Mendiskusikan Teks Drama Penutup

Lika-Liku Kehidupan 245 Besut : Masuk Astaga, Man Jamino, sedang apa di atas meja itu? Jamino : Tersipu malu O, sedang berdeklamasi tentang kebesaran Ilahi. Besut : Karya puisinya siapa yang kau deklamasikan? Jamino : Mengingat-ingat Kalau tidak salah, karyanya Sultan Kadir Alisyahbandar. Tapi entahlah. Saya agak lupa-lupa ingat. Ada kan namanya penyair begitu? Besut : Entah juga, Man Jamino. Yang saya ketahui hanya Pakne Si Nusi yang mengarang kumpulan pusisi ”Madah Celana”. Jamino : Sok tahu O, ya, ya. Betul. Puisinya itu yang baru saya deklamasikan tadi. Besut : Sok kritis Tapi puisi yang mana dari “Madah Celana” itu yang bertema kebesaran Ilahi? Jamino : Bingung Nah, itu yang saya tidak mengerti juga, Besut. Saya curiga penyairnya mengada-ada. Penyair-penyair kan suka berkhayal. Dengan bahasa yang gelap, dikiranya bisa mengubah jalannya peradaban. Besut : Betul, Man Jamino. Pause Ini begini, Man Jamino. Saya baru saja dari Gunung Kawi. Jamino : Lo? Kapan perginya ke sana? Kemarin sore saya lihat kamu jalan-jalan di Tunjungan. Besut : Hus. Jangan keras-keras. Berisik Ini cuma pura-pura untuk mendustai Rusmini. Jamino : O? Terus bagaimana itu Gunung Kawi? Besut : Begini, Man Jamino. Menurut petunjuk Mbah Jogo, demi meningkatkan martabat, maka saya harus belajar ke luar negeri. Ke Amsterdam. Jamino : Belajar apa, Besut? Besut : Belajar bikin cingur, Man Jamino. Cingur yang kita kenal sekarang sudah menyimpang dari tradisi. Maka perlu dibenahi kembali dengan data-data yang otentik. Data- data itu hanya ada di Amsterdam. Dicuri dulu pada zaman 246 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa Jan Pieterszoon Coen. Nah, saya harus mengadakan penelitian tentang data-data itu. Apa sebetulnya bumbu- bumbu yang benar untuk membuat cingur. Jamino : Wah, hebat sekali kamu, Besut Jadi kamu akan ke Amsterdam. Kapan itu? Besut : Sekarang ini, Man Jamino. Jamino : Sekarang?Naik apa? Besut : Marah Berenang Lalu mengendor Gendeng. Ya naik kapal. Sudah ya, saya berangkat sekarang. Jamino : Lo, lo Tidak pamit dulu dan kasih pesan-pesan untuk Rusmini? Rusmini: Masuk Besut, kenapa tergesa-gesa. Mau ke mana? Besut : Saya akan berangkat ke Amsterdam sekarang juga, Rusmini. Rusmini: Kok jauh sekali? Kenapa tidak ke Mesir saja yang lebih dekat. Atau yang lebih dekat lagi, India. Jamino : Betul itu, Besut. Di samping itu kenapa ke Negeri Belanda? Bangsa Belanda kan sudah jatuh takluk tekuk lutut pada bangsa Jepang, saudara tuanya bangsa Indonesia. Nah, ke Tokyo saja, Besut. Kan saban hari kita sudah kulina juga kiblat ke Tokyo memuja Tenno Heika yang akbar. Besut : Wah, petunjuk Mbah Jogo harus ke Eropa saja. Jamino : Kalau begitu, ke Jerman. Bangsa Jerman sahabat bangsa Jepang. Rusmini: Ya, begitu saja. Besut, ke Jerman. Di sana konon kabarnya mobil Mercedes cuma dibuang-buang. Kamu bawa saja sepotong, atau pentilnya juga tidak apa-apa, pokoknya ada oleh-oleh dari sana. Besut : Itu gampang, Rusmini. Demi kamu, kakanda akan ingat dan berkorban. Rusmini: Bangga Oh, alangkah berbungga-bunganya hatiku, Besut. Segala bunga semerbak mewangi di dalam hatiku: mawar, melati, sedap malam, ceplok piring ... Jamino : Hus, ceplok piring tidak wangi, Rusmini. Rusmini: O ya, ralat. Mawar, melati, sedap malam, kenanga, kamboja, dan seterusnya. Lika-Liku Kehidupan 247 L atihan 10.2 Besut : Astaga. Hatiku pun aman damai tenteram, Adinda Rusmini. Nah, Rusmini, sekarang kakanda siap berangkat. Ciumlah pipi kakanda sebagai tanda setia. Rusmini: Tentu saja, Besut. Mencium Kok bau ikan peda? Jamino : Hus. Jangan menghina suami di muka umum, Rusmini. Itu tidak bersusila. Kamu harus berpikir positif. Suami yang bau ikan peda pun harus kamu terima sebagai anugerah. Rusmini: O ya, maaf, Besut. Menundukkan badan Besut suamiku, baumu segar seperti malaikat. Tapi bersin. Besut : Thank you, my darling Rusmini. Good bye. Please be faithful. Jamino : Angkat bahu Waduh, kembagusnya. Inggris hafalan lagunya Bing Crosby 121 saja kok dipamer-pamerkan. Besut : Beralih kepada Jamino Nah, Man Jamino, saya titip istri tercinta Rusmini padamu. Jamino : O ya, silakan. Dijamin keamanan. Besut : Terima kasih, Man Jamino. Keamanan terjamin dan kehormatan juga terjamin kan, Man Jamino? 121 Penyanyi dan aktor Amerika, populer sejak 1932 melalui film The Big Broadcasa. Dicatat buku rekor Guinness untuk lagu paling laris White Christmas, memperoleh Academy Award pada 1943 untuk Going My Way. Sumber: “Akal Bulus” karya Remy Sylado Unsur yang didiskusikan antara lain tokoh, dalam hal ini watak tokoh, tema cerita, latar cerita, isi drama, dan bahasa yang digunakan. Diskusikan penggalan drama “Akal Bulus “ karya Remy Sylado di atas dalam hal: a. unsur intrinsik drama b. isi drama c. relevansi isi drama dengan kehidupan sekarang 248 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

