Fakta Kemanusiaan Novel Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut .1 Struktur Novel

Kemudian, Ronggur mengatakan apa yang menjadi perhatiannya selama ini tentang tanah yang menjadi akar konflik perang antarmarga. Hal terlihat pada kutipan berikut ini. “Dengar dulu yang kumaksud. Tahukah kau Tio bahwa tanah selingkar danau ialah tanah subur? Tahukah kau, setiap tahunnya manusia yang hidup di sini yang memerlukan tanah garapan bertambah banyak juga? Akhirnya tanah yang tadinya terasa luas, setiap tahunnya bertambah sempit. Dan, akan terus bertambah sempit. Akibatnya akan bertambah banyak pertengkaran yang memungkinkan pecahnya peperangan. Seperti perang antara margamu dengan margaku.” Tio tertunduk. Wajahnya menjadi muram dan sedih. PUD:43 Berdasarkan paparan di atas, struktur tematik novel ini dibentuk oleh indeks tanah habungkasa dan simbol perlawanan. Di dalam pandangan Ronggur, tanah sebagai tempat hunian dan pertanian semakin menyempit karena adanya kelahiran warga. Apalagi, warga tidak dapat meluaskan daerah perluasan marga karena kepercayaan nenek moyang melarang warga melintasi indeks pegunungan dan Sungai Titian Dewata. Oleh karena itu, perlawanan Ronggur terhadap kepercayaan warga menimbulkan konflik antara Ronggur dengan Raja Panggonggom dan Datu Bolon Gelar Guru Marsait sebagai perwakilan Debata Mulajadi Na Bolon di bumi. Dengan demikian, sengketa tanah antarmarga menjadi tema novel ini. Permasalahan yang lain seperti peperangan, perbudakan, dan kepercayaan penduduk merupakan akibat yang muncul dari sengketa tanah tersebut.

4.2.2 Fakta Kemanusiaan

Novel PUD karya Bokor Hutasuhut menampilkan faktor mimpi dan tindakan protagonis sebagai indeks dalam memahami perilaku manusia dalam hubungannya Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 dengan dunia sekitar. Ronggur yang digambarkan dalam novel ini sebagai simbol perlawanan dan pembebas perbudakan masyarakat Batak berusaha mengamati kebutuhan hidup masyarakat sekitarnya, baik dalam konteks kekinian maupun dalam konteks historis pustaka nenek moyangnya. Hasil pengamatannya, kepadatan penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan lahan permukiman dan pertanian yang ada di tepi Danau Toba. Hal itu menjadi perhatian Ronggur, sehingga dia khawatir akan terjadi perang yang berkepanjangan untuk memperebutkan tanah dan segala isinya, sebagaimana terlihat pada kutipan berikut ini. Tetapi, cepat pula ingatan itu dibarengi bahwa kalau dia berumah tangga, itu berarti istrinya nanti akan melahirkan anak. Kemudian anak itu akan menjadi dewasa, lalu kawin lagi. Dalam tiga keturunan saja, jumlah keturunannya bisa berlipat ganda. Tentu hasil yang dapat diberikan tanahnya akan terasa kurang menghidupi keturunannya. Dia merasa takut. PUD:39 Berdasarkan hasil pengamatannya, Ronggur mengusulkan kepada Raja Panggonggom untuk menemukan tanah habungkasan dengan cara mengikuti aliran Sungai Titian Dewata. Usul Ronggur ternyata masih dianggap warga berada pada tatanan fakta individual, bahkan tergolong halusinasi, karena bertentangan dengan fakta sosial yang berlaku di Kerajaan Marga. Fakta sosial yang berlaku adalah Sungai Titian Dewata merupakan indeks dari perjalanan arwah menuju matahari sebagai tempat bersemayam Tuhan yang Maha Esa, Mulajadi Na Bolon. Oleh karena itu, Ronggur tidak memaksakan kehendak pada kesempatan pertama mengusulkan gagasannya. Dia masih mau menuruti fakta sosial yang berlaku, sehingga dia bersedia Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 melaksanakan keputusan Raja Kerajaan Marga, sebagaimana terlihat dalam dialog berikut ini. ”Kau Ronggur” tegur Raja Nabegu, ”masihkah kau seorang pemuda?” ”Seperti tampak Paduka Tuan.” ”Kalau kau pemuda, tentu kau akan melaksanakan tugas pemuda.” ”Ya. Walau usulku ditolak, sebagai pemuda marga, aku akan turut