Latar Belakang Analisis risiko usaha pemotongan ayam broiler: kasus pada Usaha Pemotongan Ayam Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor

19 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat cepat. Berdasarkan sensus penduduk pada Tahun 2010 penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa 2 . Hal ini perlu diimbangi dengan ketersediaan pangan yang cukup dan memadai. Pangan yang merupakan kebutuhan hidup manusia adalah segala sesuatu baik itu makanan ataupun minuman yang dikonsumsi oleh manusia. Sektor agribisnis pangan memegang peranan penting dalam hal ini karena hampir semua makanan dan minuman berasal dari sektor ini. Produk dari agribisnis pangan sangat beragam meliputi : ikan, ternak, dan tanaman. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah serta tingginya keanekaragaman hayati menjadi salah satu faktor pendukung dalam pengembangan sektor pertanian terutama subsektor peternakan. Sumbangan subsektor peternakan dalam Produk Domestik Bruto sebesar Rp 34.530,7 milyar atau 1,6 persen pada tahun 2007 dan masih menyumbang 1,6 persen pada tahun 2008 membuktikan bahwa subsektor peternakan mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Kebutuhan protein penduduk umumnya dipenuhi dari beberapa ternak diantaranya adalah ayam, sapi, kambing dan lain-lain. Kandungan gizi yang terdapat di dalam daging ayam, sapi, kambing yang dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Protein Ayam, Sapi, dan Kambing Jenis Daging Protein Air Lemak Abu Ayam 23,40 73,70 1,90 1,00 Sapi 21,50 69,50 8,00 1,20 Kambing 19,50 71,50 7,50 1,50 Sumber: Balai Besar Industri Hasil Pertanian dalam Siregar, 2009 Data tersebut menunjukan bahwa ayam mempunyai protein lebih tinggi dari sapi sebesar 1,9 persen dan 3,9 persen dari daging kambing. Kandungan air pun lebih tinggi dari daging sapi sebesar 4,2 persen dan 2,2 persen dari daging kambing serta mempunyai kandungan lemak dan abu yang lebih sedikit dibanding 2 Kompas.com. Penduduk Indonesia 236,7 Juta Jiwa. http:www.kompas.com. [3 Maret 2011] 20 sapi dan kambing. Selain itu, kandungan gizi yang dimiliki daging ayam sangat lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan gizi manusia. Daging ayam tinggi protein, memberikan semua asam amino yang diperlukan tubuh. Kandungan vitamin A, beberapa vitamin B, mineral fosfor juga cukup tinggi, sehingga ideal sebagai sumber gizi yang sehat 3 . Dunia perunggasan adalah salah satu subsektor peternakan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Dalam perunggasan modern ayam ras pedaging atau broiler menjadi komoditas utama karena pertumbuhannya yang cepat. Secara umum perkembangan ayam broiler memberikan manfaat yang besar untuk para pelaku usaha peternakan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan populasi perunggasan Indonesia yang terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan populasi unggas Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Populasi Unggas Indonesia Tahun 2003 – 2008 Jenis Unggas Tahun ekor 2004 2005 2006 2007 2008 Laju Thn Ayam Ras Pedaging 778.970 811.189 797.527 891.659 1.075.885 8,31 Ayam Buras 276.989 278.954 291.085 272.251 290.803 1,35 Ayam Ras Petelur 93.416 84.790 100.202 111.489 116.479 6,17 Itik 32.573 32.405 32.481 35.867 36.931 0,62 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009 diolah Angka Sementara Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa populasi terbesar unggas yaitu ayam ras pedaging dengan laju pertumbuhan dari tahun 2004 sampai 2008 sebesar 8,31 persen per tahun, walaupun terjadi penurunan pada tahun 2006 menjadi sebesar 797.527 ekor namun pada tahun 2008 populasi meningkat menjadi 1.075.885 ekor. Pergerakan kenaikan populasi unggas terjadi setiap tahunnya, meskipun sempat terjadi penurunan antara tahun 2004 sampai 2005 pada jenis unggas ayam ras petelur dan itik serta pada jenis unggas ayam buras antara tahun 2006 sampai 3 Majalah Nirmala. Daging Ayam Tak Cuma Rendah Lemak Health woman. 