Pembelajaran Peer Teaching atau Tutor Sebaya

22 Penerapan metode peer teaching atau tutor sebaya dalam pelaksanaannya guru bertugas mengamati dan mengawasi proses belajar siswa dalam kelompok. Jika ada hal-hal yang tidak dapat dipecahkan oleh tutor, maka tutor meminta bantuan langsung kepada guru untuk menyelesaikannya. Pada kasus tertentu guru menangani siswa yang memerlukan bimbingan khusus. Sebagaimana dijelaskan oleh Cony Semiawan yang menyatakan bahwa : “Pelaksanaan tutor sebaya dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas. Jika tutor sebaya dilakukan di dalam kelas, maka i guru memberikan penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas. ii kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar kesetiap kelompok untuk memberikan bantuannya. iii guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus. iv jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai meminta bantuan kepada guru. v guru mengadakan evaluasi ”. 14 Dengan demikian, penggunaan metode peer teaching diharapkan mampu mengatasi masalah dalam proses pembelajaran. Namun perlu juga diketahui mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode peer teaching atau tutor sebaya. Diantara kelebihan dari metode peer teaching yaitu: a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru. Dalam hal ini meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran, sehingga meningkatkan hasil belajar. b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghafalnya kembali. c. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. d. Mempererat hubungan antara siswa, sehingga mempertebal perasaan sosial. Dalam hal ini Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran. 15 Adapun kelemahan dari metode peer teaching yaitu: a. Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan kawannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan. 14 Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: Gramedia, 1992, h. 70 15 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, cet. 3, h. 26-27 23 b. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasianya diketahui kawannya. c. Pada kelas-kelas tertentu, pekerjaan tutoring ini sukar dilakasanakan. Karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan. d. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing. e. Tidak semua siswa pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengajarkannya kembali kepada kawan-kawannya. 16 Beberapa penjelasan di atas, jelas bahwa peer teaching memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, karena siswa lebih sungkan dan malu bila bertanya kepada guru. Hal tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat diterima oleh semua siswa. Model tindakan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan tutor sebaya. Siswa yang bertindak sebagai tutor yaitu siswa yang telah memiliki kemampuan akuntansi yang baik. Tutor tersebut terlibat dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu membimbing atau menjelaskan kepada anggotanya dalam hal ini yang ditutorinya, sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh guru. Siswa yang menjadi tutor dikatakan berhasil jika dapat menjelaskan kepada teman-temannya dan yang dijelaskan tutee dapat membuktikan bahwa dia telah mengerti atau memahami dengan cara hasil pekerjaannya.

4. Langkah-langkah atau Prosedur penggunaan Metode Peer Teaching

Dari kelebihan dan kelemahan metode peer teaching di atas, maka perlu diketahui bagaimana langkah dalam menggunakan metode peer teaching atau tutor sebaya dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya yaitu: 16 Ibid., h. 27 24

a. Tahap persiapan

1 Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu pertemuan yang di dalamnya mencakup judul penggalan tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan. 2 Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Jumlah tutor sebaya yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk. 3 Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial atau bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam pendidikan guru atau siswa itu. Latihan di adakan dengan dua cara yaitu melalui latihan kelompok kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya siswa yang akan menjadi tutor, dan melalui latihan klasikal, dimana siswa seluruh kelas dilatih bagaimana proses pembimbingan ini berlangsung. 4 Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri atas 4-6 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat kecerdasan siswa. Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.

b. Tahap pelaksanaan

1 Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang di ajarkan. 2 Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang tidak diselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru. 3 Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya. 25

c. Tahap evaluasi

1 Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota kelompok selain tutor untuk mengetahui apakah tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum. 2 mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di rumah. 17 Sedangkan prosedur penyelenggaraan metode peer teaching atau tutor sebaya menurut David Jaques, yaitu dapat dilihat dari cara pemilihan anggota- anggotanya. David Jaques dalam bukunya learning in groups yakni “the way in which students are assined to groups likewise depends on the purposes, both educational and sosial. One procedure for accomplishing effective mixes is as follows”: a. Divide the total number of students by the possible number of groups to estimate the rough size of each group. b. Decide on criteria whicht might be used to differentiate one student from another, age, background, etc. c. Go trough all the notes and assign a code to each according to these sriteria A,B,C,etc. d. Then, starting with group I, take one person from each of A,B,C,etc. Until this group’s complement is more than the number of qualities. Do the same for the other groups. Finally, check that each group has a similar mix and adjust if not. 18 Maksud di atas yaitu satu cara di mana siswa dibentuk menjadi kelompok- kelompok kecil yang sesuai dengan tujuan, baik pendidikan dan sosial. Salah satu caranya yaitu dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dengan kriteria yang sama kelompok yang cepat tanggap, sedang, dan lama. Kemudian dari kelompok dengan keriteria yang sama tersebut diberikan kode A, B, C, dan lainnya. Selanjutnya untuk membentuk kelompok 1 dengan mengambil satu siswa dari masing-masing A, B, C, dan lainnya. Dan untuk membentuk kelompok 17 http:pendidikan-matematika.blogspot.com200903contoh-skripsi-menggunakan- pendekatan.html 18 David Jaques, Learning In Groups, USA: Gulf Publishing Company, 1991, h. 118 26 selanjutnya lakukanlah hal yang sama. Kemudian periksa bahwa setiap kelompok memiliki campuran yang sama dan menyesuaikan jika tidak. Menurut Branley, seperti yang dikutip oleh Fahrur Azis ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor, yaitu : a Tutor to student, yaitu proses pembelajaran di sini tutor membantu teman-temannya yakni tiap individu dalam belajar. b Group to tutor, yaitu proses pembelajaran pada model ini tutor membantu teman- temannya dalam bentuk kelompok belajar. c Student to student, yaitu proses pembelajaran disini tutor membantu sebagian dari temanpeserta didik lain dan peserta didik tersebut juga berperan membantu teman yang lainnya. 19 Adapun penyebaran dari tiga model ini adalah sebagai berikut : 19 Fahrur Azis, Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Kelompok Kecil Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Fungsi Kuadrat, Skripsi Jurusan Matematika Semarang: IAIN Walisongo, 2009, h. 17-18 27 Gambar 1 Model Pembelajaran Tutor Menurut Branley. Dari tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor sebaya di atas, maka peneliti menggunakan model group to totor. Dalam model group to tutor ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana dalam setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki pemahaman yang tinggi dan cerdas yang akan ditugaskan sebagai tutor. Kemudian tugas tutor memberikan penjelasan atau mengajarkan anggota kelompoknya masing-masing. Hal yang menarik peneliti untuk menggunakan model group to tutor ini, yaitu karena dengan adanya pembentukan kelompok maka suasana kelas akan terlihat lebih rapih dan terorganisir. Selain itu dengan adanya pembagaian tugas tutor kepada masing-masing kelompoknya, maka poses pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.

5. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat belajar menurut kamus besar indonesia terdiri dari dua suku kata, yaitu kata minat dan belajar. Dari segi bahasa minat merupakan “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu ”. 20 Kecenderungan seseorang terhadap sesuatu itu menandakan adanya minat terhadap suatu objek yang dituju. 20 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, ed. 3, h. 744