xii
DAFTAR GAMBAR Hal
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 48 Gambar 4.1 Grafik Perubahan Nilai Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran Remedial .............................................................................................. 83 Gambar 4.2 Curva daerah Penerimaan dan Penolakan ............................................ 113
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambaran Umum MTs Al-Hamidiyah Depok Lampiran 2 Hasil Wawancara Santriwati Pra Observasi
Lampiran 3 Hasil Wawancara Wali Kelas VIII Pra Observasi Lampiran 4 Jadwal Kegiatan Satu Pekan Santri MTs Al-Hamidiyah Depok
Lampiran 5 Instrumen Observasi Siswa Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa
Lampiran 7 Pedoman Kriteria Penilaian Observasi Guru Lampiran 8 Lembar Observasi Guru
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Uji Daya Pembeda Soal Uraian
Lampiran 10 Kisi-kisi Tes Uraian Pajak Penghasilan Lampiran 11 Kisi-kisi penilaian Tiap Butir Soal
Lampiran 12 Soal Tes Uraian Pajak Penghasilan Lampiran 13 Kunci Jawaban Tes Uraian Pajak Penghasilan
Lampiran 14 Nilai Pre Test Kelas VIII B, C, dan D Lampiran 15 Kisi-kisi Kuesioner sebelum di Uji Validitas
Lampiran 16 Lembar Angket Sebelum di Uji Validitas Lampiran 17 Hasil Uji Validitas Angket
Lampiran 18 Kisi-kisi Kuesioner Setelah di Uji Validitas Lampiran 19 Lembar Angket Setelah di Uji Validitas
Lampiran 20 Hasil Angket Lampiran 21 Kisi-kisi Wawancara Siswa
Lampiran 22 Kisi-kisi Wawancara Guru Lampiran 23 Pedoman Wawancara Siswa
Lampiran 24 Pedoman Wawancara Guru Lampiran 25 Hasil SPSS 17 Paired Sample T Test
Lampiran 26 RPP Pembelajaran Remedial Lampiran 27 Foto Kegiatan Pembelajaran Remedial
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak bagi setiap manusia. Pendidikan menghasilkan kecerdasan, dan kecerdasan sangat mempengaruhi kehidupan di era modern ini.
Pendidikan wajib ditempuh bagi semua orang, terlebih di Indonesia yaitu semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan selama 9 tahun.
Menurut UU. No. 20 th 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara”.
1
Jadi dapat ditarik kesimpulan, bahwasanya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang untuk
mengembangkan kepribadian sesuai nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam proses pengubahan baik sikap maupun
tingkah laku seseorang tidak terlepas dari pengajaran dan pelatihan, dalam hal ini belajar sangat penting demi menunjangnya suatu pendidikan yang baik dan
berhasil . Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru.
1
UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 BAB 1 Pasal 1
Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang
bermutunnya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik
2
. Adapun pemaparan dari beberapa perspektif para ahli tentang pengertian
belajar. Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Burton 1984
mengemukakan bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada
diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya ”.
Sementara Ernest R. Hilgard dalam introduction to Psychology mendefinisikan
“Belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan
”. Sedangkan Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam prespektifnya yang lebih detail.
Menurut Spears, “Learning is to observe, to read, to imitate, to try the
something them selves, to listen, to follow direction belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri,
mendengar dan mengikuti aturan ”.
3
Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku pada diri individu dalam interaksi dengan lingkungannya secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu tujuan. Adapun dalam setiap pembelajaran pasti
muncul suatu permasalahn, dimana permasalahan itu adalah ketika siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran, berbagai faktor yang membuat
kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar adalah Secara harfiah kesulitan belajar merupakan
terjemahan dari Bahasa Inggris “learning Disability yang berarti ketidak
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010, Cet 16, h. 87
3
Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, Cet.1 h.4
mampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan
kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar
4
. Adapun permasalahan belajar itu ada dua. Pertama, masalah belajar internal
adalah masalah yang ditimbulkan dari dalam diri siswa atau adanya faktor-faktor internal yang menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar. Kedua, masalah belajar
eksternal adalah masalah yang ditimbulkan dari luar diri siswa, atau adanya faktor-faktor eksternal yang menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar
5
. Kesulitan tersebut dalam hal menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari dalam
individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang diinderainya. Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak
dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan
dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik. Berdasarkan
pandangan Clement, kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik spesific
learning disabilities, hiperaktivitas atau distraktibilitas dan masalah emosional. Kelompok anak dengan Learning Dissability LD dicirikan dengan adanya
gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya
6
. Pada dasarnya setiap orang itu memiliki perbedaan masing-masing, baik
dalam hal intektual, kebiasaan, latar belakang orang itu sendiri bahkan kemampuan fisik dia sendiri. Dengan sejumlah karakteristik siswa yang beraneka
ragam. Ada siswa yang lancar dan berhasil dalam kegiatan belajarnya tanpa
4
Yulinda Erma Suryani. Kesulitan Belajar.Hal 33 diakses 22 oktober 2014 3:45 http:journal.unwidha.ac.idindex.phpmagistraarticleviewFile9656
5
Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, Cet.1 h.182
6
Yulinda Erma Suryani. Kesulitan Belajar. Hal 34 diakses 22 oktober 2014 3:45 http:journal.unwidha.ac.idindex.phpmagistraarticleviewFile9656
mengalami kesulitan, akan tetapi disisi lain pula banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap siswa baik Mts maupun MA selama menjalankan Praktek Profesi Keguruan Terpadu PPKT di Yayasan Al-
Hamidiyah. Mereka menjelaskan bahwa tingkat kesulitan belajar siswa di tingkat MTs lebih tinggi dari tingkat MA, hal ini dikarenakan tingkat MTs merupakan
pengalihan dari tingkat dasar yang tidak memiliki basic keagamaan, sehingga mereka belajar lebih berat baik belajar formal sekolah dan keagamaan
pesantren daripada siswa MA, yang basic sebelumnya sudah belajar tentang keagamaan. Sedangkan di sana mereka hanya terfokuskan dalam tingkat formal
sekolah karena sebelumnya basic mereka keagamaan. Oleh karena itu, siswa Mts Al-Hamidiyah cenderung mengalami kesulitan
pada proses belajar, hal ini disebabkan waktu dalam belajar mereka kurang dikarenakan kegiatan ekstrakulikuler dan kepesantrenan lebih banyak terutama
pada kelas VIII
7
. Kesulitan tersebut berimbas pada seluruh pembelajaran yang ada di kelas, hal ini diperkuat oleh pernyataan ibu wali kelas VIII-B ibu Nur Syamsiah
”keinginan mereka buat belajar sudah mulai berkurang karena sudah mulai banyak gangguan seperti ekstrakulikuler, perlombaan dan sebagainya”.
8
Pada dasarnya para siswa Mts Al-Hamidiyah juga mengalami kesulitan belajar, terlebih karena sekolah ini berbentuk pesantren, jadi dalam pembelajaran
bukannya hanya tertuju pada pembelajaran umum saja melainkan pembelajaran agama. Waktu dalam belajar mereka kurang sehingga memunculkan kesulitan
belajar karena faktor minimnya waktu tersebut. Khususnya siswa kelas VIII, dimana siswa kelas VIII di Mts Al-Hamidiyah lebih banyak kegiatan
dibandingkan dengan kelas VII dan IX, seperti ekstrakulikuler dan kegiatan pesantren
9
.
7
Hasil wawancara pra obsevasi santri
8
Hasil wawancara pra observasi wali kelas 8
9
Jadwal kegiatan belajar mengajar santri
Hal ini mempengaruhi siswa kelas VIII dalam pembelajaran umum. Dan tidak sedikit siswa yang tidak dapat memahami materi khususnya tentang pajak
penghasilan dalam pelajaran IPS. Terlebih pokok bahasan pajak penghasilan yang merupakan perpaduan antara menghitung dan membaca. Peserta didik
menganggap materi ini sangat sulit sehingga dengan pemikiran yang demikian maka kebanyakkan siswa malas untuk mengerjakannya. Disini peran guru harus
jeli mengetahui letak kesulitan pada peserta didiknya. Meteri Pajak Penghasilan ini sangat sukar bagi para siswa, disamping
menghafal, materi ini juga terdapat banyak tentang menghitung, sehingga membuat siswa lebih kesulitan dalam belajar tentang materi Pajak Penghasilan
ini. Kendala yang lain yang ditemukan oleh guru IPS terpadu kelas ini adalah hilangnya konsentrasi siswa saat memperhatikan guru menejelaskan bahkan
memberi contoh dalam perhitungan, apabila terlewat sedikit apa yang guru sampaikan maka akan terjadi kebingungan sendiri yang dialami para peserta
didik. Untuk mencapai tujuan agar siswa mempunyai minat dan kemampuan yang
baik terhadap materi pajak penghasilan. Peran para pendidik sangat berpengaruh, para pendidik harus menyampaikan materi dengan cara yang tidak membosankan
demi menambah keminatan siswa dalam belajar, mereka dituntut membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik serta contoh perhitungan yang mudah
dalam materi pajak penghasilan ini. Akan tetapi dalam kenyataannya, para peserta didik seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya. Sementara itu,
kesuksesan setiap peserta didik dalam belajar mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapai tujuan tanpa adannya kesulitan,
akan tetapi tidak sedikit pula siswa yang mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya.
Kesulitan siswa dalam belajar merupakan hal yang selalu terkait dengan dunia pendidikan, dalam materi pajak penghasilan ini siswa mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal-soal pajak penghasilan dan untuk mengatasi kesulitan dalam belajar materi ini para pendidik harus mendiagnosa dimanakah kesulitan itu