119
Nilai Coefficient Variation pada skala usaha besar sangat berbeda jauh perbandingannya antara risiko harga, risiko penjualan dan risiko pendapatan. Pada
Tabel 30 dapat dilihat bahwa nilai Coefficient Variation risiko pendapatan sebesar -0,19. Nilai risiko harga baik harga input maupun harga output sebesar 0,12 dan
0,02. sedangkan risiko penjualan hanya 0,25 artinya bahwa risiko yang paling berpengaruh di usaha pemotongan skala besar adalah risiko pendapatan. Jumlah
pemotongan perharinya sangat banyak dikarenakan pengusaha skala besar merupakan pelaku lama yang sudah berpengalaman serta sudah memiliki
pelanggannya sendiri mulai dari Rumah Makan, hingga Restoran sehingga tidak ada permasalahan dalam hal penjualan. Hal yang berpengaruh dari usaha besar
justru dari fluktuasi harga ayam hidup dari peternak, Biaya pembelian ayam hidup di peternak dalam jumlah besar merupakan kontribusi tertinggi dengan rata-rata
sebesar 53,94 persen. Selain itu biaya tenaga kerja yang dikeluarkan cukup besar karena pengusaha pemotongan skala besar mempunyai banyak pekerja untuk
menunjang usahanya. Risiko yang dihadapi pengusaha skala besar sangat tinggi karena tingkat biaya setiap periodenya sangat tinggi.
6.7 Strategi Pengelolaan Risiko Usaha di Sentra Usaha Pemotongan
Ayam Kelurahan Kebon Pedes
Para pengusaha khususnya skala sedang dan besar mempunyai usaha lain untuk meningkatkan pendapatannya seperti : rumah makan, dan menjadi supplier.
Para pengusaha pemotongan ayam masih jarang yang memiliki peternakan ayam sendiri untuk menjamin pasokan ayam hidup karena waktu yang ada sudah habis
untuk mengusahakan pemotongan ayam. Kenyataan di lapangan terlihat bahwa tidak ada konsep kemitraan dalam usaha pemotongan ayam dan yang ada hanya
konsep antara penjual dan pembeli atau supplier dengan pelanggan karena pembeli tersebut membeli ayam hidup di supplier tertentu secara rutin.
Usaha pemotongan di Kelurahan Kebon Pedes tidak dilindungi oleh asuransi dan hanya sebatas menjaga agar tidak terjadi risiko yang tidak diinginkan
seperti pencurian, kebakaran, dll. Dalam menghadapi risiko yang tidak terduga, para pengusaha untuk selalu memperhatikan kejadian-kejadian yang dapat
mengancam usaha pemotongannya seperti Peraturan Daerah yang intinya adalah
120
merelokasi tempat pemotongan. Pengusaha pemotongan sepakat untuk tidak menyetujui peraturan tersebut dengan alasan bahwa bangunan yang merupakan
bangunan permanen sekaligus tempat tinggal. Selain itu, jarak yang jauh ke tempat penjualan ayam pasar merupakan kendala buruk selain alasan keamanan
seperti pencurian karena postur ayam yang kecil, berbeda dengan ternak lain seperti kambing dan sapi yang terlihat sangat besar.
