Islam di UIKA, Bogor. Informan mengabdi di SDIT Amalia sudah lima tahun lamanya, dan mengajar pada bidang study Agama dan Guru
Tahfidzul Quran. Informan selanjutanya adalah 10 orang siswasiswi SDIT Amalia
yaitu siswa kelas lima dan enam di antaranya Ghifari Zufar Ramadhan, Fathiya Nur Azmi, Rahmi Nurlatifah, Faisal Rahman Maulana,
M.Ghiyatsul Humami, Fathar Fauzan, Zahra Alifia Ramadhani,Aisyah Nurhaliza, Munadiyah EL-Haq, dan Ivan Ferry Iblaha. Dari kesepuluh
siswa tersebut rata-rata sudah mengahapal 4 juz, juz 30, 29,28, dan 27. Bahkan ada beberapa siswa yang sudah menghapal juz 26 walaupun
hanya sebagian surat. Tugas para Guru Agama di SDIT Amalia, Cibinong, Bogor adalah
mengajar dan mendidik para murid dalam satu kelas agar bisa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru terutama dalam tahfidzul
Quran dan pelaksanaan sholat sunnah Dhuha dan sholat fardhu berjama’ah. Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat, peneliti juga
mencari informasi-informasi tambahan dengan melakukan observasi dilapangan untuk melihat secara langsung bagaimana strategi komunikasi
Guru terhadap murid dalam menanamkan nilai-nilai Agama sehingga pesan yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh para muridnya.
B. Hasil Penelitian
1. Mengenali Sasaran Komunikasikhalayak
a. Mengetahui Kerangka Referensi
Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Suatu pesan
yang dilontarkan kepada khalayak dengan menyentuh panca indera dan pikiran hanya akan diterima bilamana idea itu sesuai dengan sikap-
sikap kejiwaan dan kepribadiannya dan dalam kondisi fisik yang normal. Kerangka referensi itu merupakan suatu system hubungan
fungsional yang terdiri atas pengaruh-pengaruh tertentu, dan berpengaruh besar dengan lingkup sosialnya. Guru SDIT Amalia
mengetahui kerangka referensi muridnya dengan pendekatan antarpersonal. Seperti yang diungkapkan oleh informan Muhammad.
“Guru mengetahui kerangka referensi muridnya dengan pendekatan antarpersonal dan harus mengetahui bagaimana keadaan
siswa dari mulai yang IQ nya tinggi sampai yang terendah, jadi untuk mencapai itu semua Guru harus menggandeng dan berkomunikasi
langsung face to face terhadap siswa. Dalam halnya melakukan penertiban dalam mekanisme perekrutan calon siswa didik dengan
melakukan tes psikologi atau test IQ. Dan dengan melakukan kegiatan
keagamaan, seperti tilawatil Qur’ann perhari dan halaqoh tarbiyah, tahfidzul Quran dengan metode one day one ayat, siswa mampu
menghapal Quran 2-4 juz ketika lulus kelas 6, menerapkan, mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam keseharian seperti sholat
wajib berjama’ah dan sholat dhuha, mengajarkan keterampilan membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Guru akan mengetahui
bagaimana keadaan siswa tersebut.Untuk mengajak siswa dalam menghafal ataupu sholat berarti kita harus memberikan pemahaman
kepada mereka, misalnya ketika anda ingin mengajak saya ke suatu tempat, setidaknya saya harus paham anda ajak saya ke mana, tujuan
dan untuk apa, jadi kita berikan dulu pemahaman kepada mereka, sebenarnya hafalan dan sholat itu seperti apa sih? Manfaat hafalan dan
sholat itu apa sih?trus juga kita juga memberikan bagaimana cara supaya kita lebih cepat menghafal. Jadi kita bangun dulu pemahaman
kepada mereka tentang hafalan Qur’an dan sholat. Ketika mereka sudah paham, pasti siswa akan tertarik untuk mengikutinya. Karena
siswa akan berpikir, waaah.. ternyata hafalan Quran dan sholat itu