26
Pengelolaan usaha pemotongan ayam yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan pengusaha dalam meminimalkan risiko.
Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan pengusaha untuk meminimalkan risiko, sehingga pengusaha bisa mendapatkan keuntungan yang
maksimal. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi pengusaha dalam proses pengambilan keputusan untuk mengurangi atau menghindari risiko yang
dihadapinya. Manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha pemotongan ayam harus efektif agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Harapannya adalah usaha
peternakan ayam ini dapat menjalankan usahanya dengan meraih keuntungan yang tinggi dan terjamin kontiunitas usaha.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu kajian yang menganalisis risiko dan manajemen risiko dalam usaha pemotongan ayam. Kajian
ini diperlukan untuk menekan peluang risiko yang terjadi dalam usaha pemotongan ayam. Dengan kajian ini, diharapkan pengusaha pemotongan ayam
dapat mengambil keputusan yang tepat dan strategis terkait dengan risiko yang dihadapinya. Harapannya adalah para pengusaha pemotongan ayam dapat
menjalankan usahanya dengan lebih baik di masa yang akan datang.
1.2 Perumusan Masalah
Sentra Usaha Pemotongan Ayam yang terletak di Kelurahan Kebon Pedes merupakan salah satu tempat pemotongan yang ada di Kota Bogor dengan jumlah
kapasitas pemotongan per hari mencapai 13.000 ekor. Sentra pemotongan di Kelurahan Kebon Pedes memiliki wadah organisasi bernama Ikatan Warga
Pemotong Ayam IWPA. Organisasi ini dibentuk agar pengelolaan pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes terkendali dan terkoordinasi dengan baik. IWPA
juga berfungsi sebagai wadah untuk mengumpulkan iuran rutin serta tempat silahturahmi tukar pikiran antara sesama pemotong ayam mengenai
perkembangan usaha seperti perkembangan fluktuasi harga ayam. Jumlah anggota IWPA sebanyak 38 orang dengan skala usaha pemotongan
berbeda mulai dari skala kecil sampai skala besar. Skala usaha ditentukan berdasarkan jumlah ayam yang dipotong setiap hari. Jumlah pengusaha
pemotongan ayam didominasi oleh pengusaha skala kecil sebanyak 28 orang,
27
sedangkan pada skala sedang berjumlah 7 orang. Sementara jumlah pengusaha pemotongan ayam skala besar sebanyak 3 orang. Perbedaan antara pengusaha
skala kecil dengan pengusaha skala sedang dan besar adalah pada pengusaha skala kecil yang tidak memiliki tempat pemotongan ayam sendiri, berbeda dengan
pengusaha skala sedang dan skala besar yang intensitas pemotongannya besar dan memiliki tempat pemotongan ayam.
Dalam menjalankan usahanya dengan melakukan kegiatan pemotongan setiap hari namun tetap terjadi beragam fluktuasi baik itu fluktuasi harga,
penjualan, dan pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha di Sentra Usaha Pemotongan Ayam menghadapi berbagai risiko usaha seperti risiko harga,
risiko penjualan dan risiko pendapatan. Risiko harga yang dihadapi adalah berfluktuatifnya harga input produksi
berupa ayam hidup dan harga output berupa karkas ayam siap jual. Harga ayam hidup cenderung naik terutama pada saat sebulan menjelang bulan Ramadhan atau
menjelang hari raya Idul Fitri, karena banyaknya peternak musiman yang mengharapkan keuntungan. Pasca Lebaran harga akan kembali turun dan akan
kembali meningkat pada saat hari Natal serta Tahun Baru. Selain faktor Hari Raya, fluktuasi harga jual karkas ayam dipengaruhi ketersediaan ayam yang
melebihi pasokan over supply sehingga ayam beredar di pasar sangat banyak sedangkan daya beli masyarakat menurun. Faktor lain adalah pada bulan Suro
penanggalan Jawa dimana masyarakat kebanyakan tidak melakukan aktifitas seperti hajatan dan faktor cuaca yang menyebabkan transportasi ayam terhambat.