Pada umumnya, kebanyakan usaha belum memperhitungkan adanya manajemen risiko dalam usahanya. Timbulnya risiko sebagai akibat dari usaha
yang dijalankan tanpa disadari akan menimbulkan kerugian secara finansial oleh usaha tersebut. seperti halnya di Sentra Usaha Pemotongan Ayam Kelurahan
Kebon Pedes, belum ada tindakan atau perlakukan yang diterapkan dalam kegiatan usaha untuk pengelolaan risiko usaha yang dihadapi. Rendahnya tingkat
pengetahuan pihak pengusaha pemotongan ayam seputar masalah risiko usaha yang dapat terjadi pada kegiatan pemotongan ayam yang dikelola menyebabkan
minimnya perlakuan untuk penanganan risiko pada usaha tersebut. Fluktuasi yang terjadi dianggap sebagai kejadian yang wajar akibat dari mekanisme usaha yang
ada. Dengan mengetahui bahwa usaha pemotongan ayam berpotensi untuk
terjadinya risiko usaha maka perencanaan penanganan yang dapat dilakukan adalah penerapan kesadaran akan risiko serta kesadaran untuk melakukan
penanganan risiko sehingga dapat meminimalkan kerugian yang dialami. Oleh karena itu, pihak pengusaha perlu memahami lebih tentang masalah risiko usaha,
sehingga dapat menentukan langkah-langkah penanganannya. Dalam kajian ini, diharapkan dapat memberi gambaran terhadap usaha
pemotongan ayam dalam merumuskan strategi pengelolaan risiko usaha yang terjadi pada kegiatan pemotongan ayam di usaha tersebut. Proses yang dilakukan
dalam perumusan strategi pengelolaan risiko dimulai dengan melakukan indentifikasi terhadap risiko yang terjadi serta penyebabnya, kemudian dilakukan
pengukuran besarnya risiko dan selanjutnya ditentukan langkah-langkah penanganan. Proses yang ditempuh dalam perumusan strategi pengelolaan
bertujuan untuk dapat memperoleh alternatif penanganan yang efektif dan sesuai dengan kondisi di lapangan.
121
Dari indentifikasi risiko yang dilakukan diperoleh hasil bahwa usaha pemotongan ayam mengalami risiko harga, risiko penjualan, serta risiko
pendapatan dalam menjalankan usahanya. Risiko-risiko tersebut disebabkan oleh faktor antara lain fluktuasi harga input dan output serta mekanisme pasar. Strategi
penanganan risiko usaha yang dapat dijadikan sebagai alternatif penanganan, yaitu strategi preventif. Strategi preventif merupakan strategi penanganan yang
dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko, strategi preventif yang dapat dilakukan di Sentra Usaha Pemotongan Ayam diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menjalin kemitraan dengan peternak untuk menjamin pasokan ayam hidup
dan juga menekan biaya produksi. Pada waktu permintaan terhadap daging ayam meningkat para pengusaha mengalami kesulitan dalam hal pemenuhan
ayam hidup sehingga dengan menjalin kemitraan diharapkan dapat menjamin ketersediaan pasokan ayam hidup itu sendiri.
b. Menambah kuantitas pemotongan khususnya pengusaha skala kecil untuk
meningkatkan pendapatan.
Hal yang
perlu diperhatikan
sebelum meningkatkan intensitas pemotongan adalah permintaan konsumen terhadap
karkas ayam tersebut pada hari sebelumnya. Pada saat-saat tertentu seperti pada saat awal gajian ataupun hari sabtu dan minggu, permintaan konsumen
terhadap daging ayam cenderung meningkat sehingga ini merupakan peluang yang bagus untuk meningkatkan pendapatan pengusaha skala kecil. Jikalaupun
ada daging ayam yang tidak laku maka hal dilakukan adalah menyimpan di dalam freezer dan bisa dijual kembali dengan harga yang sedikit murah dari
harga normal. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kerugian jika ayam tersebut tidak benar-benar tidak bisa dijual kembali walaupun konsekuensi
yang didapat dari penjualan ayam sisa adalah keuntungan yang kecil. c.
Mulai merintis pembelian alat-alat pemotongan ayam khususnya pengusaha skala kecil untuk mengurangi biaya produksi. Hal ini dilakukan dengan cara
mencicil alat-alat pemotongan seperti mesin pencabut bulu atau panci berukuran besar untuk memanaskan air yang digunakan untuk mencelupkan
ayam tersebut agar bulu yang ada mudah rontok. Selain untuk menekan biaya produksi, hal ini sangat bermanfaat terutama agar pengusaha dapat
122
mengembangkan usaha ke tingkat yang lebih tinggi seperti pengusaha skala sedang dan besar.
d. Mengatur manajemen permodalan dalam mensiasati peningkatan permintaan
terhadap daging ayam. Kendala yang di hadapi pengusaha skala kecil adalah sulitnya memiliki modal untuk membeli ayam hidup saat kebutuhan
masyarakat terhadap daging ayam meningkat terutama pada saat hari raya. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menyisihkan pendapatan penjualan ayam
per hari sehingga pada saat kebutuhan masyarakat meningkat, uang yang dikumpulkan tersebut dapat digunakan sebagai modal untuk membeli ayam
hidup.
123
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan