atau gambaran bahwa kerang hijau yang mereka jual memiliki kualitas yang masih baik atau belum tercemar oleh logam timbal Pb.
Waluyo 2000 menyatakan pendapat yang sama, bahwa sikap dapat terbentuk dari 3 komponen, yakni komponen afektif perasaan, kognitif
pemikiran dan perilaku. Dalam penelitian ini responden cenderung memiliki sikap negatif yaitu tidak setuju bahwa perairan dan kerang hijau
di kawasan muara angke sudah tercemar. Hal ini dapat disebabkan karena takut membuat kesan atau image bahwa kerang hijau yang mereka jual
atau produksi dalam kondisi yang buruk atau jelek, kemudian menyebabkan responden berpikir untuk menututupinya dengan sikap yang
negatif.
C. Analisi Bivariat
1. Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Konsumsi Kerang
Hijau Tercemar Logam Timbal Pb
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan yang diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, yang memberikan informasi
tertentu kepada seseorang dan menjadi pengetahuannya. Penginderaan tersebut dapat bersumber dari pengalaman yang ada, baik berupa
pengalaman belajar, bekerja serta aktivitas dan interaksi lain dalam kehidupan sehari-hari Notoatmodjo, 2010. Menurut Green pengetahuan
seseorang berpengaruh terhadap perilaku seseorang Green, 2005. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukan hasil
analisis hubungan antara pengetahuan mengenai pencemaran logam timbal Pb pada kerang hijau dengan perilaku konsumsi kerang hijau yang
tercemar logam timbal Pb pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta. Sebanyak 48 responden 64 memiliki pengetahuan rendah dan
sering mengonsumsi kerang hijau tercemar logam timbal Pb. Sementara itu, sebanyak 27 responden 36 yang memiliki pengetahuan tinggi dan
sering mengonsumsi kerang hijau yang tercemar logam timbal Pb. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p value = 0.033
α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan perilaku konsumsi kerang hijau tercemar logam timbal Pb pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta.
Sedangkan berdasarkan hasil uji chi square diperoleh juga nilai PR yaitu sebesar 2,032 yang artinya adalah masyarakat dengan pengetahuan rendah
berisiko 2,032 kali lebih tinggi untuk mengonsumsi kerang hijau yang tercemar logam timbal Pb jika dibandingkan dengan masyarakat yang
berpengetahuan tinggi mengenai pencemaran logam yang terjadi pada perairan maupun biota yang ada di Teluk Jakarta.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wandasari 2014 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan
perilaku konsumsi di dalam keluarga dengan nilai p 0,05 dengan r sebesar 0,849 yang berarti memiliki hubungan sangat kuat. Pengetahuan
seorang ibu rumah tangga merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan preferensi makanan pada keluarga. Sedangkan menurut
Irawati dalam Diana 2002 menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang berhubungan dengan pola serta tingkat konsumsi makanannya.
Terdapat perbedaan tingkat konsumsi makanan antara masing –masing
individu dengan tingkat pengetahuan yang juga berbeda. Tingginya rata-rata perilaku konsumsi kerang hijau tercemar logam
timbal Pb pada masyarakat Kali Adem Muara Angke Jakarta, yaitu sebesar 11.47 grhari sudah melebihi nilai rata-rata nasional konsumsi
kerang hijau yaitu sebesar 2 grhr. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap kesehatan masyarakat di sekitar Kali Adem Muara
Angke Jakarta. Mayoritas masyarakat di Kali Adem Muara Angke Jakarta tidak mengetahui bahwa kerang hijau yang mereka konsumsi sudah
menganung logam timbal Pb yang berasal dari pencemaran yang terjadi di perairanlaut.
Logam timbal Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan makanan. Konsumsi timbal Pb dalam jumlah yang banyak secara
langsung dapat menyebabkan kerusakan jaringan, termasuk kerusakan jaringan mukosal. Sedangkan pada bayi dan anak timbal dapat
menyebabkan kerusakan otak, penghambatan pertumbuhan anak kerusakan ginjal, gangguan pendengaran, mual, sakit kepala, kehilangan
nafsu makan dan gangguan kecerdasan serta tingkah laku SNI, 2009. Selain itu dampak lain dari mengonsumsi kerang hijau yang sudah
tercemar logam timbal Pb adalah keracunan dengan gejala muntah- muntah, sakit di daerah usus besar dan perut. Jika mengonsumsi kerang
hijau yang sudah tercemar logam timbal Pb dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan anemia, gangguan saraf, gangguan sistem peredaran
darah, gangguan sistem reproduksi dan sistem endokrin Widiowati dkk., 2008.
Oleh karena itu kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan BPOM Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.4011 menetapkan batas
maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan dan SNI 7387:2009 batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan kadal
logam timbal Pb yang di perbolehkan ada di dalam kerang hijau sebesar 1.5 mgkg. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya dalam melindungi
konsumen atau masyarakat. Selain itu untuk menghindari dampak kesehatan yang buruk akibat
dari paparan logam timbal Pb, masyarakat sebaiknya tidak mengonsumsi kerang hijau dalam frekuensi yang sering. Hal ini penting dilakukan untuk
mengurangi jumlah paparan logam timbal Pb yang masuk kedalam tubuh.
2. Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Konsumsi Kerang Hijau
Tercemar Logam Timbal Pb
Sikap merupakan suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu dan sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, baik-tidak baik, dan sebagainya Notoatmodjo, 2010. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi sikap merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku. Pada penelitian ini sikap dibagi kedalam