Membandingkan Pecahan Pecahan a. Mengenal Pecahan
14
ସ
ଷ
ଶ
ହ
Dari peragaan pecahan menggunakan bangun geometri tersebut, dapat ditentukan manakah pecahan yang nilainya lebih besar atau lebih kecil dengan
cara membandingkan luas daerah yang diarsir. Pecahan
ଶ
dibandingkan dengan
ଷ
maka
ଶ
ଷ
karena luas daerah yang diarsir pada peragaan
ଶ
lebih sempit dari luas daerah yang diarsir pada peragaan
ଷ
. Pecahan
ଷ
dibandingkan dengan
ସ
maka
ଷ
ସ
karena luas daerah yang diarsir pada peragaan
ଷ
lebih sempit dari luas daerah yang diarsir pada peragaan
ସ
. Pecahan
ସ
dibandingkan dengan
ହ
maka
ସ
ହ
karena luas daerah yang diarsir pada peragaan
ସ
lebih sempit dari luas daerah yang diarsir pada peragaan
ହ
. Dari kegiatan membandingkan dua pecahan dengan menggunakan bangun
geometri tersebut, ketiga contoh telah menunjukkan bahwa antara dua pecahan berpenyebut sama, yang penyebutnya lebih besar maka nilai pecahannya juga
lebih besar, sebaliknya yang penyebutnya lebih kecil maka nilai pecahannya juga lebih kecil.
Johnson dan Heill 2010: 22 mengemukakan bahwa untuk menemukan pecahan yang lebih besar atau lebih kecil dari dua pecahan yang berpenyebut sama
merupakan hal mudah, cukup hanya membandingkan pembilangnya. Jika
15 pembilang lebih besar maka nilai pecahannya juga lebih besar, sebaliknya jika
pembilang lebih kecil maka nilai pecahannya juga lebih kecil. Kegiatan membandingkan dua pecahan yang berpenyebut sama dapat
digunakan sebagai salah satu cara dalam kegiatan mengurutkan pecahan. Dari contoh yang telah dibahas pada konsep, maka diperoleh urutan pecahan dari yang
terkecil hingga terbesar yaitu;
ଶ
ଷ
ସ
ହ
. Jika dilihat dari pembilangnya, besarnya pembilang berbanding lurus dengan nilai pecahannya. Maka dapat
disimpulkan bahwa dalam kegiatan mengurutkan pecahan berpenyebut sama, makin besar pembilangnya maka makin besar nilai pecahannya, sebaliknya makin
kecil pembilangnya maka makin kecil nilai pecahannya. c.
Membandingkan pecahan yang pembilang dan penyebutnya tidak sama Membandingkan pecahan yang pembilang dan penyebutnya tidak sama
dapat dilakukan dengan peragaan menggunakan bangun-bangun geometri. Sebagai contoh peragaan pecahan menggunakan bangun geometri yang menyatakan
pecahan berpembilang dan berpenyebut tidak sama, yaitu
ଶ ହ
,
ଷ ସ
,
ଵ ଶ
, dan
ସ
ଶ ହ
ଷ ସ
ଵ ଶ
ସ
Dari peragaan pecahan menggunakan bangun geometri tersebut, dapat ditentukan manakah pecahan yang nilainya lebih besar atau lebih kecil dengan
cara membandingkan luas daerah yang diarsir. Pecahan
ଶ ହ
dibandingkan dengan
ଵ ଶ
16 maka
ଶ ହ
ଵ ଶ
karena luas daerah yang diarsir pada peragaan
ଶ ହ
lebih sempit dari luas daerah yang diarsir pada peragaan
ଵ ଶ
. Pecahan
ଵ ଶ
dibandingkan dengan
ସ
maka
ଵ ଶ
ସ
karena luas daerah yang diarsir pada peragaan
ଵ ଶ
lebih sempit dari luas daerah yang diarsir pada peragaan
ସ
. Pecahan
ସ
dibandingkan dengan
ଷ ସ
maka
ସ
ଷ ସ
karena luas daerah yang diarsir pada peragaan
ସ
lebih sempit dari luas daerah yang diarsir pada peragaan
ଷ ସ
. Dari kegiatan membandingkan dua pecahan dengan menggunakan bangun
geometri tersebut, ketiga contoh telah menunjukkan bahwa antara dua pecahan berpembilang dan berpenyebut berbeda tidak dapat kita bandingkan hanya dengan
melihat pembilangnya saja atau penyebutnya saja. Dalam menentukan mana yang lebih besar atau yang lebih kecil harus melihat pembandingan luas arsiran pada
bangun geometri yang mewakili pecahan tersebut. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membandingkan dua
pecahan yang
berpembilang dan
berpenyebut tidak
sama tanpa
harus menggunakan peragaan pecahan dengan menggunakan bangun geometri. Mulyati
dkk 2005: 36 mengemukakan bahwa untuk membandingkan pecahan yang pembilang dan penyebutnya tidak sama, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu.
