10
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teoritis
1. Belajar
1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya seendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segal aspek,
bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses
belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik
1
. Berikut ini pemaparan dari beberapa perspektif para ahli tentang
pengertian belajar. Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Burton 1984
mengemukakan bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku
pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya ”.
2
Sementara Ernest R. Hilgard dalam introduction to Psychology mendefinisikan
“Belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan
”.
3
Sedangkan Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam prespektifnya yang lebih detail. Menurut Spears
“Learning is to observe, to read, to imitate, to try the something them selves, to listen, to follow
1
Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010, Cet 16.,h.87
2
Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., h. 4
3
Ibid, h. 4
direction belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan
”.
4
Salah satu definisi belajar yang cukup sederhana namun mudah diingat adalah yang dikemukakan oleh Gagne
Menurut Gagne, “Learning is relatively permanent change in
behavior that result from past experience or purposeful intruction. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang
dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan direncanakan
”.
5
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
a. Bertambahnya jumlah pengetahuan, b. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi,
c. Ada penerapan pengetahuan, d. Menyimpulkan makna,
e. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan f. Adanya perubahan sebagai pribadi.
Disini kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan melalui proses yang kompleks
sehingga terdapat perubahan pribadi yang lebih, lebih dalam kata kata yang bersifat positif.
1.2 Unsur-unsur Belajar
Cronbach mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar,yaitu:
a. Tujuan.Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi
4
Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., h. 4
5
Ibid, h. 4
kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.
b. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak
atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, dan psikis, persiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun
penguasa pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Dalam
situasi belajar ini terlihat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta
kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil belajar banyak dipengarui oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu
tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain yang lebih berpengaruh.
d. Interpretasi. Dalam
menghadapi situasi,
individu mengadaan
interpretasi, yaitu melihat hubungan antara komponen-komponen situasi belajar, melihat, makna dari hubungan tersebut dan menghubungkanya
dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan intrerpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak
dapat mencapai tujuan.
e. Respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu
mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respon. Respon ini mungkin memberikan sesuatu usaha
coba-coba trial dan error, atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan
tersebut.
f. Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau
konsekuensi entah itu keberhasilan atau kegagalan, demikian juga dengan respon atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya
ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.
g. Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain
yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap
kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha selanjutnya, tetapi
bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut
6
. Jadi pada dasarnya dalam proses pembelajaran haruslah terdapat unsur
belajar, yaitu mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas, kesiapan siswa dalam pembeljaran, situasi dalam belajar yang menyenangkan, serta reaksi
dalam pembelajaran.
1.3 Definisi Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang
berarti berjalan kedepan. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada sasaran atau tujuan.
Menurut Chaplin, “Proses adalah Any changes in any objector
organism, particularly a behavioural psychological change.proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah
laku atau perubahan kejiwaan ”.
Menurut Reber, “Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan
ditimbulkan hingga tercapainya hasi- hasil tertentu”.
7
Jika kita perhatikan ungkapan any change in object or organis dalam definisi Chaplin diatas
dan kata “cara-cara atau langkah-langkah” manners or operations
dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai padanan kata proses
8
.
6
Nana Syaodih sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, 2007, cet ke-4, h.157-158
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010, Cet 16, h. 109
8
Ibid,, h. 110
Jadi kita dapat menarik kesimpulan, bahwasannya proses belajar adalah tahapan perubahan yang bersfat positif perilaku kognitif, afektif dan
psikomotor pada siswa.
1.4 Fase-fase dalam Proses Belajar
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik
9
. Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentag teori S-R Bond
Barlow, 1985, dalam proses belajar, siswa menempuh tiga episode atau fase, yakni:
a. Fase informasi tahap penerimaan materi. b. Fase transformasi tahap pengubahan materi.
c. Fase evaluasi tahap penilaian materi. Dalam fase informasi information, seorang siswa sedang belajar
memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali
baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah
dimiliki. Dalam fase tranformasi transformation, informasi yang telah
diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditranformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat
dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung mudah apabila disertai dengan bimbingan Anda selaku
guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk mempelajari materi pelajaran tertentu.
9
PP 19 thn 2013 tentang SNP. BAB IV pasal 19