49
Bentuk  lain  yang  dapat  menggambarkan  perilaku  individu  dalam menghadapi  risiko  dapat  dilihat  pada  Gambar  4  yang  menunjukkan  kepuasan
individu berkaitan dengan kemungkinan pendapatan.
U Uy
1
Y
Gambar 5. Fungsi Utilitas dengan Marginal Utility Menurun, Meningkat dan Tetap Sumber : Debertin 1986
Berdasarkan  Gambar  5,  individu  yang  digambarkan  pada  kurva  Uy
1
termasuk  dalam  perilaku  risk  averter.  Kurva  tersebut  menunjukkan  kepuasan marginal  utiliti  yang  semakin  menurun  diminishing  marginal  utility  dari
pendapatan.  Meskipun  tambahan  pendapatan  selalu  meningkatkan  kepuasan, tetapi  kenaikan  kepuasan  yang  dihasilkan  karena  kenaikan  pendapatan  yang
mendekati titik original akan lebih besar dari kenaikan kepuasan karena kenaikan pendapatan  berikutnya.  Sementara  pada  risk  lovers,  kepuasan  marginal  utiliti
semakin  meningkat  increasing  marginal  utility  dari  pendapatan  dan  pada  risk neutral kepuasan marginal utiliti tetap constan marginal utility
3.1.6 Konsep Manajemen Risiko
Pengertian  manajemen  risiko  sangat  beragam  namun  memiliki  konsep yang sama. Secara umum manajemen risiko merupakan suatu alat atau instrumen
yang digunakan untuk mengendalikan atau mengurangi risiko. Menurut Darmawi 2004,  manajemen  risiko  adalah  suatu  usaha  untuk  mengetahui,  menganalisis,
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.
50
Djohanputro  2006  mengatakan  bahwa  terdapat  lima  tahapan  dalam proses manajemen risiko. Tahapan tersebut adalah identifikasi risiko, pengukuran
risiko,  pemetaan  risiko,  model  pengelolaan  risiko,  dan  pengawasan  serta pengendalian  risiko.  Tahapan  dalam  proses  manajemen  risiko  tersebut  disajikan
dalam gambar berikut.
Gambar 6. Tahapan dalam Proses Manajemen Risiko Sumber : Djohanputro, 2006
1. Identifikasi Risiko
Tahapan  pertama  adalah  mengidentifikasi  risiko  yaitu  tahapan manajemen risiko dengan mengadakan identifikasi terhadap risiko-risiko yang
ada.  Langkah  pertama  dan  utama  adalah  dengan  melakukan  analisis  pihak berkepentingan stakeholders. Ada berbagai pihak berkepentingan yang perlu
mendapat  perhatian  yaitu  :  pemegang  saham,  kreditur,  pemasok,  karyawan, pemain  lain  dalam  industri,  pemerintah,  manajemen  itu  sendiri,  masyarakat,
dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya perusahaan. 2.
Pengukuran Risiko Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor : kuantitas
risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau  eksposur,  yang  rentan  terhadap  risiko.  Kualitas  risiko  terkait  dengan
kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi,
Identifikasi Risiko
Pengukuran Risiko
Pemetaan Risiko
Model Pengelolaan
Risiko Pengawasan
dan Pengendalian
Risiko
51
semakin  tinggi  pula  risikonya.  Data  historis  merupakan  salah  satu  sumber identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya risiko.
3. Pemetaan Risiko
Ada  risiko  yang  perlu  mendapat  perhatian  khusus,  tetapi  ada  pula risiko  yang dapat diabaikan. Itulah  sebabnya perusahaan perlu  membuat peta
risiko.  Tujuan  pemetaan  ini  adalah  untuk  menetapkan  prioritas  risiko berdasarkan  kepentingannya  bagi  perusahaan.  Penetapan  prioritas  risiko
penting  karena  keterbatasan  sumber  daya  untuk  menghadapi  semua  risiko. Jumlah  uang  dan  SDM  yang  terbatas  menyebabkan  perusahaan  perlu
menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu. Selain itu, tidak semua risiko berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan.
