Pelaksanaan Tindakan Deskripsi Penelitian Siklus II a. Perencanaan Umum

67 kelompok memiliki pembagian tugas yang baik, ada yang menyekat, ada yang mengarsir, lalu menempel dan diskusi saat menentukan perbandingan nilai pecahan yang tepat. Setelah waktu yang ditentukan oleh guru habis, tiap kelompok diminta untuk mendemonstrasikan hasil kerja secara bergantian. Guru memberikan reward kepada kelompok yang memiliki keterlibatan anggota paling baik. Untuk kembali mengecek pemahaman siswa, guru bersama siswa membahas hasil kerja LKS bersama-sama. Di akhir pembelajaran, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk masing-masing. Guru dan siswa menerangkan kembali materi yang dipelajari pada hari itu secara singkat lalu menutup pelajaran dengan salam. 2 Pertemuan Kedua Siklus II ` Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada jam ke-2 dan ke-3. Jam pertama seluruh siswa melakukan senam bersama. Pelaksanaan pembelajaran berlangsung selama 2x35 menit 2 jam pelajaran yang dilaksanakan oleh guru kelas. Peneliti sebagai observer sekaligus mendokumentasikan penelitian. Kegiatan awal, guru menyiapkan ruang kelas dan alat pembelajaran. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan kemudian ketua kelas memimpin doa. Selanjutnya guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, siswa diminta untuk mengeluarkan buku pelajaran dan alat tulis masing-masing. Setelah semua siswa siap menerima pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang materi sebelumnya. Selanjutnya guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu yaitu membandingkan pecahan yang pembilang dan penyebutnya berbeda. Guru memperagakan konsep membandingkan pecahan 68 yang pembilang dan penyebutnya berbeda dengan menggunakan alat peraga kertas berwarna hijau. Dalam peragaannya, guru mengarsir 4 bangun datar yang ada di alat peraga tersebut sesuai dengan nilai pecahan yang sudah ditentukan, lalu dilanjutkan dengan membandingkan pecahan dengan membandingkan luas daerah yang diarsir. Peragaan ini sama seperti peragaan pada pertemuan pertama di siklus II, sehingga peragaan berlangsung lebih cepat.. Setelah selesai membandingkan pecahan dengan alat peraga, guru kemudian menjelaskan bahwa dalam membandingkan pecahan yang pembilang dan penyebutnya berbeda dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan menyamakan penyebut dan dengan perkalian silang. Siswa diberi penjelasan oleh guru tentang membandingkan pecahan yang pembilang dan penyebutnya berbeda dengan cara menyamakan penyebut. Guru memulai dengan menjelaskan pecahan senilai kepada siswa. Sebagai contoh, guru menggunakan pecahan yang sama seperti yang ada di alat peraga yaitu pecahan ଵ ଶ senilai dengan ଶ ସ , ଷ ଺ , ସ ଼ , ହ ଵ଴ , dan seterusnya. Kemudian pecahan ଷ ସ senilai dengan ଺ ଼ , ଽ ଵଶ , ଵଶ ଵ଺ , ଵହ ଶ଴ , dan seterusnya. Lalu siswa diminta untuk mencari manakah diantara kedua kelompok pecahan senilai yang memiliki penyebut yang sama. Diperoleh dua pecahan yang sudah memiliki penyebut yang sama yaitu ସ ଼ dan ଺ ଼ . Guru kemudian meminta siswa untuk membandingkan kedua pecahan yang sudah berpenyebut sama tersebut dengan cara cepat yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya, yaitu dengan membandingkan pembilangnya. Karena ସ ଼ pembilangnya lebih kecil dari ଺ ଼ maka nilai pecahannya juga lebih kecil dari ଺ ଼ , dan ditulis ସ ଼ ଺ ଼ atau ଵ ଶ ଷ ସ . Langkah terakhir adalah mencocokkan hasil pembandingan dengan yang sudah dikerjakan 69 saat peragaan dengan alat peraga. Guru kemudian memberi penjelasan tentang cara membandingkan pecahan berpembilang dan berpenyebut berbeda dengan cara perkalian silang. Guru mengambil contoh pecahan yang sama dengan yang sebelumnya yaitu ଵ ଶ dan ଷ ସ . Kemudian guru menulis langkah perkalian silang di papan tulis yaitu; ଵ ଶ … ଷ ସ = ଵ ଶ ଷ ସ = 1x4 ... 3x2 = 4 ... 