30
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis risiko usaha baik itu risiko harga, risiko penjualan dan risiko
pendapatan pada usaha pemotongan ayam. 2.
Menganalisis manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha pemotongan ayam.
1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi pihak-pihak terkait, seperti :
1 Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemilik usaha pemotongan
dalam mengambil suatu keputusan bisnis, sehingga pengambil keputusan dapat mengambil keputusan bisnis yang strategis dan tepat sasaran.
2 Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
Harapannya adalah penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan bisa menganalisis lebih dalam lagi berkaitan dengan penulisan ilmiah tentang
usaha pemotongan khususnya tentang risiko dalam usaha pemotongan ayam.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis risiko usaha yaitu risiko harga, risiko penjualan, dan risiko pendapatan Usaha Pemotongan Ayam. Pengukuran risiko
menggunakan probabilitas, varian, standar deviasi, koefisien varian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari pengusaha Sentra Usaha
Pemotongan selama enam periode dengan ukuran satu bulan sama dengan satu periode mulai dari bulan September 2009 sampai dengan bulan Februari 2010.
Data primer berupa analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi perubahan harga.
31
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kegiatan Subsistem Agribisnis Hilir
Subsistem agribisnis hilir adalah kegiatan yang mengelola komoditas primer menjadi produk olahan, baik untuk produk antara Intermediet Product
maupun untuk produk akhir Final Product beserta kegiatan perdagangannya. Subsistem ini termasuk diantaranya Tempat Pemotongan AyamRumah Potong
Ayam TPARPA, industri pengolahan daging unggas, industri pengolahan telur beserta industri jasa bogarestoran Food Service Industry seperti Fried Chicken,
MC Donald’s, Wendy’s, AW Saragih, 2000. Subsistem agribisnis hilir sangat terkait sekali dengan kegiatan
perdagangan. Sistem produksi modern terjadi dari breeding farmperusahaan pembibit parent stock yang melakukan budidaya untuk menghasilkan telur siap
tetasHatching Eggs HE yang akan didistribusikan ke Hatchery penetasan ayam yang akan ditetaskan selama 21 hari menjadi ayam umur sehariDOC yang
siap jual maupun dibudidayakan. DOC Final Stock didistribusikan ke peternak oleh perusahaan pembibit, baik pada peternak yang menjalin kemitraan mupun ke
peternak mandiri. Industri pakan mendistribusikan pakan ke seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan proses budidaya, baik ke Breeding Farm yang melakukan budidaya untuk menghasilkan DOC Final Stock maupun ke peternakan mandiri dan kemitraan
yang menghasilkan ayam hidup siap panen untuk dijual sebagai produk konsumsi maupun olahan. Pola ini dikatakan sistem produksi modern karena terjadi pada
kegiatan yang membutuhkan sarana produksi ternak yang modern juga karena membutuhkan sumber daya manusia yang profesional dan trampil untuk proses
produksinya. Dikatakan modern juga karena kegiatan tersebut dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang mempunyai modal yang cukup. Pola distribusi
sarana produksi dan produk ternak dapat dilihat dalam bagan
9
.
9
Sudirman. April 2007. Babak Baru Perunggasan, Restrukturisasi atau Mati. Trobos:16
32
Gambar 2. Pola Distribusi Sarana Produksi Ternak dan Produk Ternak Sumber : Sudirman-Biotek dalam Trobos April 2007
Pola pendistribusian produk unggas sebagian besar melalui sistem pasar tradisional yang dijual dalam bentuk daging ayam utuh atau karkas, adapun pola
pendistribusian pada sistem pasar tradisional berawal dari hasil panen pada peternakan kemitraan dan peternak mandiri yang didistribusikan pada broker
ayam. Biasanya broker mendatangi langsung kandang untuk membeli atau mengambil ayam hidup, setelah itu broker menjualnya ke penampungan di setiap
daerah. Dari penampungan ayam didistribusikan ke pasar becek atau pasar-pasar tradisional baik dijual dalam keadaan hidup maupun sudah disembelih lalu dijual
ke konsumen akhir, selain langsung ke pasar tradisional atau pasar becek, dan ke
Breeding Farm
Hatchery
RPA Peternak
Mandiri
Broker Ayam
Penampungan
Pasar BecekTPA Pasar Modern
Pengolahan Lanjutan
Konsumen Sistem
Produksi Modern
Feedmill
Sistem Pasar Tradisional
Kemitraan
33
pasar hewan. Produk ternak juga didistribusikan ke TPA Tempat Pemotongan Ayam untuk dipotong terlebih dahulu baru ke konsumen akhir.
Selain pada broker, peternak kemitraan dan peternak mandiri mendistribusikan ayam hidupnya ke rumah potong ayam, kemudian dari rumah
potong ayam mendistribusikan ayam dalam bentuk karkas dan ikutannya ke pasar modern seperti supermarket, hypermarket dan swalayan-swalayan lain, selain ke
pasar modern yang dijual, daging ayam didistribusikan untuk pengolahan lebih lanjut, pemain pasar modern biasanya adalah perusahaan-perusahaan besar, baik
perusahaan yang terintegrasi secara vertikal dari hulu sampai hilir, maupun perusahaan pengolahan atau jasa perdagangan saja.
Pendistribusian dan pemasaran sangat terkait dengan transportasi atau pengangkutan. Adapun tujuan dari pengangkutan adalah untuk memperlancar
pemasaran produk agar sampai ke konsumen. Beberapa fungsi pengangkutan adalah jenis alat angkut, volume diangkut, waktu pengangkutan, dan jenis produk
yang akan diangkut. Produk peternakan yang diangkut tanpa memperhatikan fungsi-fungsi tersebut dapat menyebabkan kerusakan, penyusutan produk, bahkan
kematian produk khususnya ternak hidup. Proses pengangkutan ayam harus dengan hati-hati, jangan sampai ternak mengalami stres, pengangkutan pada ayam
dapat bertahan maksimum dua hari dan lebih dari itu pengangkutan bisa mengakibatkan kematian Rahardi, 2008.
2.2 Usaha Pemotongan Ayam