27 dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan
permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri. Berdasarkan karakteristik yang telah disebutkan, guru sekolah dasar
hendaknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan siswa secara langsung. Guru dapat memadukan stategi belajar, permainan, dan
media pembelajaran yang mendukung, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan permainan dan media
pembelajaran mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran tersebut tidak membosankan bagi siswa, sehingga lebih bermakna
dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
2.1.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Keterampilan berbahasa sangat diperlukan manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain. Keterampilan tersebut tidak dibawa sejak
lahir, melainkan dipelajari sampai manusia terampil berbahasa untuk kebutuhan komunikasi. Keterampilan berbahasa dapat diperoleh melalui pendidikan secara
formal dan nonformal. Bahasa Indonesia secara formal diperoleh melalui lembaga formal, yakni lembaga pendidikan. Secara nonformal bahasa Indonesia diperoleh
melalui membaca buku, koran, menonton TV, bergaul dengan masyarakat pemakai bahasa Indonesia, dan sebagainya.
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi menurut Susanto 2013: 242 dibedakan menjadi lisan dan tulisan. Seseorang siswa harus memiliki kemampuan
berbahasa agar dapat menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Kemampuan berbahasa itu digunakana untuk menyampaikan pesan yang berupa ide, gagasan,
kemauan, maupun perasaan.
28 Susanto 2013: 243 menyatakan bahwa kemampuan berbahasa dibedakan
menjadi kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Kemampuan berbahasa lisan meliputi kemampuan berbicara dan menyimak, sedangkan kemampuan berbahasa
tulisan meliputi kemampuan membaca dan menulis. Pada saat berkomunikasi secara lisan, maka ide-ide, pikiran, dan perasaan dituangkan dalam bentuk kata
agar dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Begitu pula saat anak memasuki usia TK taman kanak-kanak, mereka berkomunikasi dengan dalam kalimat berita,
kalimat tanya, dan lainnya. Anak usia TK mengungkapkan pikiran mereka dalam bentuk lisan dibanding tulisan. Ketika anak memasuki usia SD, anak-anak akan
mempelajari bahasa tulis. Pada masa ini anak dituntut untuk berpikir lebih dalam lagi, sehingga kemampuan berbahasa anak semakin berkembang.
Menurut Solchan 2011: 10.6, bahasa Indonesia di sekolah digunakan sebagai bahasa pengantar sejak sekolah dasar SD sampai Perguruan Tinggi PT,
sedangkan sebagai mata pelajaran pokok diajarkan sejak SD sampai SMA. Bahasa Indonesia di SD digunakan sebagai alat interaksi dalam proses belajar mengajar.
Pada kelas rendah yakni kelas I dan II, bahasa daerah masih digunakan sebagai alat interaksi dalam proses belajar mengajar di kelas untuk daerah tertentu. Pada
kelas tinggi yakni kelas III-VI, bahasa Indonesia diajarkan sebagai mata pelajaran dan sebagai alat interaksi dalam proses belajar mengajar.
Santosa 2011: 3.17 menjelaskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan pembelajaran yang paling utama, terutama di kelas rendah yaitu
kelas I dan II. Bahasa membantu siswa menimba ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan informasi sejak awal mereka bersekolah. Guru sebagai pelaksana dan
29 pengelola pembelajaran di sekolah harus dapat merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi aspek-aspek dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD tidak terlepas dari empat aspek
keterampilan utama dan dua aspek penunjang bahasa Indonesia Santosa, 2011: 3.17. Empat aspek utama bahasa Indonesia yaitu menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Dua aspek penunjang bahasa Indonesia yaitu kebahasaan dan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. Aspek-aspek tersebut menjadi fokus setiap
pertemuan pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SD. Melalui keempat aspek keterampilan tersebut siswa dapat menyerap semua informasi dan menyampaikan
hasil pikiran, ide, dan penalarannya kepada orang lain. Penyampaian hasil pikiran, ide, dan penalarannya tersebut dilakukan melalui kemampuan berbicara secara
lisan ataupun tulisan. Mulyasa 2003 dalam Solchan 2011: 10.6 menyebutkan Kurikulum 2004
sebagai berikut: Mata pelajaran bahasa indonesia bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan siswa berkomunikasi baik lisan maupun tulis sebagai alat untuk mempelajari rumpun pelajaran lain, berpikir kritis dalam
berbagai aspek kehidupan, dan mengembangkan sikap menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan apresiatif terhadap
karya sastra Indonesia.
Solchan 2011: 10.6 menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah menekankan pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan
menulis permulaan. Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas tinggi menekankan pada kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis. Pembelajaran bahasa Indonesia
yang dilaksanakan di sekolah dasar sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan dalam kurikulum.
30 Solchan 2011: 10.6-7 menjelaskan bahwa standar kompetensi mata
pelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya bersumber dari pembelajaran bahasa. Belajar bahasa dapat dikatakan sebagai komunikasi, sedangkan belajar sastra
berarti belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulis. Pembelajaran juga diarahkan untuk menghargai karya sastra bangsa Indonesia. Standar kompetensi
mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah dasar, mencakup aspek mendengarkan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Berdasarkan pendapat para ahli, disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
komunikasi yang baik dan benar, secara lisan maupun tulis. Pembelajaran bahasa Indonesia juga untuk menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra di Indonesia.
Apresiasi tersebut berguna untuk mengembangkan kepribadian, meningkatkan pengetahuan, memperluas wawasan berbahasa, dan wawasan kehidupan.
2.1.7 Keterampilan Menyimak