28 hal yang sebaliknya, yaitu menyebabkan kegagalan siswa dalam belajar.
Kegagalan itu akan nampak bila: a.
Generalisasi konsep abstrak dari representasi hal-hal yang konkret tidak tercapai.
b. Alat peraga yang digunakan hanya sekedar sajian yang tidak memiliki nilai-
nilai yang tidak menunjang konsep-konsep dalam matematika. c.
Tidak disajikan pada saat yang tepat. d.
Memboroskan waktu. e.
Diberikan pada anak yang sebenarnya tidak memerlukan. f.
Tidak menarik dan mempersulit konsep yang dipelajari. g.
Salah dalam menggunakan alat peraga, hal ini berkaitan dengan tingkat penguasaan guru terhadap alat peraga yang digunakan.
Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa alat peraga matematika merupakan sebuah atau seperangkat benda konkret yang sengaja
dibuat untuk membantu menanamkan dan mengembangkan konsep matematika. Konsep dalam matematika itu sendiri sangat banyak dan memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda-beda, sehingga agar konsep tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa maka dalam penggunaan maupun pembuatan alat peraga
harus sesuai dengan fungsi serta karakteristik siswa SD.
9. Alat Peraga Kertas Berbentuk Bangun Datar
Alat peraga kertas berbentuk bangun datar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat peraga dengan berbahan dasar kertas dan dibentuk
menjadi beberapa jenis bangun datar. Kertas digunakan sebagai bahan pembuat
29 alat peraga karena berkaitan dengan materi pecahan yang diajarkan pada siswa
kelas III, di mana dalam penanaman konsep materi tersebut terdapat kegiatan menyekat, melipat, serta mengarsir, sehingga alat peraga kertas efektif sesuai
tujuannya yaitu menanamkan konsep kepada siswa. Kertas juga merupakan bahan yang mudah diperoleh dan dimanipulasi baik oleh guru maupun siswa, sehingga
akan lebih meningkatkan evisiensi waktu saat memperagakannya.
10. Model Pembelajaran dengan Alat Peraga Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim Isjoni, 2007:15.
Menurut Johnson Johnson dalm bukunya Isjoni 2007: 30, pembelajaran kooperatif adalah satu pendekatan di mana murid bekerjasama di
antara satu sama lain dalam kumpulan belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugasan indivdu atau kumpulan yang diberikan oleh guru. Sedangkan
menurut Nur Asma 2006:12 belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing
bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik
. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie 2005: 31 mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran gotong royong
harus diterapkan yaitu: