Latar Cerita Mengenal Alur

126 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian kepada pembaca tidak hanya dalam sifat kewaktuan atau temporalnya, tetapi juga dalam hubungan- hubungan yang sudah diperhitungkan. Dengan demikian, plot sebuah cerita akan membuat pembaca sadar terhadap peristiwa-peristiwa yang dihadapi atau dibacanya, tidak hanya sebagai subelemen-elemen yang jalin-menjalin dalam rangkaian temporal, tetapi juga sebagai suatu pola yang majemuk dan memiliki hubungan kausalitas atau sebab akibat. Struktur plot sebuah prosa naratif dapat dibagi secara umum menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Struktur plot dapat dirinci lagi ke dalam bagian-bagian kecil lainnya. Apabila digambarkan, bagian- bagian plot akan seperti kurang lebihnya berikut ini: Pada awal cerita pengarang melakukan eksposisi memperkenalkan tokoh dan melukiskan keadaan tertentu. Tokoh-tokoh mulai menunjukkan perilaku tertentu, misalnya berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga lahirlah peristiwa dan konflik tertentu. Dari titik ini peristiwa atau keadaan mulai menanjak masuk ke dalam komplikasi tertentu: persentuhan konflik, perbenturan antara kekuatan-kekuatan tertentu yang saling berlawanan. Komplikasi ini menanjak mencapai titik puncak tertinggi: klimaks, yang tidak dapat dipertinggi lagi. Klimaks merupakan lanjutan dari komplikasi sebelumnya, juga kelanjutan dari perkembangan karakter tokoh sebelumnya, dan kelanjutan dari perkembangan karakter tokoh dalam jaringan konflik yang wajar dan masuk akal. Puncak komplikasi yang tertinggi memerlukan penyelesaian atau pemecahan. Pada perkembangan titik ini pembaca disuguhi suatu pergumulan konflik dengan tegangan yang terkuat, dan akhirnya meluncur menuju akhir, denoument penyelesaian. Jika ditinjau dari segi penyusunan peristiwa atau bagian-bagian yang membentuknya, dikenal adanya plot kronologis atau progresif dan plot klimaks penyelesaian Akhir Tengah Awal pengenalan awal konflik konflik komplikasi Perjalanan Hidup Manusia 127 regresif atau sorot balik flash back. Dalam plot kronologis, awal cerita benar-benar merupakan awal, tengah benar-benar merupakan tengah, dan akhir cerita juga benar-benar merupakan akhir. Hal ini berarti bahwa dalam plot kronologis, cerita benar-benar dimulai dari eksposisi, melampui komplikasi dan klimaks yang berawal dari konflik tertentu, dan berakhir pada pemecahan atau denoument. Sebaliknya, dalam plot regresif, awal cerita bisa saja merupakan akhir, demikian seterusnya: tengah dapat merupakan akhir dan akhir dapat merupakan awal atau tengah. Di dalam plot jenis ini, cerita dapat saja dimulai dengan konflik tertentu, kemudian diikuti eksposisi lalu diteruskan komplikasi tertentu, mencapai klimaks dan menuju pemecahan; atau dapat pula dimulai dengan bagian-bagian lain yang divariasikan. Jika ditinjau dari segi akhir cerita, dikenal adanya plot terbuka dan plot tertutup. Di dalam plot tertutup, pengarang memberikan kesimpulan cerita pada pembacanya, sedangkan dalam plot terbuka, cerita sering dan biasanya berakhir pada klimaks, dan pembaca dibiarkan untuk menentukan apa yang diduga dan mungkin akan menjadi penyelesaian cerita akhir cerita dibiarkan menggantung atau menganga. Dalam plot terbuka, pembaca memiliki kebebasan dalam menentukan kesimpulan cerita, berdasarkan pengetahuan, sikap, dan minat pembaca dalam memahami cerita. Jika ditinjau dari segi kuantitasnya, dikenal adanya plot tunggal dan plot jamak. Suatu cerita dikatakan berplot tunggal, apabila cerita tersebut hanya memiliki atau mengandung sebuah plot dan plot itu bersifat primer utama. Plot tunggal biasanya terdapat dalam cerpen . Dikatakan berplot jamak, apabila cerita itu memiliki lebih dari sebuah plot dan plot-plot utamanya juga lebih dari satu. Akan tetapi, plot-plot utama dalam cerita yang berplot jamak seringkali bersinggungan pada titik-titik tertentu. Jika ditinjau dari segi kualitasnya, dikenal adanya plot rapat dan plot longgar. Sebuah cerita dinyatakan dinyatakan berplot rapat, apabila plot utama cerita itu tidak memiliki celah yang memungkinkan untuk disisipi plot lain. Sebaliknya, cerita itu penyisipan plot lain. Hanya saja dalam kaitan ini perlu disadari bahwa dalam cerita yang berplot longgor biasanya sisipan plot lain, yang biasanya merupakan subplot, berfungsi mengedepankan plot utamanya, jika sisipan itu dibuang cerita utamanya juga akan tetap berjalan tanpa gangguan yang berarti. 128 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

