Dari keempat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil
mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek substansial-material, fungsional-struktural, dan
behavioral atau yang mencakup segi-segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan batasan waktu yang dimaksud, dapat berarti satu periode
pendidikan.
2.3 Faktor-faktor kesulitan belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan
belajar juga dapat dibuktikaan dengan munculnya kelainan perilaku misbehavior siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,
mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kelas, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam
22
. a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang
dari dalam diri siswa sendiri yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual siswa,
labilnya emosi siswa, bahkan terganggungnya alat-alat indera penglihat dan pendengar
b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar siswa, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar
yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah
23
.
22
Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010, Cet 16, h. 170
23
Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010, Cet 16 , h. 170-171
Jadi dapat disimpullkan bahwasanya kedua faktor ini sangant mempengaruhi dalam tingkat pencapaian siswa dalam belajar karena
kesulitan belajar dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata dan bisa menghambat tercapainya kinerja akademik seswa yang sesuai dengan
harapan.
2.4 Diagnosis Masalah Belajar dan Mengatasinya
Hal yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah
belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya. Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis
dan terarah dengan langkah-langkah seperti berikut ini:
24
a. Mengidentifikasi adanya masalah belajar Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat khusus,
sebab kemmpuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif, semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan
belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin terampil guru melakukan diagnosis masalah
belajar. Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang
menyimpang atau dalam menurunya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: suka
mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, menangis hiperaktif, sering bolos dan
sebagainya. b. Menelaah atau menetapkan status siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara berikut ini. 1 Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid.
24
Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, Cet.1 h.181