58
Pemotongan Ayam TPA Kelurahan Kebon Pedes untuk mendapatkan gambaran tentang profil tempat usaha, produk dan kegiatan pemotongan, manajemen risiko
yang dilakukan oleh pengusaha, data harga-harga input dan output, dan data-data keuangan pengusaha pemotongan seperti laporan biaya, penerimaan, dan
pendapatan pengusaha. Sedangkan data sekunder yang digunakan diperoleh dari instansi terkait, literatur-literatur yang relevan dengan tujuan serta dari sumber
lain seperti browsing internet, artikel majalah dan pustaka lainnya. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner yang disebar dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik responden.
Bagian kedua berisikan pertanyaan yang diajukan serta alternatif jawaban yang sudah tersedia pada kuesioner. Pengembangan pertanyaan dari kuesioner yang
telah ada dilakukan untuk melengkapi hasil.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan peneliti dalam waktu satu bulan. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, dan diskusi. Observasi dilakukan dengan
cara pencatatan langsung di lokasi penelitian tentang aktivitas bisnis perusahaan dan berbagai kendala risiko yang dihadapi. Data primer dan data sekunder yang
telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui risiko usaha pada usaha pemotongan ayam dan manajemen risiko yang diterapkan oleh
pengusaha pemotongan ayam.
4.5 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data menggunakan alat analisis dengan menghitung expected value, ragam variation, simpangan baku standard deviation,
koefisien variasi standard variation, nilai batas bawah, dan analisis deskriptif untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan usaha pemotongan ayam.
4.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha pemotongan ayam ini untuk
59
meminimalkan risiko yang dihadapinya. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian pengusaha sebagai pengambil keputusan secara
subyektif. Indentifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada
tingkat risiko yang dihadapi oleh usaha pemotongan ini.
4.5.2 Analisis Risiko
Penilaian risiko dapat dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur
penyimpangan diantaranya adalah varian Variance, simpangan baku Standard Deviation dan koefisien variasi Coefficient Variation Fariyanti, 2008. Ketiga
ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai ragam sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti misalnya standar deviasi merupakan akar kuadrat dari ragam
sedangkan koefisien variasi merupakan rasio dari standar deviasi dengan nilai ekspektasi return dari suatu harga aset. Return yang diperoleh dapat berupa
pendapatan, produksi, dan harga.
1. Nilai Harapan atau Expected Value
Nilai Harapan atau expected value dihitung dari penjumlahan hasil kali antara peluang kejadian probability dengan return berupa pendapatan, produksi,
dan harga bersih dari seluruh periode pengamatan selama enam bulan. Jumlah periode produksi selama enam bulan adalah sebanyak 6 periode. Satu periode
produksi dalam hal ini adalah jumlah ayam yang dipotong dalam satu bulan. Secara matematis expected value dapat dituliskan sebagai berikut:
�
1
=
� �
�
=1 Penjabaran dari rumus expected value dapat dituliskan sebagai berikut :
R
1
= p
i1
R
i1
+ p
i2
R
i2
+ p
i3
R
i3
+…….. + p
im
R
im
Dimana :
60
p
i1
= Peluang dari suatu Kejadian I = aset, j = kejadian R
i1
= Value R
1
= Expected Value Jumlah kejadian atau pengamatan di usaha pemotongan ayam ada 6
kejadian, jadi peluang dari semua kejadiannya bernilai satu. Sehingga expected value dapat dihitung dengan mencari nilai rata-rata atau mean dari return berupa
pendapatan, produksi atau harga bersih usaha pemotongan ayam selama 6 periode pengamatan. Maka secara matematis expected value dapat dituliskan sebagai
berikut : n
R
ij
j = 1
R
i
=
n Dimana :
R
i
= Expected Value atau Nilai Harapan R
ij
= Pendapatan, produksi, atau harga periode ke-j, yaitu periode 1-6 n = Jumlah pengamatan, yaitu sebanyak 6 pengamatan.
2. Ragam atau Variance
2
Pengukuran ragam variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected value dikalikan dengan peluang dari setiap
kejadian. Secara matematis ragam variance dapat dituliskan sebagai berikut : m
i 2
=
p
ij
R
ij
R
i 2
j = 1 Rumus variance dari return dapat juga dituliskan dalam bentuk sebagai berikut :
i 2
= p
i1
R
i1
– R
1 2
+ p
i2
R
i2
– R
2 2
+ p
i3
R
i3
– R
3 2
+ ….. + p
im
R
im
– R
m 2
Dimana :
i 2
= Variance dari value p
ij
= Peluang dari suatu kejadian i = asset, j = kejadian
61
R
ij
= Value R
i
= Expected Value Jumlah kejadian atau pengamatan di usaha pemotongan ayam ini ada 6
kejadian, jadi nilai peluang dari setiap kejadian bernilai satu. Sehingga secara matematis ragam variance dapat dituliskan sebagai berikut :
n
R
ij
R
i 2
J = 1
i 2
=
n – 1
Dimana :
i 2
= Ragam atau Variance R
i
= Expected Value atau Nilai Harapan R
ij
= Nilai periode ke-j, yaitu periode 1-6 n = Jumlah pengamatan, yaitu sebanyak 6 pengamatan
Nilai ragam variance menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance, maka semakin kecil penyimpangan sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi
dalam melakukan usaha. Begitu juga sebaliknya, semakin besar nilai variance maka semakin besar penyimpangannya sehingga semakin besar risiko yang
dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha.