4. Mengenal Sudut Pandang

Untuk menceritakan suatu hal dalam cerpen atau novel ataupun hikayat, pengarang memilih sudut pandang tertentu untuk meyajikan cerita. Bisa saja pengarang berdiri sebagai orang yang berada di luar cerita dan mungkin pula ia mengambil peran serta dalam cerita itu. Sudut pandang atau pusat pengisahan point of view dipergunakan untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita, sehingga tercipta suatu kesatuan cerita yang utuh. Sudut pandang menyangkut masalah tehnik bercerita, yakni soal bagaimana pandangan pribadi pengarang akan dapat terungkap sebaik- baiknya dalam cerita. Untuk itu, pengarang harus memilih tokoh manakah yang akan disuruh bercerita. Sudut pandang menyangkut masalah kepemilihan peristiwa yang akan disajikan, kemana pembaca akan diarahkan atau dibawa, apa yang harus dilihat pembaca, dan menyangkut masalah kesadaran siapa yang tersaji dalam fiksi. Berdasarkan dua kelompok di atas, sudut pandang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sudut pandang orang pertama akuan dan sudut pandang orang ketiga diaan. Pada kelompok akuan, pembaca akan merasa lebih dekat dengan segala peristiwa yang tersaji dalam fiksi. Sebaliknya, pada kelompok diaan pembaca terasa agak berjarak segala peristiwa yang tersaji dalam fiksi. Berdasarkan dua kelompok di atas sudut pandang dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu, sudut pandang orang akuan sertaan fist person central , sudut pandang akuan tak sertaan fist person peripheral, sudut pandang diaan-mahatau third-person-omniscient, dan sudut pandang diaan -terbatas third-person limited. Di dalam sudut pandang akuan-sertaan, tokoh berada di luar cerita dan biasanya pengarang hanya menjadi seorang pengamat yang mahatau dan mampu berdialog langsung dengan pembaca. Dalam diaan terbatas, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya. Disini pengarang hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang dijadikan tumpuan cerita.

5. Mengenal Tema

Dalam pengertiaannya yang paling sederhana, tema dalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Wujud tema dalam karya sastra, biasanya berpangkal pada alasan tindak atau motif tokoh. Perjalanan Hidup Manusia 129 Tema dalam karya sastra umumnya diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu tema physical jasmaniah, organic moral, social sosial, egoic egoik, dan devine ketuhanan. Tema fiksi masih dapat diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya tema tradisional dan tema modern. Klasifiaksi tersebut merupakan pembagian yang didasarkan pada subjek atau pokok pembicaraan dalam fiksi. Tema jasmaniah merupakan tema yang cenderung berkaitan dengan keadaan jasmani seorang manusia. Tema jenis ini terfokus pada kenyataan diri manusia sebagai molekul zat dan jasad. Oleh karena itu, tema percintaan termasuk dalam kelompok tema ini. Karya sastra populer yang banyak melibatkan tokoh-tokoh remaja yang sedang mengalami fase bercinta merupakan contoh fiksi yang cenderung menampilkan tema jasmaniah. Tema organic diartikan sebagai tema tentang moral, karena kelompok tema ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral manusia yang wujudnya tentang hubungan antarmanusia, antarpria- wanita. Tema sosial meliputi hal-hal yang berada di luar masalah pribadi, misalnya masalah politik, pendidikan, dan propaganda. Tema egoik merupakan tema yang menyangkut reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial. Tema ketuhanan merupakan tema yang berkaitan dengan kondisi dan situasi manusia sebagai ciptaan Tuhan. Nah, sekarang bacakah kutipan cerpen berikut ini Dayu Komang Cerpen Padma Sustiwi Dayu suara lembut Ktut Sawer itu terasa bagai geledek di telinga Dayu Komang. Wajahnya langsung pias, ketika matanya bertemu dengan mata laki-laki Sudra itu. Mata beningnya memancarkan ketakutan. Mata itu pun menari kesana kemari, khawatir ada orang yang melihat pertemuan di supermarket tersebut. Ia tak sanggup bila harus berlama-lama di situ, bertemu dan memandang Sawer, lelaki yang bukan hanya dicinta namun juga sangat dipuja. Sawer menatap perempuan di depannya dengan hati-hati. Wajah cantik Komang yang sayu membuatnya menarik nafas panjang. Ada duka yang tak bisa ditutup di wajah perempuan cantik di depannya.