6 Setelah mengetahui hasil perkalian silang, maka dapat disimpulkan bahwa 4 6, atau ଵ ଶ ଷ ସ . Langkah terakhir adalah mencocokkan hasil pembandingan dengan yang sudah dikerjakan di alat peraga. Guru kemudian membagi siswa menjadi 3 kelompok secara acak, 2 kelompok beranggotakan 4 siswa, dan 1 kelompok lainnya beranggotakan 5 siswa, 2 siswa tidak masuk. Masing-masing kelompok diberi LKS lampiran 5 hlm 111 oleh guru dan mengingatkan siswa agar mengerjakan LKS secara diskusi kelompok. Anggota kelompok mulai mencermati petunjuk kerja LKS dan guru mulai berkeliling kelas. Pada kegiatan pertama yaitu kegiatan membandingkan pecahan dengan kertas bangun datar, siswa terlihat sudah terbiasa dan dapat menyelesaikan kegiatan menyekat, mengarsir, lalu membandingkan dengan cepat. Hal ini dikarenakan kegiatan pertama di LKS ini sama seperti kegiatan di LKS pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya yaitu kegiatan membandingkan pecahan dengan cara perkalian silang, pada LKS sudah diberi contoh sehingga anggota kelompok bisa mengerjakan sesuai contoh. Pada kegiatan ini, ada anggota kelompok yang berselisih pendapat saat melakukan perkalian silang, namun 70 anggota kelompoknya yang lain dapat menyelesaikan perselisihan tersebut. Guru juga melakukan pengarahan agar dalam mengerjakannya dengan cermat dan teliti. Setelah waktu yang ditentukan oleh guru habis, tiap kelompok diminta untuk mendemonstrasikan hasil kerja secara bergantian. Guru memberikan reward kepada kelompok yang memiliki keterlibatan anggota paling baik. Untuk kembali mengecek pemahaman siswa, guru bersama siswa membahas hasil kerja LKS bersama-sama. Kegiatan selanjutnya adalah guru dan siswa membahas kembali materi yang baru saja diajarkan dengan bertanya jawab singkat. Saat bertanya jawab guru sesekali berkeliling kelas untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa fokus dengan kegiatan tersebut. Kemudian siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk masing-masing. Guru membagikan soal evaluasi lampiran 6 hlm 112. Siswa diberi waktu mengerjakan 10 menit. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan penuh konsentrasi. Guru meminta siswa untuk tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan soal evaluasi dan mengecek ulang jawaban siswa masing-masing. Setelah waktu habis, hasil evaluasi lalu dikumpulkan di meja guru, dilanjutkan guru menutup pelajaran dengan salam. 3 Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan. Hasil observasi berupa lembar observasi aktivitas guru lampiran 13 hlm 122 dan lembar observasi aktivitas siswa lampiran 15 hlm 126 ketika proses pembelajaran. 71 a Aktivitas Guru Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, kegiatan guru dalam pembelajaran siklus II lebih baik dari pembelajaran pada siklus I. Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP. Kekurangan-kekurangan pada siklus I pun telah diperbaiki pada pembelajaran siklus II ini. Guru telah melakukan pra pembelajaran dengan baik di antaranya memeriksa kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran, memberikan apersepsi, serta menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada inti pembelajaran guru menyampaikan materi dengan baik, alat peraga yang digunakan sudah lebih efisien dari sebelumnya. Belajar dari kekurangan pada pembelajaran siklus I, guru telah membuat alokasi waktu saat memperagakan konsep pecahan dengan alat peraga. Pada pelaksanaannya guru telah dapat menggunakan alokasi waktu dengan baik serta memanfaatkan waktu dalam pembelajaran sesuai perencanaan, hal itu dibuktikan dengan tidak mengulurnya waktu jam pembelajaran. b Aktivitas Siswa Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus II ini, aktivitas siswa sudah baik. Siswa telah dapat menggunakan alat peraga dengan baik sesuai petunjuk guru, serta dapat bekerjasama saat diskusi kelompok dan dapat menggunakan alokasi waktu dengan baik. Dalam sesi tanya jawab, sudah semakin banyak siswa yang aktif bertanya. Di akhir pembelajaran pun siswa mengerjakan evaluasi dengan sungguh-sungguh, hal itu terbukti dari hasil evaluasi siswa yang mengalami peningkatan. Hasil evaluasi siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan belajar 72 Matematika pada materi pecahan siswa kelas III adalah sebesar 92,3, artinya 12 dari 13 siswa 2 siswa tidak masuk yang mendapat nilai ≥ 65. Hasil evaluasi siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. 4 Refleksi Dari hasil yang telah diperoleh dari siklus II terlihat sekali banyak peningkatan. Untuk nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100. Hasil evaluasi siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan belajar Matematika pada materi pecahan siswa kelas III adalah sebesar 92,3, artinya 12 dari 13 siswa 2 siswa tidak masuk yang mendapat nilai ≥ 65. Hasil evaluasi siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, ol eh karena i t u guru dan peneliti memutuskan penelitian sudah cukup dan akan dihentikan.