Fluktuasi harga ayam broiler dan karkas ayam disajikan dalam Gambar 1. Harga ayam broiler dan karkas ayam selalu menunjukkan nilai yang
berfluktuasi. Harga ayam broiler berkisar antara Rp 11.200kg sampai Rp 18.800Kg sedangkan untuk harga karkas ayam siap jual berkisar antara Rp
18.000kg sampai Rp 24.500Kg selama periode pengamatan dari September 2009 sampai dengan Februari 2010.
28
Gambar 1. Fluktuasi Harga Ayam Broiler dan Karkas Ayam di Sentra Usaha Pemotongan Ayam Kelurahan Kebon Pedes Selama Periode Pengamatan September-Februari 2010
Sumber : Ikatan Warga Pemotong Ayam 2010
Fluktuasi penjualan terjadi karena pada Sentra Usaha Pemotongan Ayam banyak terdapat pengusaha pemotongan dengan intensitas pemotongan yang
berbeda-beda mulai dari skala kecil hingga skala besar. Keterbatasan modal yang dimiliki pengusaha mempengaruhi penjualan ayam yang dilakukan setiap harinya.
Faktor lain adalah berat ayam hidup dari peternak yang berbeda setiap harinya mempengaruhi penjualan pengusaha pemotongan ayam. Fluktuasi penjualan dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Fluktuasi Penjualan Hasil Pemotongan Ayam Broiler di Usaha Pemotongan Ayam Kelurahan Kebon Pedes Selama Kejadian September-Februari 2010
18800
12200 12500
12000 11200
12700 24500
21200 20800
19700 18000
18500
10000 11500
13000 14500
16000 17500
19000 20500
22000 23500
25000 26500
28000 29500
September Oktober
November Desember Januari
Februari Ayam Broiler
Karkas Ayam
Periode R
u p
iah
4.207 2.048
2.012 2.352
2.235 2.915
10.512 5.769
6.126 4.884
5.333 6.535
22.994
14.571 16.039
11.580 13.502
14.671
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
18000 20000
22000 24000
September Oktober
November Desember
Januari Februari
Skala Kecil Skala Sedang
Skala Besar
Periode
29
Intensitas pemotongan setiap skala usaha usaha berbeda-beda setiap periodenya. Intensitas pemotongan terkecil adalah sebesar 2.012 Kg sedangkan
intensitas pemotongan terbesar selama periode pengamatan adalah sebesar 22.994 Kg. Adanya fluktuasi penjualan pada setiap skala usaha menyebabkan pengusaha
sulit memprediksi penjualan ayam pada periode berikutnya. Risiko harga dan risiko penjualan yang terjadi di Usaha Pemotongan
Ayam menyebabkan terjadinya fluktuasi pendapatan pada setiap skala usaha pemotongan dari skala kecil hingga skala besar. Risiko pendapatan terjadi karena
adanya fluktuasi harga input dan output pemotongan serta fluktuasi penjualan output itu sendiri sehingga pendapatan yang diperoleh berbeda-beda. Pendapatan
diperoleh karena adanya jumlah harga yang terbentuk dengan banyaknya jumlah komoditas ayam yang dijual.
Pada prinsipnya ketika pengusaha telah pemotongan setiap hari untuk mengetahui fluktuasi usaha, seharusnya pengusaha bisa memperoleh kepastian
pendapatan sehingga pengusaha dapat mengelola risiko agar mendapatkan harga yang baik, penjualan dan pendapatan yang optimal. Pengukuran risiko ditujukan
pula untuk merumuskan alternatif manajemen risiko yang bisa diterapkan oleh Sentra Usaha Pemotongan Ayam.
Pengembangan usaha pemotongan ayam akan berhasil apabila pengusaha pemotongan mampu mengelola risikonya dengan baik. Pengelolaan harus
ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumber daya manusia, sampai kepada manajemen pemasaran.
Pengusaha pemotongan sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik dalam mengelola seluruh bagian perusahaan. Hal tersebut
akan berpengaruh terhadap keberhasilan usahanya. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana risiko usaha yang terjadi baik itu risiko harga, risiko penjualan dan risiko pendapatan pada usaha pemotongan ayam ?
2. Bagaimana manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko usaha
pada usaha pemotongan ayam ?
30
1.3 Tujuan Penelitian