Hukum Nilai Budaya Batak Toba .1 Kekerabatan

dan Hotman M. Siahaan 1987:160, “Ukuran hagabeon adalah keluarga yang besar dan usia lanjut sekaligus menjadi panutan masyarakat.”

5.2.4 Hukum

Hukum dalam adat Batak disebut patik dohot uhum yang mengandung makna aturan dan hukum. Nilai patik dohot uhum merupakan nilai budaya yang diwariskan oleh orang Batak secara turun-temurun, baik berdasarkan hukum adat maupun hukum formal modern. Menurut Harahap dan Hotman M. Siahaan 1987:134, “Budaya menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum, merupakan dunia orang Batak. Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak azasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak zaman purba sehingga mereka mahir dalam berbicara dan memperjuangkan hak-hak azasi.” Secara tradisional, hukum dalam kehidupan orang Batak tidak dapat diubah sebelum diyakini benar bahwa aturan dan hukum yang baru lebih baik daripada hukum adat yang diwariskan oleh nenek-moyangnya. Oleh karena itu, salah satu prinsip dasar hukum tradisional ialah bahwa ia tidak dapat diubah, termasuk hukum adat Batak Toba. Menurut Vergouwen 2004:176, “Hukum diangankan sebagai ‘adat istiadat leluhur yang pertama lahir ke dunia, sahala leluhur, adat ni impunta na jumolo tubu, sahala ni amanta’. Satu konsep yang menyanjung kearifan nenek moyang, yang merumuskan hukum sekaligus mendukung otoritasnya.” Berdasarkan paparan di atas, bagi orang Batak Toba, kesadaran hukum adat mengandung makna religi sedangkan kesadaran hukum formal mengandung makna Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 hubungan antarmanusia. Hukum adat merupakan seperangkat aturan yang datang dari Debata Mulajadi Na Bolon melalui hula-hula. Secara tradisional, hukum adat ini mengatur kehidupan orang Batak, baik dengan sesama manusia, alam sekitarnya, roh nenek-moyang, maupun dengan Debata Mulajadi Na Bolon. Menurut Harahap dan Hotman M. Siahaan 1987:165-167, kesadaran hukum orang Batak Toba berkitan erat dengan patik dohot uhum aturan dan hukum, padan ikrar, sopan santun, dan poda nasihat. Orang Batak Toba yang tidak mematuhi patik dohot uhum akan segera dikucilkan dari lingkungan masyarakatnya sehingga mengakibatkan orang yang terkucil sangat terasing dan menderita. Oleh karena itu, orang yang membuat padan harus menepati janjinya karena pelanggaran padan tidak hanya ditanggung oleh si pelanggar padan tetapi juga sampai generasi keturunannya. Untuk menghindari pelanggaran patik dohot uhum dan padan, maka orang Toba suka memberi poda, nasihat, atau menunjukkan jalan keluar dari suatu masalah, terutama mencakup hal-hal yang berkaitan dengan sistem kekerabatan yang diajarkan oleh leluhur.

5.2.5 Kemajuan