melaksanakan tugas. Apa sekalipun” ”Bagus, bagus, asahlah kapakmu Tajamkan mata tombakmu Perkuat tali ambalangmu. Perbaiki perisaimu” PUD:20-21 Fakta bahwa Ronggur memperhatikan kepadatan penduduk yang tidak sebanding dengan ketersediaan lahan mulai mengubah perilakunya setelah memperoleh kekuatan dari dorongan mimpinya. Ronggur selalu bermimpi didatangi oleh orang yang mirip dengan dirinya. Orang itu menjadi ikon yang meminta Ronggur melanjutkan usaha mereka menemukan tanah perluasan marga di seberang pegunungan. Fakta individual berupa dorongan libido ini ternyata semakin menguatkan ego Ronggur untuk mewujudkan fakta sosial berupa penemuan tanah habungkasan dengan cara mengikuti aliran Sungai Titian Dewata. Oleh karena itu, Ronggur mempersiapkan sendiri cara mewujudkan mimpi dan hasil pengamatannya. Indeks mimpi itulah yang diceritakan Ronggur kepada Tio berikut ini. Sudah sering Tio, aku diganggu mimpi. Mimpi menghimbau aku selalu dari tempat jauh, dengan suaranya yang nyaring. Mengajak aku memulai perjalanan mengikuti sungai. Sampai ke mana dia tiba. Dalam mimpi itu selalu aku dibawanya ke suatu tempat yang teduh. Penuh pepohonan dan tanahnya begitu landai. Dan, dalam mimpi itu, aku menemui sebuah danau yang sangat luas, yang jauh lebih luas dari Danau Toba yang kita kenal ini. Tanah yang kutemui dalam mimpi itu begitu gemburnya. Tidak seperti tanah di sini, tanah tipis yang menyaputi batu alam yang keras. Itu yang selalu menemani tidurku. Merangsangku di saat jaga. PUD:44 Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 Indeks mimpi yang sejalan dengan hasil penelitian menempatkan mimpi Ronggur bukan halusinasi dan bukan mimpi sembarangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Freud 1899 yang menyimpulkan bahwa, ”Sejumlah psikiater mengakui bahwa halusinasi pasien tidak muncul secara sembarangan, melainkan berhubungan dengan suatu hasrat yang tidak dapat diwujudkannya.” Milner, 1992:25. Akan tetapi, mimpi yang datang terus-menerus dan terdapat kesesuaian dengan hasil penelian yang dilakukan oleh Ronggur telah memberi keyakinan pada diri Ronggur untuk mewujudkan mimpi tersebut. Cara mewujudkan indeks mimpi itu merupakan simbol perlawanan Ronggur terhadap kepercayaan masyarakat dengan urutan yang sistematis berikut ini. Tabel 2 : Kronologi Rangkaian Peristiwa Berkaitan dengan Indeks Mimpi Ronggur No. Keterangan 1 Ronggur menceritakan mimpinya kepada Tio. 2 Ronggur menceritakan mimpinya kepada ibunya. 3 Ronggur diminta oleh ibunya untuk berbicara tentang ayahnya yang berkaitan dengan mimpinya kepada mantan datu bolon kerajaan. 4 Mantan datu bolon kerajaan menganalisis mimpi dan hasil tenungnya di masa lalu sehingga dapat menemukan dan mencari jalan keluar kesalahan sebagai bekal Ronggur mewujudkan mimpinya. 5 Ronggur membuat kapal untuk mewujudkan mimpinya. 6 Ronggur menghadapi sidang kerajaan karena akan mewujudkan mimpinya yang bertentangan dengan kepercayaan masyarakat. 7 Ronggur bersama Tio dan seekor anjing memulai petualangan untuk membuktikan kebenaran mimpinya. Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 Lanjutan tabel 2 8 Ronggur menemukan kebenaran mimpinya setelah menyelamatkan diri dari arus deras dan air terjun Sungai Titian Dewata. 9 Ronggur menikmati kebenaran mimpi dengan mengolah tanah habungkasan dan menjadi suami dari Tio hingga memperoleh seorang putra. 10 Ronggur pulang kampung, memberitakan kebenaran mimpi kepada masyarakat Kerajaan Marga dengan membawa bukti-bukti dari tanah habungkasan. 11 Datu bolon kerajaan menolak kebenaran mimpi Ronggur dan memutuskan hukuman mati terhadap Ronggur. 12 Ronggur diselamatkan oleh mantan datu bolon kerajaan dan para budak yang tidak ingin indeks mimpi dalam diri Ronggur hilang apabila hukuman mati dilaksanakan. 