Tingkat Kesukaran Soal Tes

85 bisa menggunakan batas nilai Alpha 0,6. Menurut Sekaran 1992 dalam Priyatno 2012: 187, reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dibaca pada lampiran 28. Data hasil perhitungan reliabilitas soal secara keseluruhan dapat dibaca pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items ,914 38 Berdasarkan tabel 3.2, diketahui bahwa, sehingga semua butir soal yang valid dinyatakan reliabel. Mengacu pada pendapat Sekaran 1992, nilai reliabilitas pada tabel lebih dari 0,8 berarti tingkat keajegan soal tersebut bernilai baik Priyatno, 2012: 187.

3.7.3.3 Tingkat Kesukaran

Sudjana 2009: 135 mengatakan bahwa menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya, sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termsuk mudah, sedang, dan sulit. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar harus berada pada proporsi yang seimbang, sehingga soal dapat dikatakan baik. Perbandingan antara soal mudah- sedang-sukar bisa dibuat 3-5-2 yang berarti 30 soal kategori mudah, 50 soal kategori sedang, dan 20 soal kategori sukar Sudjana, 2009: 135-6. 86 Arikunto 2015: 222-3 menjelaskan bahwa bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran yaitu antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah. Simbol indeks kesukaran yaitu P yang diperoleh dari rumus berikut: Keterangan: p = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Setelah didapatkan besarnya nilai P, keputusan taraf kesukaran soal dapat diketahui melalui klasifikasi berikut: Soal dengan P = 0,00 – 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,31 – 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,71 – 1,00 adalah soal mudah Arikunto, 2015: 225. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kelengkapan taraf kesukaran yang ditentukan, yaitu soal mudah, sedang, dan sukar. Pengujian tingkat kesukaran dilakukan dengan membandingkan banyaknya siswa yang menjawab soal benar pada setiap butir soal dibanding dengan jumlah peserta tes. Data hasil perhitungan manual uji tingkat kesukaran soal uji coba dapat dibaca pada tabel 3.3. 87 Tabel 3.3 Hasil Pengujian Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria Nomor Soal Jumlah Mudah 1, 2, 4, 5, 8, 9, 12, 13, 14, 17, 18, 25, 29, 31, 41, 56, 57, dan 58 18 Sedang 3, 11, 19, 21, 22, 26, 27, 32, 34, 37, 40, 42, 49, dan 55 14 Sukar 10, 20, 33, 43, 44, dan 51 6 Berdasarkan tabel 3.3, diketahui bahwa soal yang valid dan reliabel dengan tingkat kesukaran mudah yaitu nomor 1, 2, 4, 5, 8, 9, 12, 13, 14, 17, 18, 25, 29, 31, 41, 56, 57, dan 58; sedang yaitu nomor 3, 11, 19, 21, 22, 26, 27, 32, 34, 37, 40, 42, 49, dan 55; dan sukar yaitu nomor 10, 20, 33, 43, 44, dan 51. Hasil pengujian tingkat kesukaran soal uji coba selengkapnya dapat dibaca pada lampiran 29.

3.7.3.4 Daya Beda Soal

Dokumen yang terkait

Efektivitas pemanfaatan media audio visual vidio pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah (penelitian kelas di SMP Bina Sejarah Depok)

2 9 235

KEEFEKTIFAN STRATEGI CATATAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI UNSUR CERITA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PESAREAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 11 246

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V SDN 01 M

0 2 15

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V SDN 01 M

0 5 20

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR CERITA PENDEK DENGAN MEDIA ANIMASI ANAK KELAS V Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Cerita Pendek Dengan Media Animasi Anak Kelas V Di SD Plesungan 02 Gondangrejo Karanganyar.

1 5 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR CERITA PENDEK DENGAN MEDIA ANIMASI ANAK KELAS V Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Cerita Pendek Dengan Media Animasi Anak Kelas V Di SD Plesungan 02 Gondangrejo Karanganyar.

0 1 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR INSTRINSIK CERITA MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW DI KELAS V SDN KAMANISAN.

0 2 42

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mengidentifikasi Unsur Cerita Anak Menggunakan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Panggung 11 Kota Tegal.

0 1 246

KEEFEKTIFAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI KELAS V SD NEGERI PESAYANGAN 01 KABUPATEN TEGAL -

0 1 74

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR CERITA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD 3 PANJANG

0 0 22