10 Desember 2003.http:www.family.go.com. [10 Oktober 2009] 21 2007 namun secara keseluruhan untuk semua jenis unggas mengalami kenaikan populasi. Pada tahun 2006 populasi ayam ras pedaging kembali mengalami penurunan karena terjadi kenaikan harga jagung Internasional. Kenaikan harga jagung terjadi karena adanya persaingan kebutuhan jagung untuk bahan bakar nabati dan untuk pakan ternak sedangkan harga MBM meat bone mealtepung tulang naik karena keterbatasan jumlah importir. Kenaikan harga jagung dan MBM terjadi pada pada bulan Januari 2006 sampai bulan Januari 2007 sebesar 130 dolar menjadi 235 dolar dan harga MBM sebesar 350 dolar sampai 370 dolar, kedua bahan tersebut merupakan bahan baku sangat penting untuk pakan ternak karena komposisi bahan pakan terdiri dari 51 persen jagung dan komposisi MBM sekitar 5 persen. Kenaikan harga jagung diikuti oleh kenaikan bea masuk impor sebesar 5 persen yang semakin membebani harga pakan, sehingga biaya produksi pakan naik sekitar Rp 500kg. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki ayam sebagai bahan konsumsi telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari masyarakat terhadap daging potong. Di DKI Jakarta saja, kebutuhan ayam potong mencapai 1,5 juta ekor per hari. Sementara di Tanah Air kebutuhan ayam potong diperkirakan mencapai tiga juta sampai lima juta ekor per hari 4 . Komoditas ayam mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional. Dalam keadaan perekonomian keluarga yang terbatas, sementara agar sehat perlu tetap mengkonsumsi protein hewani, daging ayam menjadi prioritas pilihan yang paling layak sebagai sumber protein hewani bagi keluarga 5 . Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan masyarakat akan daging ayam semakin meningkat. Faktor lain yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan daging ayam adalah meningkatnya jumlah pendapatan masyarakat sehingga daya beli pun meningkat, dan kesadaran 4 Tim Liputan 6 SCTV. Dusta Pedagang Ayam Potong. http:www.Liputan6.com. [2 Mei 2009] 5 Setiawan, Nugraha. 2008. Daging dan Telur Ayam Sumber Protein Murah. nugrahasetiawan.blogspot.com2008 [12 Mei 2009] 22 masyarakat akan pentingnya gizi protein hewani yang meningkat Tabel 1. Kebutuhan masyarakat akan daging ayam dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging ayam. Jumlah konsumsi daging ayam broiler di Indonesia disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2009 Tahun Jumlah Ton Perubahan 2003 1.368.200 - 2004 1.425.300 4,00 2005 1.573.000 9,39 2006 1.486.100 -5,85 2007 1.564.200 4,99 2008 1.447.000 -8,01 2009 1.537.600 5,89 Laju pertumbuhan thn 1,74 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009 diolah Berdasarkan Tabel 3, jumlah konsumsi daging ayam broiler terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 1.573.000 ton dengan tingkat pertumbuhan sebesar 9,39 persen dari tahun sebelumnya. Namun terjadi penurunan tingkat konsumsi pada tahun 2006 sebesar 5,85 persen dan meningkat kembali sebesar 4,99 persen dengan jumlah konsumsi 1.564.200 ton. Pada tahun 2009 jumlah konsumsi daging ayam mencapai 1.537.600 atau meningkat 5,89 persen dari tahun sebelumnya sebesar 1.447.000. Secara keseluruhan laju pertumbuhan konsumsi ayam broiler di Indonesia dari tahun 2003 sampai 2009 adalah sebesar 1,74 persen per tahun. Besarnya jumlah konsumsi tersebut menggambarkan minat masyarakat yang tinggi terhadap daging ayam. Potensi inilah yang harus dikembangkan dengan baik agar agribisnis ayam broiler dapat terus berkembang secara berkelanjutan. Peternakan ayam adalah salah satu andalan dalam sub sektor peternakan di Indonesia. Peternakan ayam khususnya ayam pedaging mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala besar maupun skala kecil. Pembangunan peternakan ayam ras pedaging di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan populasinya. Jumlah populasi ayam pedaging di Indonesia untuk setiap provinsi disajikan dalam Tabel 4. 