13 Ronggur memainkan siasat perang gerilya untuk memaksa laskar kerajaan yang mengejarnya menjadi pembawa berita kebenaran mimpinya. 14 Pimpinan laskar kerajaan mengakui kebenaran mimpi Ronggur dan berjanji akan mewartakan kebenaran itu kepada masyarakat. 15 Masyarakat Batak memanfaatkan kebenaran mimpi Ronggur. Tindakan Ronggur mencari jalan untuk mewujudkan mimpi merupakan usaha untuk mengatasi rintangan. Goldmann 1981 dalam Faruk 1994:12-14 mengingatkan bahwa semakin lama penstrukturan dunia eksternal semakin sukar bahkan semakin tidak mungkin dilakukan. Di sinilah Ronggur bertindak cepat mengatasi rintangan, sehingga berhasil menjaga kesimbangan hidup bermasyarakat. Keseimbangan itu tercermin dari tindakan Ronggur yang menghentikan opini warga terhadap kepastiannya melayari Sungai Titian Dewata. Pelayaran ini berhasil mematahkan mitos sungai itu berakhir di ujung dunia dan menemukan tanah Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 pertanian yang luas untuk tanah perluasan marga, baik marganya maupun marga- marga yang lain. Di sini Ronggur sebagai simbol perlawanan dan pembebas perbudakan berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Bagi Ronggur sebagaimana teori Piaget 1972 tentang asimilasi yang digunakan Goldmann 1981 dalam strukturalisme genetik, maka tindakan Ronggur dapat dianalogikan dengan contoh yang sederhana, “Bila orang makan sesuatu maka pencernaan makanannya tidak perlu berubah. Apa yang berubah adalah makanannya yaitu faktor lingkungannya.” Mönks dan Siti Rahayu Haditono, 2002:209. Dengan demikian, tindakan Ronggur membuktikan kebenaran mimpi untuk mengubah keyakinan masyarakat merupakan usaha untuk menjaga keseimbangan hidup. Tindakan yang cepat dan tepat juga dilakukan oleh mantan datu kerajaan untuk menyelamatkan Ronggur, Tio, dan anaknya dari ancaman hukuman mati. Mantan datu bolon kerajaan, Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan, mempengaruhi dan mengajak orang melarat dan orang buruan yang bersembunyi dari kejaran tentara Kerajaan Marga untuk membebaskan Ronggur. Ronggur yang selama ini dianggap simbol perlawanan, dalam pandangan mantan datu kerajaan merupakan sebuah ikon, yang berfungsi sebagaimana layaknya sebuah peta penunjuk jalan menuju tanah habungkasan, yang harus diselamatkan. Hal itu disebabkan hanya Ronggur yang dapat menunjukkan jalan kepada mereka menuju indeks tanah habungkasan, tanah tempat orang bebas bercocok tanam dan menjalin hubungan sosial dengan sesamanya tanpa rasa takut. Rosliani : Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis, 2009 USU Repository © 2008 Bekas Datu Bolon itu mengatakan pada mereka bahwa yang mengetahui jalan ke tanah habungkasan itu hanyalah Ronggur. Bila Ronggur mati dibunuh orang yang tidak dapat mendengarkan penemuannya, mana tanah habungkasan itu akan kembali hilang. Mereka semua akan menjadi orang yang sia-sia turun-temurun. Mereka harus membela Ronggur dan Tio, harus melepaskan mereka dari ancaman maut itu. PUD:188 Dengan demikian, fakta individual yang menghadirkan gagasan dan mimpi Ronggur berubah menjadi fakta sosial karena kecepatan dan ketepatan menghadapi rintangan. Usaha tidak kenal menyerah dari Ronggur untuk mewujudkan mimpinya telah memunculkan ego yang luar biasa dalam diri Ronggor, sehingga mampu mengatasi segala rintangan dalam proses asimilasi tanpa mengabaikan keseimbangan hidup masyarakat. Keberhasilan Ronggur membuktikan kebenaran gagasan dan mimpinya itu pun menggerakkan orang lain menyatukan persepsi. Masyarakat bebas menghuni dan bercocok tanam di tanah habungkasan sebagai hasil aktivitas sosial Ronggur. Dengan demikian, fakta individu yang memunculkan fakta sosial ini menjadi fakta kemanusiaan yang mengubah kepercayaan masyarakat terhadap mitologi Pagar Pegunungan dan Sungai Titian Dewata dalam kehidupan masyarakat Batak di tepi Danau Toba.

4.2.3 Subjek Kolektif