Memerankan Tokoh Drama Penutup

Lika-Liku Kehidupan 243 Pelayan : Ya. Hakim : Bakar saja. Pelayan : Baik. Bapak ingin kopi, madu, atau susu? Hakim : Remason. Pelayan : Sekarang? Hakim : Jangan terlalu banyak bertanya. Pelayan : Baik. Pelayan mendekati Hakim. Kemudian mengurut pundak Hakim. Sementara Hakim membaca surat-surat. Kemudian terdengar suara hiruk pikuk. Pelayan menenangkan suara-suara itu. Pelayan : Jangan berisik. melihat kepada tamu O, silakan masuk, Pak. Lampu menerangi tempat Tamu. Pelayan : Masuk saja, silakan. Tamu 1 : Barangkali aku mengganggu? Pelayan : O, tidak. Hakim : Ya. Pelayan : La iya berbaring di lantai Tamu : Tetapi tidak apa. Hakim : Apa kabar? Tamu 1 : Begini, kapan keputusan diambil? Hakim : Ia sudah diambil. Tamu 1 : Tapi kan masih ada kesempatan untuk mengubahnya sampai besok pagi? Hakim : Dalam redaksi saja. Keputusan sudah bulat. Tamu 1 : Keputusan yang mengecewakan? Hakim diam Ya? Pelayan : Silakan masuk Pak Bapak Hakim bersedia menerima. Tamu 1 : Terima kasih. maju Hakim : Silakan duduk. Tamu 1 : Tak usah repot-repot. Pelayan : Wah, takut kalau jasnya lecet. ......................................................... Sumber: “Dor” karya Putu Wijaya 244 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa Pahamilah L atihan 10.1 Bentuklah kelompok yang terdiri dari empat orang kemudian, bagilah tugas dengan teman sekelompokmu, satu orang memerankan satu tokoh. Perankan dengan lafal, intonasi, nada tekanan, mimik, dan gerak-gerik yang tepat Istilah dalam Drama Mimik adalah ekspresi raut wajah. Pantomimik adalah gerak-gerik anggota tubuh. Blocking yaitu posisi aktor di atas pentas. Prolog adalah percakapan awal sebagai pembuka pertunjukan drama. Monolog adalah percakapan sendiri. Dialog adalah percakapan dua orang atau lebih. Epilog adalah percakapan akhir sebagai penutup pertunjukan.

B. Mendiskusikan Teks Drama

Setelah mengikuti pembelajaran ini, kalian diharapkan dapat mengevaluasi penggalan teks drama dari berbagai sudut pandang melalui kegiatan diskusi. Sebagai penikmat drama kita tidak hanya sekedar sebagai penonton yang pasif saja. Namun, ada kalanya kita harus aktif mengevaluasi naskah drama yang kita baca maupun pertunjukan drama yang kita saksikan. Kali ini, kalian akan mendiskusikan penggalan teks drama. Sebelumnya, bacalah terlebih dahulu penggalan teks drama “Akal Bulus” karya Remy Sylado berikut Lika-Liku Kehidupan 245 Besut : Masuk Astaga, Man Jamino, sedang apa di atas meja itu? Jamino : Tersipu malu O, sedang berdeklamasi tentang kebesaran Ilahi. Besut : Karya puisinya siapa yang kau deklamasikan? Jamino : Mengingat-ingat Kalau tidak salah, karyanya Sultan Kadir Alisyahbandar. Tapi entahlah. Saya agak lupa-lupa ingat. Ada kan namanya penyair begitu? Besut : Entah juga, Man Jamino. Yang saya ketahui hanya Pakne Si Nusi yang mengarang kumpulan pusisi ”Madah Celana”. Jamino : Sok tahu O, ya, ya. Betul. Puisinya itu yang baru saya deklamasikan tadi. Besut : Sok kritis Tapi puisi yang mana dari “Madah Celana” itu yang bertema kebesaran Ilahi? Jamino : Bingung Nah, itu yang saya tidak mengerti juga, Besut. Saya curiga penyairnya mengada-ada. Penyair-penyair kan suka berkhayal. Dengan bahasa yang gelap, dikiranya bisa mengubah jalannya peradaban. Besut : Betul, Man Jamino. Pause Ini begini, Man Jamino. Saya baru saja dari Gunung Kawi. Jamino : Lo? Kapan perginya ke sana? Kemarin sore saya lihat kamu jalan-jalan di Tunjungan. Besut : Hus. Jangan keras-keras. Berisik Ini cuma pura-pura untuk mendustai Rusmini. Jamino : O? Terus bagaimana itu Gunung Kawi? Besut : Begini, Man Jamino. Menurut petunjuk Mbah Jogo, demi meningkatkan martabat, maka saya harus belajar ke luar negeri. Ke Amsterdam. Jamino : Belajar apa, Besut? Besut : Belajar bikin cingur, Man Jamino. Cingur yang kita kenal sekarang sudah menyimpang dari tradisi. Maka perlu dibenahi kembali dengan data-data yang otentik. Data- data itu hanya ada di Amsterdam. Dicuri dulu pada zaman