C. Menceritakan Kembali Hikayat

S etelah mengikuti pembelajaran ini, kalian diharapkan dapat menceritakan kembali isi hikayat dengan bahasa masa kini. Pada bab sebelumnya, kalian telah membaca bagian ke-8 hikayat Puti Zaitun yang berjudul “Puti Zaitun yang Cerdik”. Kali ini kalian akan berlatih bercerita atau menceritakan kembali penggalan hikayat “Puti Zaitun” berikut ini Sebaiknya, kalian baca dengan seksama terlebih dahulu penggalan hikayat tersebut Pahamilah isi bagian pertama hikayat Puti Zaitun di bawah ini Harun Alrasyid Menyamar Dahulu kala, di negeri Bagdad, hiduplah seorang raja bernama Harun Alrasyid. Permaisurinya bernama Puti Zubaidah, anak Raja Mesir. Harun Alrasyid sangat pandai memerintah. Ia adil dan baik hati. Raja kaya-raya ini termasyur ke mana-mana. Negerinya sangat makmur dan rakyat hidup berkecukupan. Tidak heran kalau rakyat menyayanginya. Istananya yang terdiri dari tujuh tingkat, terletak di tepi telaga yang airnya sangat jernih. Pohon besar dan rindang mengelilingi istana. Tiang-tiang istana terbuat dari batu pualam dan penuh ukiran yang sangat indah. Halamannya luas, ditumbuhi bunga warna- warni. Pagar besi mengelilingi istana. Setiap pintu dijaga oleh hulubalang. Pada suatu sore raja mengajak menterinya mengelilingi negeri untuk melihat kehidupan rakyat yang sesungguhnya. Raja memakai baju kurung bakang hitam dengan jubah sutera putih dan menteri menyamar sebagai saudagar dari Mousol supaya tidak diketahui oleh rakyatnya. Hal ini sudah menjadi kebiasaan raja. Pengawalnya berjalan jauh di belakang, berpakaian compang-camping seperti orang minta-minta. Raja dan menteri berjalan masuk kampung keluar kampung, masuk lorong keluar lorong, masuk pasar keluar pasar. Seluruh negeri ditelusuri untuk melihat kehidupan rakyat yang Lika-Liku Kehidupan 249 sesungguhnya. Tidak jarang raja berdialog dengan penduduk menanyakan sesuatu. Sampai pada sebuah rumah di sebuah lorong, Raja pun berhenti. Raja memberi salam kepada sorang anak muda yang gagah dan tampan. “Assalamualaikum.” “Alaikum Salam,” balas anak muda itu ramah. Melihat kedua orang itu seperti saudagar dari Mousol, Abu Hasan nama anak muda itu bergegas turun. “Hai Tuan Saudagar, masuklah dulu ke rumah hamba,” ajaknya dengan ramah. Raja dan menteri memperhatikan anak muda itu. “Wah, alangkah tampannya anak muda ini,” pikir Raja. “Kulit kuning langsat, tinggi sedang, ramah, dan kelihatan cerdik,” bisik Raja kepada menterinya. “Kalau begitu, marilah kita masuk,” ajak menteri Abdul Gafar. Raja dan menterinya yang bernama Abdul Gafar segera masuk ke rumah Abu Hasan. Abu Hasan pun sibuk menyuguhi kedua tamunya dengan makanan dan minuman. Abu Hasan memang terkenal suka menjamu apalagi saudagar dari negeri lain. Ia suka menolong orang lain, terutama fakir miskin. Ketiga orang itu makan dengan lahapnya sambil mengobrol. Selesai makan disambung dengan rokok. Tiba-tiba Abdul Gafar bertanya. “Orang muda, siapa gerangan nama anak?” “Nama hamba, Abu Hasan. Ayah hamba sudah lama meninggal. Hamba tinggal berdua saja dengan ibu hamba.” Raja Harun Alrasyid dan Menteri Abdul Gafar mendengar dengan penuh perhatian. Kemudian Raja menjelaskan, “Hamba bernama Abdullah dan kawan hamba ini bernama Mohammad Soleh. Kami berdua saudagar dari Mousol.” “Wah, ayah hamba juga seorang saudagar yang kaya raya. Sawah dan ladang kormanya sangat luas. Ternaknya banyak dan tokohnya ada dua. Namun, hamba tidak bisa berniaga. Kekayaan Ayah, lama-kelamaan habis untuk berfoya-foya dengan teman- teman. Uang habis pun menjauh,”ungkap Abu Hasan sedih.