Berdebat Menggunakan Kalimat Persuasif

90 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

b. Mengidentifikasi

Bunyi bahasa yang ditangkap itu perlu diidentifikasi aspek- aspek kebahasaannya. Untuk dapat melakukan kegiatan identifikasi itu, penyimak harus memiliki kemampuan linguistik.

c. Menafsirkan dan Memahami

Setelah penyimak mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa, ia harus mampu menafsirkan dan memahami maknanya. Untuk dapat menafsirkan dan memahami suatu bunyi bahasa atau ujaran. Dibutuhkan kemampuan linguistic yang berhubungan dengan faktor kebahasaan dan kemampuan nonlinguistik yang berhubungan dengan faktor di luar kebahasaan seperti pengalaman, wawasan, dan penalaran.

d. Menilai

Bunyi bahasa yang telah diidentifikasi, ditafsirkan, dan dipahami selanjutnya harus ditelaah atau dinilai dan dihubungkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki penyimak. Kemampuan yang diperlukan dalam tahap ini adalah kemampuan mengevaluasi.

e. Menanggapi

Setelah itu, penyimak akhirnya sampai pada tahap mengambil keputusan untuk menerima atau menolak isi ujaran yang disimak. Dalam hal ini kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan menanggapi dan mereaksi.

4. Menyampaikan Gagasan, Argumen, dan Sanggahan dalam

Forum Debat Dalam menyampaikan gagasan, argumen dan sanggahan dalam forum debat, ada beberapa aspek keterampilan berbicara yang harus diperhatikan. Aspek-aspek itu mencakup beberapa hal berikut.

a. Sikap yang wajar dan tenang

Dalam berbicara, kita harus bersikap yang wajar dan tenang. Bersikap wajar berarti, berpenampilan atau berbuat sebagaimana adanya sesuai dengan keadaan. Dengan bersikap yang wajar diharapkan dapat menarik perhatian pendengar. Sikap yang tenang adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah, tidak gugup, tidak tergesa-gesa. Sikap tenang dapat menimbulkan jalan pikiran dan pembicaraan menjadi lebih lancar. Menikmati Hiburan dan Olahraga 91 b. Pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara Pada waktu berbicara pandangan kita harus diarahkan kepada lawan bicara, baik dalam pembicaraan perorangan maupun dalam kelompok. Pandangan pembicara yang tidak diarahkan kepada lawan bicara disamping tidak atau kurang etis, juga akan mengurangi keefektifan berbicara. Banyak pembicara yang dapat kita saksikan tidak memandang atau memperhatikan pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping atau menunduk. Hal itu mengakibatkan perhatian pendengar berkurang, karena mungkin merasa atau kurang diperhatikan.

c. Keberanian mengemukakan pendapat dan mempertahankan

pendapat Dalam kegiatan berbicara terjadi proses mengemukakan pendapat atau buah pemikiran secara lisan. Karena adanya pendapatlah maka seseorang dapat berbicara. Untuk dapat mengemukakan pendapat tentang sesuatu seseorang memerlukan keberanian. Seseorang melakukan kegiatan berbicara selain karena memiliki pendapat, juga karena ia memiliki keberanian untuk mengemukakannya. Ada seseorang yang tidak dapat berbicara tentang sesuatu dalam suatu pembicaraan, karena memang ia tidak mempunyai buah pemikiran, namun ada juga seseorang yang tidak sanggup berbicara padahal ia memiliki buah pemikiran. Hal itu biasanya terjadi karena ia tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat dan mempertahankannya jika benar.

