Perenungan dan Pengendapan Permainan Kata

Peristiwa yang Mengesankan 157 L atihan 7.6 Kata-kata di atas masih dangkal dan belum memiliki daya atau kekuatan. Kata-kata di atas sekedar patokan awal, untuk dikembangkan menjadi imajinasi seperti berikut ini Burung emas Yang kukurung di jantungku Semakin mencakar-cakar Tak mau singgah di pojok hatiku Karya: Suwardi Endraswara. Sumber: Membaca, Menulis, Mengajarkan sasta. Puisi di atas ditulis berdasarkan objek konkret yaitu burung. Nah, mudah bukan? kamu pasti bisa melakukannya. Silakan mencoba menulis puisi. Pilihlah salah satu objek konkret dan kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan objek tersebut. Kemudian tulislah sebuah puisi, dengan bahasa yang indah, berdasarkan informasi yang sudah anda peroleh itu. Selamat mencoba dan terus mencoba Buatlah sebuah puisi bebas berdasarkan pengalamanmu Gunakan langkah-langkah seperti diuraikan di atas

E. Menganalisis Puisi

Setelah mengikuti pembelajaran ini, kalian diharapkan dapat menganalisis puisi berdasarkan komponen bentuk puisi bait, larik, rima, irama dan isi puisi. Salah satu bentuk klasifikasi isi puisi Indonesia ialah membeda- bedakan puisi berdasarkan citra manusia yang dihadirkan dalam puisi- puisi penyair Indonesia. Salah satu citra manusia adalah diri sendiri. 158 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa Bacalah puisi Chairil Anwar di bawah ini Selamat Tinggal Aku berkaca Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu Dalam hatiku? Apa hanya angin lalu? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah......... Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal....... Selamat tinggal.... Pradopo 2002: 175 mengatakan bahwa sajak ini merupakan intropeksi kepada diri sendiri di depan cermin. Ternyata mukanya penuh luka, yaitu cacat-cacat, keburukan-keburukan atau kekurangan- kekurangan pribadi. Sajak ini merupakan penggalian masalah pribadi dan kesadaran kepada kejelekan dan kekurangan dari manusia sebagai pribadi. Di samping itu, si Aku juga mengemukakan bahwa dalam diri manusia itu banyak sekali persoalan yang dihadapi, yang semuanya itu tidak disadari. Sesungguhnya kata-kata dalam sajak ini adalah kata-kata biasa. Jadi, kata-kata tersebut merupakan kiasan metafora implisit. Di samping itu, si Aku menghadirkan persoalan dalam bentuk citraan imagery hingga semuanya menjadi konkret di depan pembaca, dapat diindra dengan jelas hal-hal yang sebenarnya abstrak. Dengan dibuat susunan dan bentuk seperti dalam sajak itu, maka terpenuhi prinsip ekuivalensi dari poros pilihan ke poros kombinasi sehingga pilihan kata, bunyi, dan iramanya jadi padu. Abrams 1971: 150-3 mengatakan, bahwa rima menyangkut bunyi vokal huruf hidup yang diberi tekanan dan bunyi yang mengikuti vokal itu.