4. Model Pengelolaan Risiko
Setelah dilakukan identifikasi, pengukuran, dan pemetaan risiko, maka tahapan  berikutnya  adalah  menentukan  model  pengelolaan  risiko.  Menurut
Darmawi 2004, ada dua pendekatan dasar untuk itu : a.
Pengendalian risiko yang terdiri dari : menghindari risiko, mengendalikan kerugian, pemisahan, kombinasi atau pooling, dan pemindahan risiko.
b. Pembiayaan  risiko,  meliputi  :  pemindahan  risiko  melalui  pembelian
asuransi dan menanggung risiko. 5.
Pengawasan dan Pengendalian Risiko Pengawasan dan pengendalian sangat penting karena manajemen perlu
memastikan  bahwa  pelaksanaan  pengelolaan  risiko  berjalan  sesuai  dengan rencana.  Ini  berarti,  monitor  dan  pengendalian  prosedur  itu  sendiri.  Kedua,
manajemen  juga  perlu  memastikan  bahwa  model  pengelolaan  risiko  cukup efektif.  Artinya,  model  yang  diterapkan  sesuai  dengan  dan  mencapai  tujuan
pengelolaan risiko. Ketiga, karena risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian
bertujuan untuk
memantau perkembangan
terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko.
Menurut  Basyaib  2007  manajemen  risiko  dalam  pengertian  luas  adalah seni  pembuatan  keputusan  dalam  dunia  yang  penuh  dengan  ketidakpastian.
52
Keputusan  melibatkan  sejumlah  risiko  dan  imbalan.  Sebuah  pilihan  antara melakukan sesuatu yang aman dan mengambil risiko. Seseorang dapat mengalami
kebimbangan  saat  harus  memutuskan  untuk  melakukan  investasi  dalam  usaha baru,  juga  dalam  pilihan  melakukan  diversifikasi,  atau  memagari  sebuah
portofolio aset. Menurut Sofyan 2005, manajemen risiko diartikan sebagai usaha seorang
manajer  untuk  mengatasi  kerugian  secara  rasional  agar  tujuan  yang  diinginkan dapat  tercapai  secara  efektif  dan  efisien.  Sofyan  2005  menambahkan  bahwa
manajemen  risiko  secara  khusus  diartikan  sebagai  kemampuan  seorang  manajer untuk  menata  kemungkinan  variabilitas  pendapatan  dengan  menekan  sekecil
mungkin  tingkat  kerugian  yang  diakibatkan  oleh  keputusan  yang  diambil  dalam menggarap  situasi  yang  tidak  pasti.  Konsep  manajemen  risiko  saat  ini
berkembang  dan  terintegrasi  serta  menganggap  bahwa  suatu  risiko  bukan  lagi sebagai  beban  atau  biaya,  melainkan  sebagai  sumber  keunggulan  bersaing.
Djohanputro  2006  menjelaskan  definisi  manajemen  risiko  korporat terintegrasi atau  ERM  enterprise  risk  management  sebagai  suatu  proses  terstruktur  dan
sistematis  dalam  mengindentifikasi,  mengukur,  memetakan,  mengembangkan alternatif  penanganan  risiko,  dan  dalam  memonitor  dan  mengendalikan
implementasi penanganan risiko. Manajemen  risiko  yang  baik  adalah  dilakukan  pada  setiap  fungsi-fungsi
manajemen,  yaitu pada  fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan.  Bahkan  menurut  Darmawi  2004,  manajemen  risiko  memiliki
kaitan  yang  erat  dengan  fungsi-fungsi  perusahaan  seperti  fungsi  accounting, keuangan,  pemasaran,  produksi,  personalia,  engineering,  dan  maintenance.
Misalnya  fungsi  accounting  yang  menjalankan  kegiatan  manajemen  risiko  yang penting,  yaitu  :  1.  Mengurangi  kesempatan  pegawai  melakukan  penggelapan
dengan jalan melakukan internal control dan internal audit, 2. Melalui rekening asset  bagian  accounting  mengindentifikasi  dan  mengukur  exposure  kerugian
terhadap  harta,  dan  3.  Melalui  penilaian  rekening  seperti  rekening  piutang, bagian  accounting  mengukur  risiko  piutang  dan  mengalokasikan  cadangan  dana
exposure  kerugian  piutang.  Begitu  juga  halnya  dengan  fungsi-fungsi  perusahaan lain.