d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Salah satu kelebihan dalam kegiatan berbicara jika dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan berbahasa yang lain adalah adanya gerak-gerik dan mimik yang berfungsi membantu memperjelas atau menghidupkan pembicaraan. Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang keefektifan berbicara. Tetapi, kita harus ingat bahwa gerak-gerik yang berlebihan akan mengurangi atau mengganggu keefektifan berbicara. Perhatian pendengar mungkin akan terarah kepada gerak-gerik dan mimik yang berlebihan itu, sehingga pesan kurang diperhatikan. Tidak jarang kita melihat seseorang berbicara dengan selalu menggerakkan kedua tangannya, sehingga pendengar merasa sulit untuk menentukan pembicaraan mana yang ditekankan oleh pembicara. 92 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

e. Kenyaringan suara

Kenyaringan suara perlu diperhatikan oleh pembicara karena dapat menunjang keefektifan berbicara. Tingkat kenyaringan suara hendaknya disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar yang ada. Perlu kita perhatikan, jangan sampai suara terlalu nyaring atau berteriak-teriak di tempat yang terlalu sempit. Atau sebaliknya, suara terlalu lemah pada ruangan yang terlalu luas, sehingga tidak dapat ditangkap oleh semua pendengar. Mengenai kenyaringan suara ini prinsipnya adalah diatur sedemikian rupa sehingga semua pendengar dapat menangkapnya dengan jelas dan juga kemungkinan adanya gangguan dari luar.

f. Kelancaran

Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Pembicaraan yang terputus-putus atau bahkan diselingi bunyi-bunyi tertentu misalnya e…, em…, apa itu…dapat mengganggu penangkapan isi pembicaraan bagi pendengar. Namun harus kita ingat bahwa pembicaraan kita jangan sampai terlalu cepat, sebab dapat menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraan.

g. Penalaran dan relevansi

Dalam berbicara, seorang pembicara hendaknya memperhatikan unsur penalaran, yaitu pemikiran atau cara berpikir yang logis untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Hal itu menunjukkan bahwa dalam pembicaraan seorang pembicara terdapat urutan dan runtutan pokok-pokok pikiran dengan menggunakan kalimat yang padu sehingga menimbulkan kelogisan dan kejelasan arti. Relevansi mengandung arti adanya hubungan atau kaitan antara uraian dengan pokok pembicaraan.

h. Penguasaan topik

Penguasaan topik pembicaraan berarti pemahaman atas suatu pokok pembicaraan. Dengan pemahaman tersebut, seorang pembicara akan mempunyai kesanggupan untuk mengemukakan topik atau pokok pembicaraan itu kepada para pendengar. Karena itu, sebelum melakukan kegiatan berbicara, pembicara hendaknya terlebih dahulu mengusahakan penguasaan topik pembicaraan. Penguasaan topik yang baik dapat menimbulkan keberanian dan menunjang kelancaran berbicara. Menikmati Hiburan dan Olahraga 93 L atihan 5.2

i. Tujuan

Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain tentu ingin mendapat respon dan reaksi tertentu. Respon atau reaksi itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan pembicara. Apa yang menjadi harapan pembicara itu disebut juga sebagai tujuan pembicaraan. Tujuan pembicaraan sangat bergantung pada keadaan dan keinginan pembicara. Adapun tujuan pembicaraan dalam forum debat biasanya adalah untuk: 1 menginformasikan topik yang dibicarakan, 2 menanggapi dalam bentuk menyampaikan gagasan, argumen, dan sanggahan.

5. Menggunakan Kalimat Persuasif

Adapun dalam menyimpulkan dan mengakhiri debat dengan topik tertentu biasanya pembicara menggunakan kalimat-kalimat persuasif. Perlu dipahami bahwa kalimat persuasif adalah jenis kalimat yang berusaha mempengaruhi orang lain agar sependapat dengan pembicara. Dalam menggunakan kalimat bersifat persuasif, pembicara dalam forum debat hendaknya memperhatikan hal-hal yang hendak dibicarakan pada pendengar. Hal-hal tersebut sangat berkaitan dengan hasil akhir yang diperoleh pembicara. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : a. Pembicara harus mampu menjelaskan gagasan-gagasan yang menarik keyakinan pembaca sebagai upaya untuk memengaruhi sehingga pendengar akan menerima dan membenarkan gagasan tersebut. b. Pembicara harus mampu memberikan alasan-alasan yang dapat diperjelas dengan fakta dan bukti-bukti berupa contoh, gambar, maupun angka tergantung topik pembahasan dalam forum debat tersebut. 1. Bentuklah beberapa kelompok debat yang membahas masalah “Hiburan di televisi berdampak positif dan negatif bagi remaja” 2. Setiap kelompok harus mengemukakan gagasan dan argumen tentang dampak positif dan negatif hiburan di televisi dengan alasan yang logis dan mendukung, serta menggunakan bahasa yang baik. 94 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa 3. Kelompok yang lain menanggapi dan memberi sanggahan terhadap argumen suatu kelompok yang mengemukakan dampak positif dan dampak negatif hiburan di televisi. 4. Setiap kelompok harus memberikan solusi untuk mencegah adanya dampak negatif hiburan di televisi agar tidak memengaruhi kepribadian remaja 5. Buatlah laporan sederhana hasil diskusi kalian

