupakan istilah yang
mengacu kepada analisis penokohan dan karakteristik. Analisis ini lebih menekankan kepada hubungan antartokoh laki-laki dengan perempuan. Hubungan tersebut
ditentukan oleh tindakan nyata tokoh cerita, baik dalam pemunculan maupun peniruannya. Menurut Chatman 1980:108, “In the Greek, the emphasis is on action,
not on the men performing the action…Action comes first; it is the object of imitation.” Dalam bahasa Yunani, penekanan terdapat pada tindakan… Tindakan
muncul dahulu; yang merupakan objek peniruan. Dengan demikian, relasi gender itu ditentukan oleh tindakan nyata tokoh cerita dalam menghadapi persoalan kehidupan,
baik bersifat individual maupun kolektif. Ketiga, struktur ruang dan waktu. Struktur ruang dan waktu pada analisis
setting ditempatkan pada latar tempat dan latar waktu. Chatman 1980:152 memberi perbedaan ruang dan waktu sebagai berikut, “As the dimension of story-evens is time,
that of story-existence is space.” Seperti dimensi kejadian-cerita adalah waktu, maka dimensi eksistensi-cerita adalah ruang. Dengan kata lain, struktur ruang ditentukan
oleh tempat berpijak cerita sedangkan struktur waktu ditentukan oleh pemunculan kejadian dalam cerita yang bersangkutan.
Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008
Keempat, struktur naratif. Di dalam struktur naratif, penanda atau yang ditandai terdiri dari tiga hal, yaitu kejadian, sifat, dan gambaran pelataran. Kedudukan
penanda atau yang ditandai diungkapkan Chatman 1980:25 berikut ini, ”The signifiants or signifiers are those elements in the narrative statement whatever the
medium that can stand for one of these three, thus any kind of physical or mental action for the first, any person or, indeed, eny entity that can be personalized for the
second, and any evocation of place for the third.” Penanda merupakan elemen- elemen dalam pernyataan narasi apapun mediumnya yang dapat menjadi wakil
salah satu dari ketiganya, meskipun itu jenis tindakan fisik atau mental, orang atau, tentu saja, suatu entitas yang dapat dipersonalisasikan, yang kedua, dan setiap
pembentukan tempat untuk yang ketiga. Ketiga penanda atau yang ditandai ini diungkapkan dalam bentuk sudut pandang orang pertama atau sudut pandang orang
ketiga. Struktur naratif ini menjadi medium pengarang untuk menampakkan kekuasaan diri atau menyamarkan kehadiran dirinya.
Kelima, struktur tematik. Struktur tematik berkaitan dengan
pengidentifikasian masalah yang paling menonjol dan banyak menimbulkan konflik. Struktur tematik ini beranjak dari struktur teks sebagai sebuah wacana. Wacana,
menurut Chatman 1980:19, “…a discourse discours, that is, the expression, the means by which the content is communicated.” wacana discours, yakni, ungkapan,
yang mengartikan suatu isi yang disampaikan. Ungkapan atau isi novel tersebut tersusun sedemikian rupa, baik secara implisit maupun eksplisit. Dengan demikian,
deskripsi struktur tematik akan menampilkan masalah yang paling menonjol, baik
Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008
berkaitan dengan protagonis, waktu penceritaan yang relatif lama, maupun masalah yang banyak menimbulkan konflik pada tokoh cerita yang lain.
Setelah deskripsi temuan penelitian menampilkan struktur novel tersebut di atas sebagai sebuah strukturasi, maka deskripsi temuan penelitian akan menganalisis
fakta kemanusian, subjek kolektif, dan pandangan dunia menurut judul novel. Analisis fakta kemanusiaan dan subjek kolektif akan mengacu pada tindakan tokoh
dan relasi gender, baik secara individual maupun kolektif. Dari tindakan tokoh cerita tersebut akan terlihat kesadaran para tokoh mewujudkan pandangan dunianya. Di
sinilah ditemukan pandangan dunia tokoh cerita, terutama pandangan dunia sebagai perwujudan dari kelompok masyarakat pendukungnya.
4.2 Novel Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut 4.2.1 Struktur Novel