LatarSetting Dialog Kategori jenis drama
110
Bahasa Indonesia XI Program Bahasa
Perhatikanlah kutipan naskah drama berikut ini Bagian Kedua
Baju putih kecipratan darah. Syeh Siti Jenar dan Sultan Demak, Raden Patah, berada di balai agung
keraton. Menanti pahlawan pulang perang dari palagan Pengging.
Teriakan Khalayak Pahlawan Jubah Putih kecipratan darah, wahai. Hidup pahlawan.
Hidup pahlawan. Mampus pemberontak. Gong
Sultan Prajurit Wirobojo pulang dari medan palagan Pengging.
Kemenangan-kemenangan. Kejayaan.
Teriakan Hidup, Sunan Kudus, sang pahlawan. Mampus, Kebo Kenongo, sang
pemberontak. Sunan Kudus muncul, berpelukan dengan Sultan
Siti Jenar teriak
Wahai, Sunan Kudus yang tiada kudus, pahlawan jubah putih, wahai Jubah Putih kecipratan darah, wahai alangkah indah, wahai.
Gong
Yang nongol I teriak
Hidup, wahai. Mampus, wahai.
Tuhan bersama kita.
Siti Jenar Tuhan juga bersama pemberontak,
wahai Tuhan punya semua, tidak pilih kasih,
wahai Gong
Sunan Kudus Berhenti. Berhenti. Gong berhenti. Ini upacara penghormatan atau
penghinaan?
Perjalanan Hidup Manusia
111 Siti Jenar
Keduanya.
Sultan Syeh Siti Jenar mewakili para wali mengucapkan madah.
Siti Jenar Bagi siapa?
Sultan Bagi yang hidup dan mati.
2 Siti Jenar
Menghadap alam peteng Wahai, para mati, tilas prajurit Demak. Apabila kalian semua disebut
pahlawan adalah karena kalian mati demi yang hidup; tidak terkecuali para pengecut, penjilat, penjinah, copet, maling, dan pepe
lainnya. Semuanya pahlawan.
Yang Nongol Amiiin
Siti Jenar Namun kalian jangan terlampau bangga dengan sebutan itu, karena
ijazah pahlawan tidak laku di alam baka.
Yang Nongol Amiiiin
Siti Jenar Apabila nama kalian ditulis pada prasasti, rontal, lingga pula, jaya
stambha, atau bangunan suci, adalah sekedar memperingatkan yang hidup agar tidak lupa dirinya.
Yang Nongol Amiiiin
Siti Jenar Apabila diadakan upacara memperingati kepahlawananmu, itupun
hanya bentuk lain dari pemujaan bagi diri mereka yang hidup.
Yang Nongol Amiiiin
112
Bahasa Indonesia XI Program Bahasa
Siti Jenar Mereka ciptakan upacara-upacara sebagai pewarisan kebiasaan, agar
diri mereka dipuja oleh angkatan mendatang.
Yang Nongol Amiiiin
Siti Jenar Wahai, para mati, bekas prajurit Pengging di alam kelanggengan.
Bagi yang kalah tidak ada sebutan pahlawan, meskipun engkau kaum yang jujur misalnya.
Yang Nongol Amiiiin
Siti Jenar Karena di tangan pemenanglah sejarah tergenggam.
Yang Nongol Amiiiin
Siti Jenar Namun jangan berkecil hati. Sebutan bukan pahlawan tidak akan
menhilangkan jatah pahala di alam baka.
Yang Nongol Amiiiin
Siti Jenar Begitulah Yang Mulia, para mati, kata pahlawan mendapat
kedudukan yang terhormat dalam sejarah manusia. Karena ia selalu dibutuhkan untuk mengesahkan sejarah itu sendiri bagi mereka yang
hidup.
Yang Nongol Amiiiin
Siti Jenar Mungkin kini aku pun bukan sedang bicara padamu, yang telah
mati, tapi kepada yang hidup.
Yang Nongol Oo, Amiiiin
Perjalanan Hidup Manusia
113 Siti Jenar
Bagi kalian semua yang mati dalam pertempuran Pengging, aku berdoa, atas nama yang menyuruh kalian untuk mati, meskipun
amal kalian lebih berarti daripada doaku. Tuhan,
Ampuni dosa-dosa mereka, dosa pada-Mu, pada sesamaning gesang, pada dirinya, dosa yang besar dan kecil, dosa disengaja dan tidak
disengaja, …. Berilah suasana-suasana yang sesuai dengan amal hidup mereka. Amin.
Yang Nongol Amiiiin
Siti Jenar Kalian dengar, aku memohonkan bagi kalian suasana-suasana, bukan
surga. Karena surga dan neraka bukan suatu tempat yang nyata seperti Mekah atau Peing, tapi sekedar nama suasana-suasana itu
sering datang padaku. Kilatan mimpi.
Yang Nongol Amiiiin
Yang Nongol II Upacara yang bagus. Wajar.
Yang Nongol III Sekarang dilanjutkan dengan ramah-tamah, dan menikmati
hidangan ala kadarnya.
Yang Nongol Setujuuuu
Sunan Kudus Tidak. Bidah. Dolalah
Para yang nonggol menutup mulut dengan tangan
Sunan Kudus Kebo Kenongo telah dilenyapkan, Sultan.
Siti Jenar Dan kini sultan jadi Kebo Kenongo.
Sultan Apa?
114
Bahasa Indonesia XI Program Bahasa
L atihan
6.1
Siti Jenar Bagi gelisahnya.
Begini. Dalam mencari dirinya, Kebo Kenongo menggenggam kebodohan dan kegelisahan di tangannya, kekuasaan kerdil di
punggungnya. Sultan sebagai penguasa tunggal kegelisahan di negeri ini merasa diububi. Bentrok.
Sultan Kegelisahan besar di tangan Kebo Kenongo rontok, karena
kegelisahan ditentukan oleh kekuasaan, makin menjulang kekuasaan, makin kecil kegelisahan menyelimuti dirinya.
Siti Jenar Tapi kekuasaan ada batasnya, maka kegelisahan akan selalu ada pada
dirinya, walau sebesar lugut piñata pintu. Yang tidak gelisah adalah Yang Mahakuasa. Pahit. Sungguh pahit manusia.
suara tertawa gagak-gagak, Sultan Exit
Sumber: Drama Syeh Siti Jenar Karya Vredi Kastam dalam
Horizon Sastra Indonesia 4: Kitab Drama, Editor Taufik Ismail, dkk, Horizon-The Ford Foundation, Jakarta 2002
Setelah membaca naskah drama tersebut, jelaskan: a.
Bagaimanakah perwatakan para pelaku pada kutipan naskah drama tersebut ?
b. Analisislah dialog antartokoh pada kutipan naskah drama
tersebut terkait dengan penggunaan bahasa dan isi dialog c.
Bagaimana latar pada kutipan naskah drama tersebut ? d.
Tentukan tema dan amanat yang terdapat pada kutipan naskah drama tersebut
e. Berdasarkan isinya, naskah drama tersebut termasuk dalam
kategori jenis drama apa ?
Perjalanan Hidup Manusia
115