darah, gangguan sistem reproduksi dan sistem endokrin Widiowati dkk., 2008.
Oleh karena itu kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan BPOM Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.4011 menetapkan batas
maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan dan SNI 7387:2009 batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan kadal
logam timbal Pb yang di perbolehkan ada di dalam kerang hijau sebesar 1.5 mgkg. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya dalam melindungi
konsumen atau masyarakat. Selain itu untuk menghindari dampak kesehatan yang buruk akibat
dari paparan logam timbal Pb, masyarakat sebaiknya tidak mengonsumsi kerang hijau dalam frekuensi yang sering. Hal ini penting dilakukan untuk
mengurangi jumlah paparan logam timbal Pb yang masuk kedalam tubuh.
2. Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Konsumsi Kerang Hijau
Tercemar Logam Timbal Pb
Sikap merupakan suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu dan sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, baik-tidak baik, dan sebagainya Notoatmodjo, 2010. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi sikap merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku. Pada penelitian ini sikap dibagi kedalam
dua kategori yaitu sikap negatif atau tidak setuju dan sikap positif atau setujumenerima.
Berdasarkan hasil analisis univariat yang sudah dilakukan, diketahui bahwa sebanyak 80 responden 53,3 memiliki sikap negatif atau tidak
setuju terhadap pencemaran logam timbal Pb yang terjadi pada kerang hijau dan terdapat 70 responden 46,7 yang memiliki sikap positif atau
setuju terhadap pencemaran logam timbal Pb pada kerang hijau yang berasal dari Kali Adem Muara Angke Jakarta.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square didapatkan nilai p value = 0,513
α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden terhadap
pencemaran yang terjadi pada kerang hijau dengan perilaku konsumsi kerang hijau tercemar logam timbal pada masyarakat Kali Adem Muara
Angke Jakarta. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi
2013, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan pola konsumsi dengan nilai koefisien korelasi r = 0,521 Dewi,
2013. Hasil penelitian lainnya juga menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan
pola makan yang memiliki nilai p value = 0,001 Suci, 2011.
Pada penelitian ini didapatkan hasil tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku konsumsi kerang hijau tercemar
logam timbal Pb. Hal ini diasumsikan oleh peneliti karena masih
rendahnya pengetahuan responden sehingga berpengaruh terhadap sikap yang dimiliki responden. Hal ini sejalan dengan teori Khomsan 2009,
yaitu sikap merupakan tahapan lebih lanjut dari pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik akan mengembangkan sikap kearah
yang baik. Setelah itu sikap akan mengarahkan perilaku seseorang secara langsung. Dengan demikian sikap positif akan menumbuhkan perilaku
yang positif dan sebaliknya, sikap negatif akan menumbuhkan perilaku yang negatif. Dalam penelitian ini sikap yang dimaksud adalah sikap yang
mengarah pada perilaku memilih makanan, dapat tergambarkan dari kebiasaan dan frekuensi makan sehari-hari.
Bukti sikap merupakan tahap lebih lanjut dari pengetahuan dapat dilihat dari pernyataan C3
– C4. Pernyataan tersebut mengenai “kualitas air dan kerang hijau di Muara Angke dalam kondisi yang tercemar oleh
logam timbal Pb”. Sebanyak 52 responden menyatakan tidak setuju jika kualitas air di Muara Angke dalam kondisi tercemar logam timbal Pb
dan 60 responden memiliki sikap tidak setuju jika kerang hijau yang berasal dari Muara Angke Jakarta dalam kondisi tercemar oleh logam
Timbal Pb. Mayoritas responden memiliki sikap negatif, hal ini diasumsikan
karena responden tidak mengetahui bagaimana kualitas perairan dan kerang hijau yang ada di lokasi tersebut atau karena responden ingin
menutupi keadaan sebenarnya, sikap ini tidak terlepas dari kebanyakan responden berprofesi sebagai pekerja di tempat budidaya kerang hijau Kali
Adem Muara Angke Jakarta. Sehingga masih terdapat kemungkinan
responden untuk berbohong demi menjaga image bahwa kerang hijau yang mereka jual masih dalam kondisi yang baik.
Dalam penelitian ini, jika seseorang memiliki sikap yang positif akibat dari kesadaran dan pengetahuan tinggi mengenai bahaya suatu zat
pencemar yang dapat masuk kesuatu makanan. Maka kemungkinan besar akan menyebabkan orang tersebut berperilaku positif dengan cara
mengurangi atau menghentikan konsumsi makanan yang tercemar, agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dikemudian hari.
Sedangkan saat ditanya mengenai pernyataan C9 mengenai “bahaya
kesehatan logam timbal Pb jika terkonsumsi kedalam tubuh manusia” sebanyak 67 responden menjawab setuju akan pernyataan tersebut. Hal
ini pada dasarnya sudah menunjukan hasil yang baik. Berarti masyarakat sekitar Kali Adem Muara Angke Jakarta sudah mengetahui bahwa logam
timbal Pb berbahaya bagi kesehatan manusia. Akan tetapi masyarakat belum mengetahui bahwa logam timbal Pb sudah berada atau sudah
mencemari kerang hijau yang ada di Perairan Muara Angke Jakarta. Oleh karena itu perlu adanya promosi kesehatan atau penyuluhan
terkait kondisi perairan dan laut, yang perlahan-lahan terus mengalami penurunan kualitas lingkungan. Promosi kesehatan ini dilakukan agar
masyarakat sekitar Kali Adem Muara Angke Jakarta mengetahui kondisi perairan dan laut yang sudah tercemar yang dapat secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi kualitas biota yang hidup di dalamnya termasuk kerang hijau.