53
Lebih lanjut Darmawi 2004 menjelaskan bahwa manajemen risiko dapat memberikan  lima  manfaat  terhadap  perusahaan.  Manfaat  pertama  adalah
manajemen  risiko  dapat  mencegah  perusahaan  dari  kegagalan.  Manfaat  kedua adalah manajemen risiko dapat menunjang terhadap peningkatan laba perusahaan
dan  dapat  mengurangi  fluktuasi  laba  tahunan  dan  aliran  kas.  Manfaat  ketiga adalah manajemen risiko dapat menunjang terhadap peningkatab kualitas seorang
pengambil  keputusan  dalam  mengambil  keputusan  bisnis.  Manfaat  keempat adalah manajemen risiko dapat memberikan ketenangan bagi para manajer dalam
mengendalikan risiko karena adanya perlindungan terhadap risiko  yang dihadapi tersebut.  Manfaat  yang  terakhir  adalah  manajemen  risiko  dapat  meningkatkan
image perusahaan yang baik di kalangan seluruh stakeholders perusahaan. Dalam  menghadapi  risiko,  pelaku  bisnis  dapat  melakukan  beberapa
strategi.  Menurut  Harwood  et  al  1999,  beberapa  strategi  yang  dapat  dilakukan meliputi :
1. Diversifikasi usaha enterprise diversification
Diversifikasi  adalah  suatu  strategi  pengelolaan  risiko  yang  sering  digunakan yang  melibatkan  partisipasi  lebih  dari  satu  aktifitas.  Strategi  diversifikasi  ini
dilakukan  dengan  alasan  bahwa  apabila  satu  unit  usaha  memiliki  hasil  yang rendah  maka  unit-unit  usaha  yang  lain  mungkin  memiliki  hasil  yang  lebih
tinggi.  Kelebihan  dari  diversifikasi  adalah  mengurangi  risiko,  meminimalkan tenaga  kerja,  mengurangi  penggunaan  peralatan  dan  meminimalkan  biaya.
Sementara  itu  keterbatasan  yang  dimiliki  diversifikasi  adalah  membutuhkan perlengkapan  khusus,  membutuhkan  keahlian  manajerial  yang  lebih  luas  dan
teknologi menjadi lebih rumit. 2.
Integrasi vertikal vertical integration Integrasi  vertikal  merupakan  salah  satu  strategi  dalam  payung  koordinasi
vertikal  yang  meliputi  seluruh  cara  yang  mana  output  dari  satu  tahapan produksi  dan  distribusi  di  transfer  ke  tahapan  produksi  lain.  Dari  sisi  pelaku
bisnis, keputusan untuk melakukan  integrasi  vertikal tergantung pada  banyak faktor,  antara  lain  perubahan  keuntungan  dengan  adanya  integrasi  vertikal,
risiko  pada  kuantitas  dan  kualitas  pasokan  input  atau  output  sebelum  dan sesudah integrasi vertikal, dan faktor-faktor lainnya.
54
3. Kontrak produksi production contract
Kontrak produksi khusus  member kontraktor pembeli pengawasan terhadap proses produksi Perry, 1997.  Kontak  ini  biasanya  menetapkan dengan rinci
suplai  produksi  oleh  pembeli,  kualitas  dan  kuantitas  komoditi  tertentu  yang akan di produksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan petani.
4. Kontrak pemasaran marketing contract
Kontrak pemasaran adalah perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan, antara pedagang dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditi
sebelum  panen  atau  sebelum  komoditi  siap  dipasarkan  Perry,  1997. Kepemilikan  komoditi  saat  di  produksi  adalah  milik  pelaku  bisnis,  termasuk
keputusan  manajemen,  seperti  menentukan  varietas  benih,  penggunaan  input dan kapan waktunya.
5. Perlindungan nilai hedging
6. Asuransi insurance
3.1.7 Ukuran Risiko