C. Pembahasan

Pada bab ini diuraikan pembahasan hasil penelitian mengenai peningkatan hasil belajar Matematika pada materi pecahan dengan alat peraga pada siswa kelas III SD Negeri Bendungan III. Hasil penelitian yang diuraikan adalah data kondisi siswa pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil belajar siswa mencakup 3 ranah sesuai dengan pernyataan Benyamin Bloom dalam Nana Soedjana 2012: 23, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada aspek kognitif terjadi peningkatan, ditunjukkan dengan hasil belajar pada pra tindakan, siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan yang memuaskan. Hasil belajar pada pra tindakan lampiran 9 hlm 117 adalah 26,7 siswa mencapai KKM, hasil belajar pada siklus I lampiran 10 hlm 118 73 adalah 61,5 siswa mencapai KKM, dan hasil belajar pada siklus II lampiran 11 hlm 119 adalah 92,3 siswa mencapai KKM. Keberhasilan belajar tersebut dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu internal dan eksternal Soedijarto, 1981:61. Faktor internal yang dimaksud yaitu minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif siswa. Sedangkan faktor eksternal yaitu guru, alat peraga, cara mengajar dan lainnya. Pada pratindakan, pembelajaran masih bersifat teacher center dan belum menggunakan alat peraga. Padahal dalam pembelajaran Matematika, penggunaan alat peraga itu memiliki fungsi yang penting. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep Sukayati, 2003:2. Selain itu, siswa kelas III sekolah dasar juga masuk ke dalam tahap operasional konkret yang pada tahap itu seorang anak dapat membuat kesimpulan dari suatu yang nyata atau dengan benda konkret sesuai dengan Teori Piaget dalam Fadjar 2011: 43. Lalu pada pembelajaran siklus I guru menggunakan alat peraga yang salah satu maksudnya untuk memberikan variasi pengajaran sehingga siswa tidak bosan dengan teori selalu Ahmadin Sitanggang, 2013:4 dan melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Namun pada kenyataannya pembelajaran siklus I masih banyak kekurangan, baik yang dialami oleh guru maupun siswa sehingga hasilnya belum maksimal. Pada pembelajaran siklus I ada beberapa siswa yang sering bermain sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru, kurang aktif dalam penggunaan alat peraga sehingga belum memahami materi dengan baik. Guru pun kurang mengamati perkembangan pemahaman siswa, dan alat peraga yang digunakan 74 pada siklus I memerlukan waktu yang lama saat peragaannya sehingga guru tergesa-gesa dalam menyampaikan materi dan akhirnya kegiatan penelitian melebihi waktu yang telah ditentukan. Hal ini kurang sesuai dengan fungsi khusus alat peraga yang disebutkan oleh Ahmadin Sitanggang 2013:4 yang salah satunya yaitu efisiensi waktu dalam mengajar agar siswa lebih mudah mengerti. Oleh karena itu h a n ya 61,5 siswa mencapai KKM dengan rincian 8 siswa mencapai KKM dan 5 siswa tidak mencapai KKM 2 siswa tidak masuk. Berdasarkan kekurangan tersebut peneliti merencanakan perbaikan atau refleksi untuk dilakukan pada siklus II. Bentuk perbaikan tersebut meliputi penyesuaian antara pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya, di mana RPP tersebut juga mengalami penyempurnaan di siklus II. Penyempurnaan yang dilakukan di antaranya pemberian alokasi waktu saat kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efisien. Peneliti juga membuat alat peraga baru yang lebih menarik, dapat memperjelas konsep matematika, namun sederhana dalam penggunaannya Pujiati, 2006:4. Refleksi tersebut berhasil, pada siklus II hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa mengalami peningkatan. Guru melaksanakan penelitian tindakan kelas sesuai dengan RPP, memeragakan konsep pecahan bersama siswa dengan baik sehingga penggunaan waktu lebih efisien, memberikan motivasi dan menambah pemahaman siswa sesuai pernyataan Ahmadin Sitanggang 2013:4. Sedangkan siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik dan penuh konsentrasi, mendengarkan penjelasan guru dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran terutama pada saat penggunaan alat peraga. 75 Siswa menggunakan alat peraga sesuai petunjuk guru dan guru pun dengan rutin berkeliling kelas mengecek kegiatan siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pujiati 2006:4 yang menyatakan bahwa alat peraga dapat memperjelas konsep matematika. Hal seperti itu membuat siswa semakin fokus dan sudah tidak ada lagi siswa yang membuat kegaduhan atau pasif. Siswa juga lebih memahami materi karena ada proses tanya jawab yang lebih lama, sehingga siswa dapat mengerjakan soal evaluasi dengan baik dibuktikan dengan ketuntasan belajar siswa pada siklus II yang mencapai 92,3 dengan rincian 12 siswa mencapai KKM dan 1 siswa tidak mencapai KKM 2 siswa tidak masuk.