1 Menyamakan penyebut kedua pecahan tersebut, dengan cara menentukan
pecahan senilai lebih dulu. Contoh :
ଶ ହ
dan
ଵ ଶ
, langkah pertama adalah menyamakan penyebutnya dengan menentukan pecahan senilai lebih dulu. Pecahan
ଶ ହ
senilai dengan
ସ ଵ
, sedangkan pecahan
ଵ ଶ
senilai dengan
ହ ଵ
, maka sudah diperoleh penyebut yang
17 sama, yaitu
ସ ଵ
dan
ହ ଵ
. Setelah memiliki penyebut yang sama, langkah berikutnya menentukan pembilang yang lebih besar adalah pecahan yang
memiliki nilai lebih besar. Sehingga diperoleh kesimpulan
ସ ଵ
ହ ଵ
atau
ଶ ହ
ଵ ଶ
. 2
Dengan perkalian silang Bila pembilang dan penyebutnya tidak sama, maka guru sering kali
menggunakan cara perkalian silang. Hal ini dapat dibenarkan bila guru telah memberikan konsep atau nalarnya, sehingga siswa mengetahui alasan dari
perkalian silang tersebut. Meskipun demikian perkalian silang ini semata- mata hanya teknik supaya siswa cepat dapat menentukan hasil.
Contoh :
4 5
ଶ ହ
...
ଵ ଶ
ଶ ହ
ଵ ଶ
diperoleh hasil dari perkalian silang yaitu 4 ... 5. Nilai 4 mewakili pecahan
ଶ ହ
, sedangkan 5 mewakili pecahan
ଵ ଶ
, karena 4 5 maka
ଶ ହ
ଵ ଶ
.
Teknik-teknik tersebut
sering diajarkan
kepada siswa
untuk membandingkan dua pecahan yang berpembilang dan berpenyebut tidak sama
oleh guru. Selain itu masih ada lagi teknik lain yang dapat digunakan untuk membandingkan dua pecahan yang berpembilang dan berpenyebut tidak sama,
yaitu : 1
Menyamakan pembilang kedua pecahan tersebut, dengan cara menentukan pecahan senilai lebih dulu.
18 Contoh :
ଶ ହ
dan
ଵ ଶ
, langkah pertama adalah menyamakan pembilangnya dengan menentukan pecahan senilai lebih dulu. Pecahan
ଵ ଶ
senilai dengan
ଶ ସ
, maka sudah diperoleh pembilang yang sama, yaitu
ଶ ହ
dan
ଶ ସ
. Setelah memiliki pembilang yang sama, langkah berikutnya menentukan penyebut yang lebih
besar adalah pecahan yang memiliki nilai lebih kecil. Sehingga diperoleh kesimpulan
ଶ ହ
ଶ ସ
atau
ଶ ହ
ଵ ଶ
. Hasil yang diperoleh dalam kegiatan membandingkan pecahan dengan
menggunakan teknik dan hasil yang diperoleh dalam kegiatan membandingkan pecahan dengan konsep menunjukkan kesimpulan yang sama dalam kegiatan
membandingkan pecahan berpembilang dan berpenyebut berbeda. Sehingga teknik-teknik tersebut dapat diajarkan kepada siswa setelah siswa memahami
konsepnya. Bagi siswa sekolah dasar khususnya siswa kelas III, konsep dan teknik dalam kompetensi dasar mengenal pecahan dan membandingkan pecahan tersebut
tentu tidak dapat dengan mudah untuk dipahami. Oleh karena itu guru membutuhkan sebuah alat maupun media yang dapat digunakan untuk
menjembatani pemahaman siswa, salah satunya adalah dengan menggunakan alat peraga matematika.