C. Membaca Artikel

Setelah mengikuti pemebelajaran ini, kalian diharapkan dapat: 1. memahami isi artikel, 2. menceritakan kembali isi artikel, 3. menyusun ringkasan isi artikel. Untuk memahami isi artikel dengan mudah, sebaiknya kalian menggunakan teknik membaca ekstensif. Tahukah kalian tentang teknik membaca ekstensif? Membaca ekstensif merupakan suatu cara membaca yang dilakukan terhadap sebanyak-banyaknya teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Cara membaca seperti ini cocok dilakukan ketika menghadapi sejumlah teks sedangkan waktu yang tersedia sempit. Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memperoleh pemahaman umum dan menemukan hal-hal tertentu dari teks. Langkah-langkah membaca ekstensif: 1. mensurvei seluruh teks, 2. membaca bagian demi bagian teks dengan cepat untuk menemukan gagasan pokok, 3. melirik bagian-bagian teks untuk menemukan kata atau keterangan tertentu yang diinginkan. Menikmati Hiburan dan Olahraga 95 Bacalah dua artikel berikut ini Artikel 1 Mario Wuysang Kembali ke Indonesia demi Basket Sepak terjang Magic Johnson dari klub Los Angeles Lakers di layar televisi membuat Mario Wuysang yang waktu itu berusia 10 tahun jatuh cinta pada basket. Ia pun bercita-cita menjadi pemain basket profesional. Mario lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, 5 Mei 1979. Ketika berusia tiga tahun, ia diboyong orangtuanya ke Amerika serikat, tepatnya di negara bagian Indiana. Di negeri Paman Sam itulah Mario mulai dekat dengan basket. “Teman-teman saya memang gila basket dari kecil, jadi kami bercita-cita untuk menjadi pemain basket profesional,” katanya. Ia memulai karier basketnya saat duduk di kelas tujuh SMP dengan memasuki tim basket sekolah. Bersama tim basket Bloominton High School North, Mario menjuarai Indiana state Champions tahun 1997. Aktivitas Mario di arena basket terus berlanjut ketika ia kuliah. Bersama tim basket universitas, ia bertanding dalam Divisi 1 NCAA, liga bola basket Amerika tingkat universitas. Kiprah Mario pada tim basket di Amerika ternyata dilirik ASPAC Texmaco, klub basket di Jakarta. Tahun 2003 Mario menerima pinangan ASPAC dan memutuskan kembali ke Indonesia yang telah ditinggalkannya selama lebih dari 20 tahun. Pebasket yang mengidolakan Michael Jordan ini mengaku pulang ke Indonesia untuk mengembangkan karirnya di dunia basket. “Kompetisi di Amerika sangat berat, susah banget untuk masuk,” katanya. Pada musim pertamanya bersama ASPAC, Mario langsung menyabet gelar Indonesian Basketball League IBL Rookie of the Year, sekaligus mengantarkan timnya meraih juara IBL. Pada tahun yang sama, pebasket dengan tinggi 176 sentimeter ini dipercaya memperkuat tim nasional basket Indonesia di Sea Games XXII Vietnam. Saat berhadapan dengan timnas Filipina yang merupakan tim terkuat di Asia Tenggara, ia membukukan angka 29 poin. Sayangnya, usaha itu tidak mampu membawa Indonesia menjadi pemenang. “Waktu itu persiapan tim basket hanya sebulan, sangat kurang, kami tidak siap,” ujarnya.