Teori Utilitas Konsep Dasar Risiko

43

3.1.2 Teori Utilitas

Suatu barang dikatakan mempunyai utiliti apabila barang tersebut berguna atau dengan kata lain dapat memenuhi kebutuhan. Menurut pendekatan ini, setiap barang mempunyai dayaguna atau utilitas oleh karena barang tersebut pasti mempunyai kemampuan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakan barang tersebut sehingga bila seseorang meminta sesuatu jenis barang, pada dasarnya yang diminta adalah dayaguna barang tersebut. Pada konsep utilitas terdapat titik optimum konsumen dimana terjadi titik pertemuan antara kepuasan maksimum dengan sumberdaya yang dimiliki. Semakin tinggi meningkat pendapatan konsumen maka titik persinggungannya pun semakin tinggi. Sebaliknya jika pendapatan konsumen menurun maka tingkat konsumsi terhadap suatu barang pun menurun serta disesuaikan dengan harga barang itu sendiri. Terdapat beberapa jenis barang yang dapat mempengaruhi konsumen dalam menggunakan utiliti tersebut : 1. Barang normal yaitu jenis barang yang permintaannya akan meningkat jika pendapatan konsumen bertambah. Contohnya apabila pendapatan konsumen meningkat maka ada kecenderungan untuk membeli banyak susu walaupun harga susu mahal. 2. Barang inferior yaitu jenis barang yang permintaannya akan turun ketika pendapatan konsumen bertambah. Contohnya apabila konsumen terbiasa untuk mengkonsumsi singkong sebagai makanan sehari-hari lalu pendapatannya meningkat maka kecenderungan untuk mengkonsumsi singkong akan berkurang dan menggantinya dengan membeli beras.

3.1.3 Konsep Dasar Risiko

Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan. Definisi risiko sangat beragam dan memiliki kelebihan serta kelemahan masing-masing, sehingga setiap definisi tersebut dapat saling mengisi satu dan lainnya. Menurut Robison dan Barry 1987, menyitir pendapat Frank Knight, yang menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku 44 bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Pada umumnya peluang terhadap suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Pada umumnya peluang terhadap suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Selanjutnya menurut Harwood, et al. 1999 bahwa risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Basyaib 2007 mendefinisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Vaughan 1978 dalam Darmawi 2004 mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut : 1. Risk is the chance of loss Risiko adalah kans kerugian Chance of loss kans kerugian dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat suatu keterbukaan exposure terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. 2. Risk is the possibility of loss Risiko adalah kemungkinan kerugian Istilah kemungkinan possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu artinya bahwa risiko merupakan probabilitas suatu hasil aktual yang menyimpang dari hasil yang diharapkan. 3. Risk is Uncertainly Risiko adalah ketidakpastian Bahwa risiko erat hubungannya dengan ketidakpastian uncertainly sehingga dapat dikatakan risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian. Ada beberapa sebab yang dapat menimbulkan suatu ketidakpastian antara lain : jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir, keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan, keterbatasan pengetahuan atau keterampilan atau tehnik mengambil keputusan. Risiko adalah kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Setiap usaha pasti mengandung risiko, termasuk dalam agribisnis. Risiko dalam agribisnis diantaranya adalah risiko dalam hal produk dimana produk agribisnis tersebut gagal panen, rendahnya kualitas produk, dan produk tersebut tidak dapat 45 dijual, risiko karena kelangkaan bahan baku, risiko dalam hal teknologi seperti rusaknya mesin, dan alat-alat pertanian serta terjadinya pencurian terhadap mesin dan alat-alat pertanian. Dalam Robison dan Barry 1987, Frank Knight menyatakan bahwa ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Peluang kejadian yang tidak diketahui secara kuantitatif atau sulit diukur oleh pelaku bisnis dapat dikarenakan beberapa hal diantaranya tidak ada informasi atau data pendukung baik berdasarkan data historis atau pengalaman pelaku bisnis selama mengelola kegiatan usaha dalam menghadapi suatu kejadian. Selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur oleh pelaku bisnis maka kejadian tersebut termasuk ke dalam kategori ketidakpastian. Djohanputro 2006 menyatakan bahwa ketidakpastian adalah keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Tetapi, tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara kuantitatif. Peluang kejadian yang tidak diketahui secara kuantitatif atau sulit diukur oleh pelaku bisnis dapat dikarenakan beberapa hal diantaranya tidak ada informasi atau data pendukung baik berdasarkan data historis atau pengalaman pelaku bisnis selama mengelola kegiatan usaha dalam menghadapi suatu kejadian. Selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur oleh pelaku bisnis maka kejadian tersebut termasuk ke dalam kategori ketidakpastian. Berdasarkan kejadian yang dialami pelaku bisnis maka risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh para pelaku bisnis dapat bersifat personal. Hal tersebut mempunyai arti bahwa diantara pelaku bisnis satu dengan lainnya memungkinkan mempunyai persepsi yang berbeda dalam memandang suatu kejadian yang sama. Bagi pelaku bisnis tertentu akan melihat suatu kejadian sebagai risiko karena mereka mampu menentukan peluang kejadian tersebut dari pengalaman yang pernah dialami. Sedangkan bagi pelaku bisnis lainnya melihat kejadian yang sama tersebut sebagai ketidakpastian karena sulit menentukan peluang kejadian tersebut. 46

3.1.4 Sumber Risiko