23 Tabel 4. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging ekor Per Provinsi Tahun 2004-2008 Provinsi Populasi ekor 2004 2005 2006 2007 2008 Laju Thn Jawa Barat 328.015.536 352.434.300 343.954.090 377.549.055 417.373.596 6,34 Jawa Timur 162.781.000 142.602.400 119.525.124 148.854.817 140.005.968 -2,24 Sumatra Utara 38.045.260 35.568.236 42.763.530 78.152.052 42.891.621 12,84 Jawa Tengah 50.356.308 62.043.412 61.258.115 64.552.829 54.643.212 7,99 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009 diolah Berdasarkan Tabel 4, jumlah populasi tertinggi terletak di Sumatera Utara dengan tingkat laju pertumbuhan sebesar 12,84 persen per tahun selama lima tahun dan merupakan provinsi dengan tingkat laju pertumbuhan tertinggi di Indonesia pada tahun 2004 sampai tahun 2008. Populasi yang terus meningkat ini merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik agar usaha peternakan ayam ras pedaging bisa terus berkembang di masa yang akan datang. Budidaya ayam mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah siklus produksi yang sangat pendek yaitu sekitar 30-40 hari. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadi daya tarik bagi para peternak karena perputaran modalnya yang relatif lebih cepat. Modal yang telah dikeluarkan akan cepat kembali, sehingga keuntungan akan cepat didapatkan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap minat para peternak untuk terus memproduksi ayam pedaging. Jumlah produksi ayam pedaging terus meningkat seiring meningkatnya jumlah konsumsi terhadap daging ayam. Jumlah produksi ayam pedaging setiap provinsi disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging ton Per Provinsi Tahun 2004-2008 Provinsi Produksi ton 2004 2005 2006 2007 2008 Laju Thn Jawa Barat 263.397 259.749 276.195 279.851 335.151 6,51 Jawa Timur 162.781 128.342 143.643 148.855 115.193 -9,81 DKI Jakarta 88.089 67.054 83.768 128.480 128.480 13,61 Sumatra Utara 44.688 41.778 39.055 35.098 35.283 -5,66 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009 diolah 24 Berdasarkan Tabel 5, laju peningkatan produksi ayam pedaging di Jawa Barat periode 2004 sampai 2008 adalah sebesar 6,51 persen per tahun. Jumlah produksi yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya laju populasi ayam di Jawa Barat sebesar 6,34 persen per tahun Tabel 4. Laju pertumbuhan tertinggi terdapat di provinsi DKI Jakarta sebesar 13,61 persen per tahun selama periode 2004 sampai 2008. Peningkatan produksi ayam pedaging harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan jumlah pendapatan masyarakat, meningkatnya daya beli, dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi protein hewani. Komoditas ayam sudah dikenal secara luas oleh masyarakat. Selain karena mudah ditemui dimana saja, cara pengolahan ayam pun sangat beragam untuk dijadikan berbagai macam makanan. Perkembangan produksi ayam pun dari tahun ke tahun semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ayam. Peningkatan produksi tersebut dapat dilihat dari berkembangnya produksi ayam di setiap kota di Jawa Barat Tabel 6. Pada Tabel 6. Untuk daerah Kota di Provinsi Jawa Barat, peningkatan produksi daging ayam tertinggi berada di Kota Depok dengan peningkatan produksi dari tahun 2004 sampai pada tahun 2008 sebesar 141,44 persen per tahun. Peningkatan yang sangat tinggi tersebut disebabkan karena terjadi lonjakan produksi daging ayam pada tahun 2008 sebanyak lebih dari enam kali lipat dari tahun sebelumnya. Kondisi sebaliknya terjadi di Kota Tasikmalaya dengan produksi daging ayam mengalami penurunan dengan laju sebesar -12,13 persen. Tabel 6. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging ton di Jawa Barat Tahun 2004-2008 Kota Produksi ekor 2004 2005 2006 2007 2008 Laju Thn Tasikmalaya 6.285 3.582 3.477 3.387 3.388 -12,13 Bekasi 2.601 2.445 2.266 3.225 4.309 15,65 Sukabumi 1.455 1.725 1.786 1.935 2.340 12,84 Depok 1.176 1.205 1.577 1.358 8.777 141,44 Bogor 907 1.831 858 867 1.060 18,14 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009 diolah 25 Lapangan usaha yang beraneka ragam bisa dikembangkan dari komoditas ayam ini, sehingga menjadikan ayam sebagai usaha di bidang ternak yang memiliki prospek cukup menjanjikan dan menguntungkan bagi para pelaku usaha. Usaha yang dapat dikembangkan dengan menggunakan ayam sebagai komoditas utamanya bukan hanya sebatas pada industri hulu atau budidayanya, melainkan juga meliputi berbagai usaha, salah satu contohnya adalah Usaha Pemotongan Ayam UPA. Usaha Pemotongan Ayam UPA menjadi sektor yang penting mengingat produksi daging ayam broiler yang terus meningkat. Selain itu, usaha ini juga dapat sedikit membantu menstabilkan harga daging ayam di pasaran. Keberadaan rumah potong seharusnya bukan hanya dilihat dari sisi entitas bisnis, tetapi juga sebagai stabilisator harga daging ayam atas kemampuannya memproduksi daging ayam beku 6 . Kebutuhan masyarakat terhadap komoditas ayam khususnya ayam potong semakin meningkat dan keinginan konsumen akan daging ayam segar siap olah membuat usaha pemotongan ayam menjadi bagian sentral dalam sistem agribisnis ayam. Saat ini kontribusi rumah potong ayam telah mencapai 15 persen dari total kebutuhan ayam di dalam negeri, atau mengalami kenaikan dari tahun- tahun sebelumnya yang hanya 5 persen 7 . Namun saat ini keberadaan usaha pemotongan modern masih sedikit dikarenakan peralatan yang digunakan relatif mahal sehingga diperlukan biaya besar. Pertumbuhan rumah potong ayam yang berskala modern sudah ada meski belum pesat dan jumlahnya sekitar 22 rumah potong di Indonesia 8 . Usaha pemotongan ayam tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam menjalankan usaha. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Risiko yang dihadapi dalam usaha pemotongan ini adalah risiko usaha baik itu risiko harga, risiko penjualan, maupun risiko pendapatan. 6 Supit, Anton. 2009. Rumah Potong Ayam Masih Menjanjikan. www.harian- global.comindex.php[2 Maret 2011] 7 Hartono. 2009. Rumah Potong Belum Diminati. www.koran-jakarta.com [2 Maret 2011] 8 Loc.cit 26 Pengelolaan usaha pemotongan ayam yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan pengusaha dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan pengusaha untuk meminimalkan risiko, sehingga pengusaha bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi pengusaha dalam proses pengambilan keputusan untuk mengurangi atau menghindari risiko yang dihadapinya. Manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha pemotongan ayam harus efektif agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Harapannya adalah usaha peternakan ayam ini dapat menjalankan usahanya dengan meraih keuntungan yang tinggi dan terjamin kontiunitas usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu kajian yang menganalisis risiko dan manajemen risiko dalam usaha pemotongan ayam. Kajian ini diperlukan untuk menekan peluang risiko yang terjadi dalam usaha pemotongan ayam. Dengan kajian ini, diharapkan pengusaha pemotongan ayam dapat mengambil keputusan yang tepat dan strategis terkait dengan risiko yang dihadapinya. Harapannya adalah para pengusaha pemotongan ayam dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik di masa yang akan datang.

1.2 Perumusan Masalah