Pengertian Metode Pembelajaran Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
14
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2.
Macam-macam Metode Pembelajaran
Dalam mencapai tujuan intstruksional, seorang guru perlu mengetahui dan memahami macam-macam metode pembelajran. Selain itu juga perlu memilih dan
menetapkan metode yang dipandang tepat untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
harus bersumberkan pada pemikiran sejauh mana metode tersebut dapat
mendorong terciptanya situasi belajar yang kondusif. Pada prinsipnya tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang
sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi, karena setiap metode pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing. Oleh karena itu seorang guru tidak boleh asal dalam memilih suatu
metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.
Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efketif dan efisien merupakan sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar
akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Di bawah ini beberapa
metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:
a. Metode ceramah, yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
b. Metode tanya jawab, yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
c. Metode diskusi, yaitu salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan
masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
d. Metode demonstrasi, yaitu metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
15
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaranyan relevan dengan pokok bahasan yang sedang dikaji.
e. Metode karyawisata, yaitu metode dalam proses belajar mengajar siswa perlu
diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah. Hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau
memperdalam suatu pelajaran dengan melihat langsung. f.
Metode tutorial, yaitu metode yang diberikan dengan bantuan tutor. Setelah siswa diberikan bahan ajar, kemudian siswa diminta untuk mempelajari bahan
ajar tersebut. Pada bagian yang dirasakan sulit, siswa dapat bertanya kepada tutor.
g. Metode perumpamaan, yaitu suatu metode yang digunaka untuk
mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. h.
Metode pemahaman dan penalaran, yaitu metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi
dengan menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan pikirannya dalam mendata dan
menginventarisasi masalah, dengan cara memilah-milah, membuang mana yang salah, meluruskan yang bengkok, dan mengambil yang benar.
i. Metode praktek, yaitu mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik
menggunakan alat atau benda. j.
Metode penugasan, yaitu untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individual atau kelompok, dan dapat dikerjakan di mana saja baik disekolah,
rumah, maupun diperpus, dll.
6
Secara garis besar, metode pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu metode pembelajaran yang berpusat pada guru teacher centered dan metode
pembelajran yang berpusat pada siswa student centered. Metode pembelajaran yang berpusat pada guru teacher centered merupakan sebuah praktik yang
mekanistik dan diredusir menjadi pemberian informasi. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting karena mengajar
6
Pupuh Fathurrohman, dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007, cet. 1, h. 61-64
16
dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar pembelajar. Dengan kata lain, penyelenggaraan pembelajaran dianggap sebagai model transmisi
pengetahuan. Transmisi pengetahuan dari guru ke siswa merupakan salah satu peran utama guru sebagai penyampai informasi. Hal ini seperti yang diungkapkan
Wina Sanjaya, yaitu “Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat
pada guru, maka minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru. Tiga peran utama guru tersebut yaitu guru sebagai perencana, sebagai penyampai
informasi, dan guru sebagai evaluator. ”
7
Guru sebagai perencana pengajaran harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, mulai dari materi yang akan disampaikan sampai pada media apa yang
akan digunakan. Jadi tugas guru disini hendaknya memahami dan menguasai materi pelajaran yang akan diajarkannya, serta memiliki ketrampilan
mengusahakan, memilih, dan menggunakan media dengan baik. Kemudian guru sebagai penyampai informasi
yaitu “membe ikan info masi lisan maupun te tulis dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti siswa. Namun dalam hal ini
peran guru tidak terlalu dominan, sebab bisa dibayangkan jika para siswa dari waktu ke waktu hanya menjadi pendengar setia mungkin proses pendidikan tidak
akan menghasilkan lulusan yang optimal.”
8
Sedangkan peran guru sebagai evaluator yaitu melakukan penilaian terhadap siswa untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan dan keefktifan dalam menggunakan metode. Hal ini seperti ungkapan Rusman bahwa:
“Penilaian dilakukan untuk mengtahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum
oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat. Tujuan lain dari penilaian adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau
kelompoknya, sehingga guru dapat menetapkan apakah siswa tersebut termasuk dalam kelompok siswa pandai, sedang, kurang atau cukup baik di
kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya
.”
9
7
Wina Sanjaya, op. cit., h. 97
8
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, Ed. 1, Cet. 4, h. 60
9
Ibid., h. 64-65
17
Penyelenggaraan pembelajaran berfokus pada guru biasanya lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan,
sehingga belaja dilihat sebagai p oses “meni u” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes
terstandar. Dalam hal ini metode pembelajaran berfokus pada guru menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan
nyata. Kesimpulan dari penjelasan metode yang berpusat pada guru di atas, maka
peran guru adalah menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi kepada siswa. Sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan
melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan. Maka dapat dikatakan pula bahwa metode yang berpusat pada guru kurang efisien
jika hanya menggunakan satu metode yaitu ceramah, namun akan lebih efektif lagi bila metode ceramah bisa dipadukan dengan metode lainnya yang dapat
menunjang satu sama lain. Kemudian metode pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered
yaitu dimana mengajar tidak hanya ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh sisiwa itu sendiri. Dalam hal ini siswa mempunyai kesempatan
untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri. Metode yang berpusat pada siswa menggambarkan strategi-strategi
pembelajaran di mana guru lebih memfasilitasi dalam proses pembelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan Wina sanjaya bahwa:
“Peran guru berubah dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa
untuk belajar. Karena tujuan utama dari mengajar adalah membelajarkan siswa, maka kriteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh mana
siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar
”.
10
10
Wina Sanjaya, op. cit., h. 99
18
Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan
interaksi sosial siswa. Maka guru sebagai fasilitator hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered merupakan metode yang efektif karena di sini siswa yang
lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan guru hanya sebagai fasilitaor dan mengawasi proses pembelajaran di kelas. Peran guru sebagai fasilitator berfungsi
sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Dalam hal ini guru tidak hanya memberikan pengetahuan
kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Jadi siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode peer teaching. Dimana
motde peer teaching merupakan metode yang berpusat pada siswa. Dalam hal ini siswa yang sangat berperan dalam proses pembelajaran, guru hanya memfasilitasi
siswa dan mengawasi dalam berlangsungnya proses pembelajaran.