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang dilaksanakan pada kelas III SD Negeri Bendungan III yaitu: 1. Konsep pecahan sebagai hasil bagi yang diperagakan oleh guru saat pelaksanaan tindakan kelas siklus I, sama dengan konsep pecahan sebagai bagian dari yang utuh. Semestinya konsep pecahan sebagai hasil bagi diperagakan seperti berikut : Soal : Adi memiliki 3 buah semangka. Ketiga semangka tersebut akan dibagi kepada 4 temannya. Masing-masing teman Adi akan mendapat bagian yang sama besar, yaitu .... semangka. Jwb : Semangka Adi Masing-masing semangka dipotong menjadi 4 bagian sama besar

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan alat peraga kartu kotif (Koin Positif Negatif) terhadap hasil belajar Matematika Siswa ( Sebuah studi eksperimen di MI Syamsul Huda Ciganjur Jakarta)

1 7 182

Penggunaan Alat Peraga "Blok Pecahan" Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SDN Cakung Barat 04 Pagi

0 18 0

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri Bulakpacing 02 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal dalam Materi Pecahan Melalui Bantuan Alat Peraga Benda Konkret

1 35 125

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SRAGEN 1

1 7 61

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KONSEP PECAHAN SEDERHANA DENGAN MEDIA GAMBAR DAN ALAT Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Konsep Pecahan Sederhana Dengan Media Gambar Dan Alat Peraga Batang Kayu Berwarna Pada Siswa Kelas III SD Negeri 3 K

0 1 14

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DENGAN MEDIA ALAT PERAGA MATEMATIKA Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Pecahan Dengan Media Alat Peraga Matematika Bagi Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 2 Gatak Tahu

0 1 20

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 JAPANAN KECAMATAN CAWAS, KAB.KLATEN MATERI PECAHAN MELALUI BANTUAN ALAT PERAGA BENDA KONKRIT SEMESTER I.docx

0 0 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PERSEGI PECAHAN PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI GOLO YOGYAKARTA.

0 5 176

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA KARTU PECAHAN DI KELAS III SD NEGERI KYAI MOJO YOGYAKARTA.

5 23 150

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SARDONOHARJO 2 KECAMATAN NGAGLIK.

4 15 246