3. Simpangan Baku atau Standart Deviation
Seperti halnya variance, makna dari ukuran standart deviation adalah semakin kecil nilai standart deviation, maka semakin kecil risiko yang dihadapi
dalam kegiatan usaha. Begitu juga sebaliknya, semakin besar nilai standard deviation maka semakin besar pula risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha.
Simpangan baku standard deviation merupakan akar dari ragam variance. Secara matematis standard deviation dapat dituliskan sebagai berikut :
=
2
Dimana :
62
= Simpangan Baku atau Standard Deviation
2
= Ragam atau Variance 4.
Koefisien Variasi atau Coefficient Variation CV Coefficient variation diukur dari rasio standart deviation dengan expected
return. Semakin kecil nilai coefficient variation maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Begitu juga sebaliknya, semakin besar
nilai coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Secara matematis coefficient variation dapat dituliskan
sebagai berikut :
CV = R
i
Dimana : CV = Koefisien Variasi atau Coefficient Variation
= Simpangan Baku atau Standart Deviation R
i
= Expected Value atau Nilai Harapan
5. Nilai Batas Bawah L
Nilai L menunjukkan nilai nominal bersih terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha pemotongan ayam. Apabila nilai L sama dengan atau
lebih dari nol, maka pengusaha pemotongan ayam tidak akan mengalami kerugian dan begitu juga sebaliknya. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
L = R
i
+ 2
Keterangan : L = Nilai Batas Bawah
R
i
= Expected Value atau Nilai Harapan = Simpangan Baku atau Standart Deviation
Terdapat hubungan antara nilai batas bawah pendapatan dengan nilai koefisien variasi. Apabila nilai CV 0,5 maka nilai L 0. Hal ini berarti
pada setiap proses produksi ada peluang pengusaha pemotongan ayam mengalami
63
kerugian. Apabila nilai CV 0,5 maka nilai L 0. Hal ini berarti perusahaan akan selalu untung dan akan impas apabila nilai CV = 0 dan L = 0
4.5.3 Analisis Keuntungan
Dalam menganalisis keuntungan digunakan alat analisis keuntungan. Penerimaan total merupakan nilai produk dari suatu usaha yaitu harga produk
dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu
produk dalam periode tertentu. Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan total dan pengeluaran total Suratiyah, 2009. Rumus penerimaan,
total biaya, dan pendapatan adalah : π = TR-TC
TR = Y + L TC = AH + Tk + A+BL + BB + T
Keterangan : π
= Pendapatan Rp TR
= Total penerimaan atau Total Revenue Rp TC
= Total biaya atau Total Cost Rp Y
= Penerimaan dari penjualan karkas ayam Rp L
= Penerimaan lain seperti : ceker, kepala ayam, ati ampela, jantung, dan usus ayam.
AH = Biaya Ayam Hidup Rp
Tk = Biaya Tenaga kerja Rp
A = Biaya Air Rp
BL = Biaya Listrik Rp.
BB = Biaya Bahan Bakar pemanas Rp
T = Biaya lain-lain Rp
Dengan kriteria : TRTC, maka usaha menguntungkan TR=TC, maka usaha impas
TRTC, maka usaha rugi
64
4.6 Definisi Operasional
1. Tempat pemotongan unggas adalah suatu tempat atau bangunan dengan desain
dan syarat tertentu yang ditunjuk oleh pihak berwenang sebagai tempat untuk memotong unggas bagi masyarakat umum terbatas dalam suatu wilayah
kecamatan atau pasar tertentu dengan kapasitas pemotongan maksimum 500 ekor per hari;
2. Usaha pemotongan skala kecil adalah usaha pemotongan ayam dengan
intensitas pemotongan perhari berkisar antara 17 sampai 678 ekor perhari; 3.
Usaha pemotongan skala sedang adalah usaha pemotongan ayam dengan intensitas pemotongan perhari berkisar antara 679 sampai 1.339 ekor perhari;
4. Usaha pemotongan skala besar adalah usaha pemotongan ayam dengan
intensitas pemotongan perhari berkisar antara 1.340 sampai 2.000 ekor perhari;
5. Penerimaan tunai usaha pemotongan ayam adalah jumlah uang yang diterima
dari penjualan hasil produksi baik karkas ayam maupun organ lainnya seperti jantung, ceker, kepala ayam, ati ampela,;
6. Biaya tunai adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan
jasa bagi usaha pemotongan ayam. Biaya tunai meliputi biaya sarana produksi yang dibeli, biaya tenaga kerja;
7. Pendapatan tunai adalah imbalan yang diperoleh dari kegiatan
penyelenggaraan usaha pemotongan ayam untuk jasa kerja pengelola, didapat dari selisih total penerimaan tunai dengan biaya tunai;
8. Risiko usaha adalah fluktuasi pendapatan tunai setiap periode pada masa yang
akan datang, dihitung sebagai ukuran simpangan baku. Semakin besar nilai simpangan baku, maka semakin besar pula risiko usaha. Satuan risiko adalah
rupiah; 9.
Pengaruh risiko terhadap pendapatan adalah penyimpangan pendapatan akibat berfluktuatifnya harga ayam hidup di peternakan.;
65
10. Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk
menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. 11.
Hasil yang diharapkan adalah nilai pendapatan tunai yang mungkin diterima perusahaan pada setiap periode pada masa yang akan datang. Nilai ini didapat
dari menghitung rata-rata pendapatan tunai dan dihitung dalam satuan rupiah; 12.
Koefisien variasi atau disebut juga risiko terendah adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan
pendapatan tunai yang akan diperoleh. Koefisien variasi tidak mempunyai satuan;
66
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Kondisi Umum Kelurahan Kebon Pedes