commit to user 28
28 ditentukan oleh kebiasaan atau enaknya perasaan oleh mudahnya pengungkapan
seseorang pengguna bahasa. Hampir senada dengan pendapat tersebut, Kachru dalam Suwito, 1997: 76 memberikan batasan mengenai campur kode sebagai
pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten.
Kridalaksana dalam Saddhono, 2007: 26 berpendapat bahwa campur kode adalah 1 interferensi dan 2 penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke
bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, dan sapaan. Dari beberapa pendapat
para ahli di atas dapat penulis simpulkan hakikat campur kode pada dasarnya hampir sama, yaitu fenomena pencampuran bahasa kedua ke dalam bahasa
pertama, pencampuran bahasa asing atau daerah ke dalam struktur bahasa ibu baik dalam tingkat kata, frase, klausa, idiom, maupun sapaan.
b. Ciri-ciri Campur Kode
Campur kode memiliki beberapa ciri penanda. Ciri-ciri campur kode di antaranya: 1 ciri-ciri ketergantungan ditandai oleh adanya hubungan timbal balik
antara peranan dan fungsi kebahasaan, 2 unsur-unsur bahasa atau variasi- variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi
sendiri, dan 3 dalam kondisi yang maksimal, campur kode merupakan konvergensi kebahasaan linguistic convergence yang unsur-unsurnya berasal
dari beberapa bahasa yang masing-masing telah meninggalkan fungsi bahasa yang disisipinya, baik campur kode ke dalam maupun keluar Suwito, 1997: 75.
Ciri-ciri ketergantungan campur kode ditandai oleh adanya hubungan timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Peranan maksudnya siapa
yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya. Unsur-unsur bahasa atau variasi-
variasinya menyisip di dalam bahasa lain dan tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan
secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Dalam kondisi yang maksimal, campur kode merupakan konvergensi kebahasaan linguistic convergence yang
commit to user 29
29 unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah
menanggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya.
c. Latar Belakang Campur Kode
Suwito 1997: 90 mengatakan latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tipe yang berlatar belakang pada sikap
Attitudinal Type dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan Linguistic Type. Kedua tipe tersebut saling bergantung dan tidak jarang bertumpang tindih over
laping. Atas dasar latar belakang sikap dan kebahasaan yang saling bergantung dan bertumpang tindih, maka dapat diidentifikasikan beberapa alasan atau
penyebab yang mendorong terjadinya campur kode, di antaranya: a identifikasi peranan; b identifikasi ragam; dan c identifikasi keinginan menjelaskan dan
menafsirkan. Untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan edukasional.
Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa seorang penutur melakukan campur kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status sosialnya. Identifikasi
keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan tampak dalam sikap dan hubungan orang lain terhadap orang lain.
Dengan demikian, campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa. Penutur yang
mempunyai latar belakang sosial tertentu, cenderung memilih bentuk campur kode tertentu untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Pemilihan tersebut
dimaksudkan untuk menunjukkan status sosial dan identitas pribadinya dalam masyarakat.
d. Macam-macam Campur Kode